MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) – Kisah lolosnya Mary Jane dari regu tembak. Embun malam sudah mulai turun. Mary Jane satu dari sembilan terpidana mati terpekur di ruang isolasi. Mereka sudah tahu malam itu akan dilaksanakan eksekusi pada dirinya, Semua tenggelam dalam renungan diri masing-masing. Ada yng berdoa khusuk, ada yang masih melenguh panjang.
Menjelang tengah malam. gemerincing gerendel besi berat berderak. Suara-suara bernada perintah tegas namun dengan suara rendah terdengar. Berseragam abu-abu lumut tim jaksa eksekusi menggandeng mereka satu persatu dari ruang isolasi yang dingin dan lembab.
Ditengah kesibukan itu, belum semua terpidana dibawa keluar, seseorang menyeruak dan membisikkan sesuatu kepada yang terlihat seperti pimpinan regu. Mengangguk agak ragu-ragu pmpinan regu menggamit Mary Jane dan mengajaknya ke ruang lain . Mary Jane, perempuan yang tertangkap basah membawa heroin 2,6 kg di bandara Adisutjipto batal didor pada dinihari kemarin. Ada perintah dari langit. yang entah lapis keberapa untuk menunda pelaksanaan eksekusi terhadap Mary.
Siapa gerangan yang menyingkirkan moncong senapan regu tembak dari Mary ? Beberapa waktu lalu , dalam pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Filipina Benigno Aquino Jr disampaikan informasi bahwa Mary terlibat dalam perdagangan manusia dan ia bisa menjadi saksi kunci. Setelah itu , secara intens menteri luar negeri kedua negara berkomunikasi. Disusul komunikasi antara Jaksa Agung H M. Prasetyo dengan Menteri Kehakiman Filipina Leila De Lima.
Akhirnya komunikasi petinggi kedua negara itu dinyatakan dalam surat permintaan Menteri Kehakiman Filipina penundaan eksekusi mati terhadap Mary Jane tertanggal 28 April 2015, beberapa jam sebelum regu tembak melaksanakan tugasnya.
Dan hanya satu jam sebelum pelatuk ditarik Jaksa Agung Prasetyo menghubungi Jaksa Eksekutor detik-detik terakhir untuk menunda eksekusi terhadap Mary Jane, ibu 2 anak yangf masih terlihat cantik ini.
Waktu itu tengah malam telah lewat beberapa detik. Di negerinya, Filipina. keluarga. rakyat dan media setempat sudah menerima berita kematian. Maka tak ayal seluruh media Filipina hari itu terbit dengan headlinematinya seorang Mary Jane.
Daily Inquirer, harian ternama Filipina yang berbahasa Inggris, menurunkan berita utama dengan judul dramatis, “Kematian Datang Sebelum Fajar”. Tabloid terlaris di Filipina yang berbahasa Tagalog, Abante, menurunkan berita dengan foto Mary Jane yang tertunduk lunglai. Judul berita utamanya , “Selamat Jalan, Mary Jane”.
“Semua Harapan Telah Sirna ” demikian berita utama harian Manila Times, sementara Manila Bulletin lebih memilih judul yang lebih ringan, “Kami Mengharapkan Keajaiban” .
Rupanya inilah satu-satunya headline berita yang tepat. Karena keajaiban itu muncul beberapa detik sebelum jaksa eksekutor menggandeng keluar ruang isolasi menuju lapangan Limus Buntu lokasi eksekusi.
Sehari kemudian (29/4) Jaksa Agung H.M Prasetyo dan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti berkunjung ke Nusakambangan. Prasetyo mengatakan penundaan eksekusi terhadap Mary Jane lantaran ada bukti baru yang disampaikan oleh pemerintah Filipina yang menjelaskan bahwa Mary Jane merupakan korban human trafficking
Pemerintah Filipina meminta untuk menangguhkan eksekusi mati pada Mary Jane. Sebab, beberapa menit sebelum eksekusi, majikan yang dulunya mempekerjakan Mary Jane, Maria Kristina Sergio menyerahan diri. Maria diduga yang merekrut Mary Jane dan menyuruhnya mengirim paket heroin ke Indonesia.
Penyerahan diri itu membuat pemerintah Filipina mengirimkan surat permintaan penundaan pada 28 April. Dijelaskan dalam surat itu pemerintah Filipina sedang menggelar penyelidikan kasus penipuan dan perdagangan manusia yang melibatkan Mary Jane. Dengan begitu, keterangan dari Mary Jane sangat dibutuhkan. (ais)
Harian ternama Filipina yang berbahasa Inggris, Daily Inquirer, masih menurunkan berita utama dengan judul dramatis, “Kematian Datang Sebelum Fajar”, dilengkapi foto besar Mary Jane, yang kasusnya menjadi perhatian besar negeri kepulauan itu.
Sementara itu, tabloid terlaris di Filipina yang berbahasa Tagalog, Abante, juga menurunkan berita dengan tema kurang lebih sama. Dilengkapi foto Mary Jane yang tertunduk lunglai, Abante menurunkan berita utama dengan judul, “Selamat Jalan, Mary Jane”.
Tabloid lainnya, Standard, memilih untuk menyalahkan Pemerintah Filipina yang gagal menyelamatkan Mary Jane. “Pnoy Harus Disalahkan” demikian kepala berita Standard dengan menggunakan nama panggilan Presiden Benigno Aquino.
“Semua Harapan Pupus” demikian berita utama harian Manila Times, sementara Manila Bulletin lebih memilih judul yang lebih ringan, “Kami Mengharapkan Keajaiban” dan “Tak Ada Penundaan Eksekusi”.