Friday, April 26, 2024
Home > Sosok >

IGNATIUS Jonan, itulah nama Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI). Sebelum dia menduduki posisi tertinggi di salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negera (BUMN) khusus angkatan massal tersebut pada tahun 2009, boleh dibilang tidak serorangpun membayangkan kereta api akan bebas dari berbagai gangguan, mulai dari pedagang asongan, pengamen, tindak kejahatan dan lainnya.

Menggunakan kereta api sebelumnya memang jauh dari nyaman, termasuk kereta api jarak jauh. Belum lagi kesemrawutan di stasiun oleh pedagang yang sesuka hati menggelar dagangan.  Semua itu kini berhasil diatasi, meski belum tuntas. PT KAI di bawah kepemimpinan Jonan mampu membersihkannya, termasuk menata ulang kios-kios  di stasiun-stasiun.

Apa yang dilakukan PT KAI jelas tidak mudah. Nyatanya hingga kini masih ada saja kelompok-kelompok yang coba melawan kebijakan pembersihan yang dilakukan PT KAI, antara lain dari kelompok pedagang di sejumlah stasiun di Jawa yang tetap memaksakan kehendak menjajakan dagangan mereka di atas kereta yang sedang berhenti.

Kerja keras Dirut ke-22 KAI ini mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Dia bahkan menerima sejumlah penghargaan, terakhir  dari Markplus Inc sebagai Marketeer of the Year 2013 bidang transportasi. Namun bukan berarti tantangan telah berakhir, di bawah Jonan PT KAI masih banyak pekerjaan.

Sejumlah musibah, antara lain seperti terjadi  Desember 2013 lalu, kecelakaan kereta di perlintasan 57A Bintaro, Tangerang, yang menabrak truk tangki pembawa BBM yang memaksa melintas dan merenggut tiga pegawai KA, jelas merupakan  hal yang perlu dicarikan solusinya. Pelintasan kereta masih sering menjadi kendala, tidak terjaga atau karena pengguna jalan yang menerobos.

Kesiapan kereta api dan rel, serta alat pendukung lainnya termasuk sumber daya manusia juga tidak jarang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan. Seperti Jumat (4/4), tiga penumpang tewas akibat kecelakaan KA Malabar jurusan Bandung-Solo yang terguling di jalur rel Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Mungkin karena masih ada berbagai masalah itulah yang membuat Jonan masih dipertahankan. Sebelumnya rata-rata Dirut KAI hanya menjabat tiga tahun. Selain itu, di bawah kepemimpinnya KAI tidak lagi bicara soal kerugian. Nyatanya, hingga akhir tahun 2013 (November)  pendapatan KAI  mencapai Rp 8 triliun.

Keberhasilan laki-laki kelahiran  Singapura, 21 Juni 1963, ini dirasakan banyak orang. Tidak hanya bagi Negara, tetapi juga  masyarat pengguna angkutan massal di darat tersebut. Masyarakat pengguna commuter di Jakarta ke wilayah sekitar misalnya mengakui, meski penumpang KA masih kerap bersempit-sempit  tapi jauh lebih nyaman.

“Bila dulu penumpang terganggu oleh pengamen, pedagang asongan, bahkan ada penumpang yang membawa kambing, sekarang tidak ada lagi,” tutur  Chaeruddin, salah seorang pengguna tetap commuter Jakarta – Stasiun Sudimara Jombang, Tangerang.

Jonan  popular di kalangan pengguna kereta api. Tanpa harus beriklan di berbagai televisi dan media massa seperti dilakukan para calon wakil rakyat (caleg) dan bakal calon presiden/wakil presiden (capres/cawapres) seperti ramai pada musim kampanye pemilihan umum lalu, nama Jonan berkibar di tengah masyarakat.

Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya (1986) ini telah berhasil mengubah angkutan massal yang dulu dianggap angkutan kelas bawah,  menjadi lebih bergengsi. Tentunya lebih nyaman dan aman.  

Sosok yang juga lulusan International Relations and Affairs, Fletcher School of Law and Diplomacy, Amerika Serikat (2005) dan  Harvard Law School, Amerika Serikat & Columbia University, sebelum diberi tanggung jawab oleh pemeritah membenahi kereta api di negeri ini, dia menduduki posisi Direktur Utama PT (Persero) Bahana Pembiayaan Usaha Indonesia (2001-2006), kemudian Direktur Citi Grup (2006-2008).

Ditanya tentang suksesnya membenahi angkutan darat yang selama ini amat dekat dengan rakyat, Jonan menyatakan pekerjaan membenahi perkeretaapian masih banyak. Dalam beberapa kesempatan menjawab pertanyaan, dia menyatakan dirinya adalah pelayan kereta api. “Saya ini  hanya mandor,” katannya pada lain kesempatan.

Bagi pria yang selalu berpenampilan sederhana ini kunci untama untuk mengurai berbagai kesemerawutan di usaha perkeretaapian adalah disiplin. Menurut dia, disiplin harus dimulai dari diri sendiri, kemudian dari lingkungan internal, selanjutnya baru menuntut disiplin dari pengguna jasa kereta api.

“Kami dari penyelenggara perkeretaapian mendahulukan masalah disiplin. Kalau kami tidak  disiplin, bagaimana bisa berharap penumpang dan masyarakat disipin. Mereka akan seenaknya. Misalnya, ada yang bikin warung di stasiun seenaknya. Ada yang naik kereta tidak bayar dan lainnya,” tutur Dirut KAI ini belum lama ini.

Dia mencontohkan, bila naik kereta dia juga harus bayar. Kecuali pekerja kereta api yang bekerja di Jabodetabek. “Kalau di kereta commuter, sebagai pelayanan publik, tidak boleh ada kelas-kelasan. Dulu ada kelas ekonomi, ekonomi AC, ekspres, dan lainnya. Transportasi publik itu single class, jadi tidak ada kelas-kelasan,” tuturnya.***Janet

Email: kumpulankawanlama@yahoo.com

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru