MIMBAR RAKYAT (Jakarta): Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak melemah sebesar 160 poin menjadi Rp 10.540 dibanding sebelumnya di posisi Rp10.380 per dolar AS.

“Beberapa data ekonomi AS cenderung membaik seperti pertumbuhan tenaga kerja dan manufakturnya, sehingga membuat pelaku pasar berspekulasi bahwa the Fed akan mengurangi stimulus keuangannya,” ujar analis pasar uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri di Jakarta, Senin.

Menurut dia, kombinasi berbagai faktor selama sepekan terakhir juga belum menunjukan sentimen positif yang kuat bagi pasar uang di kawasan Asia maupun Eropa.”Secara umum, sentimen keuangan di pasar Asia dan Eropa bergejolak sehingga dolar AS mendapatkan apresiasi di pasar keuangan global,” kata dia, seperti dilaporkan Harian Suara Karya.

Dari dalam negeri, lanjut Reny, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang masih mencatatkan defisit pada triwulan II 2013 sebesar 2,5 miliar dolar AS menjadi salah satu sentimen negatif di pasar uang.”Secara teknikal, pergerakan indeks pada pekan ini bergerak di kisaran Rp10.400–Rp10.600 per dolar AS,” papar dia. Kendati demikian, Reny mengatakan, Bank Indonesia (BI) tentu akan melakukan intervensi di pasar uang sehingga nilai tukar domestik sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia.

“Saat ini sentimen eksternal lebih kuat dibanding dari dalam negeri. BI yang menetapkan suku bunga acuan (BI rate) di level 6,50 persen merupakan salah satu cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga rupiah dapat kembali stabil,” ujar dia.Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin ini, tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp10.451 dibanding sebelumnya di posisi Rp10.392 per dolar AS. (***)