Mimbar-Rakyat.com (Seoul) – Ribuan massa turun ke jalan-jalan di Seoul, Korea Selatan, Sabtu (29/10) malam. Mereka menuntut Presiden Park Geun-hye mundur atas tudingan terkait skandal pembocoran dokumen negara.
Presiden Park semakin tidak populer setelah dituduh membiarkan teman lamanya, Choi Soon-sil, putri seorang pemimpin sekte agama, campur tangan dalam urusan negara.
“Park telah kehilangan otoritasnya sebagai presiden dan penunjukkan orang luar dalam mengatur negara menunjukkan dia tidak memiliki sifat-sifat dasar untuk memerintah negara,” kata Jae-Myung Lee, dari partai oposisi Minjoo Partai dan walikota Kota Seongnam, dari atas panggung pengunjuk rasa.
Park yang telah melakukan perombakan kabinet mengakui Selasa lalu bahwa dia telah memberikan kepada teman lamanya, Choi Soon-sil, draf pidato-pidatonya untuk diedit. Hal itu dianggap telah melanggar atau membocorkan rahasia negara. Permintaan maafnya di televisi bahkan memicu kritik karena dinilai salah mengurus informasi nasional. Dia juga dinilai kurang transparan mengurus negara.
Ada spekulasi bahwa Choi, orang luar pemerintah, terlalu ikut campur dalam keputusan pemerintah terkait personil (kabinet) dan kebijakan. Choi memanfaatkan hubungan dia dengan Park untuk menyalahgunakan dana dari organisasi nirlaba.
Menurut laporan Al Jazeera Pihak kejaksaan, Sabtu lalu juga melakukan penyelidikan terhadap pejabat pemerintah.
Choi yang berteman dengan Park sejak tahun 1970 dilaporkan mendalangi sepak terjang dua usaha non-profit yang berhasil mengumpulkan sekitar 70 juta dolar AS sumbangan perusahaan selama periode waktu yang singkat, dan diduga dia menggelapkan sebagian dana untuk pribadi.
Pengacara Choi, Lee Gyeong-jae mengatakan, Choi saat ini sedang berada di Jerman dan akan kembali ke Korea Selatan jika jaksa memanggilnya.
Dalam sebuah wawancara dengan sebuah surat kabar Korea Selatan awal pekan ini, Choi mengakui menerima dokumen dari presiden, tapi membantah melakukan intervensi dalam urusan negara atau menekan perusahaan dalam menyumbang ke yayasan.
Pihak kepolisian memperkirakan, seperti diberitakan Al Jazeera mengutip Reuters, setidaknya ada sekitar 9.000 orang berdemonstrasi anti-pemerintah, Sabtu malam itu. Jumlah tersebut terbesar di Seoul pada bulan ini.
Seluruh demonstran memegang lilin dan spanduk atau pamflet bertuliskan “Siapa presiden sesungguhnya?” dan “Park Geun-hye mundur” . Para pengunjukrasa mengitari pusat kota Seoul setelah memulai menyalakan lilin di seputar Balai Kota.***(janet)