Thursday, December 12, 2024
Home > Berita > Penyanderaan 1.300 Warga Papua Diduga Terkait Masalah Ekonomi

Penyanderaan 1.300 Warga Papua Diduga Terkait Masalah Ekonomi

Warga Mimika, Tembagapura, Papua. (ist)

MIMBAR-RAKYAT.Com (Papua) – Penyanderaan terhdap 1.300 warga Kampung Kimberly dan Banti, di Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), diduga terkait masalah ekonomi.

Irjen Setyo Wasisto, Kadiv Humas Mabes Polri mengatakan, KKB ini melakukan penyanderaan diduga faktor ekonomi. “Infonya, di dua desa itu KKB ini melakukan aktifitas mendulang di tambang emas,” katanya.

“Sepertinya kelompok ini sudah mendapatkan dalam tanda petik nilai keuntungan. Karena itu mereka ingin tetap menguasai daerah itu. Yang lain-lain kita belum tahu. Tapi bisa jadi memang motif ekonomi, masih didalami karena belum ada komunikasi yang intens. Tapi bisa aja ada motif lain,” kata Setyo kepada wartawan di Kompleks Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (10/11).

Setyo menyebutkan, anggota KKB itu hanya berjumlah 20 sampai 25 orang yang dipersenjatai lengkap. Meski pun tak terlalu banyak jumlah anggota KKB, namun Polri yang bekerjasama dengan TNI akan tetap menurunkan jumlah personelnya hingga mencapai ratusan dengan sebutan Satgas Terpadu.

Meski Kapolri Jendral Tito Karnavian sudah menyebut KKB ini bagian dari salah satu kelompok bersenjata di Papua, namun dia belum bisa menyebut kelompok bersenjata itu karena masih sedang didalami.

Terkait senjata dimiliki KKB, Setyo menjelaskan, senjata itu buatan pabrik maka senjata itu masuk secara ilegal dengan cara diselundupkan.

“Kalau senjata rakitan, pasti mereka buatan lokal atau suplai dari deket sana. Tapi kalau senjata pabrikan, pasti senjata selundupan yang buatan pabrik tapi masuk secara ilegal,” jelasnya.

Seperti diketahui, warga sipil di sekitar Desa Kimberly hingga Banti, Distrik Tembagapura disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB). Mereka menjadikan warga sebagai tameng agar tidak diserang aparat.

Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar sebelumnya mengungkapkan, sandera terdiri dari 300 warga pendatang yang selama ini menjadi pendulang dan pengumpul emas dan 1.000 warga setempat.

Menurut Boy Rafli, sandera tidak diizinkan beraktivitas termasuk membeli bahan makanan. “KKB saat ini menjadikan warga sipil sebagai tameng dan sandera,” ungkap Boy yang mengaku masih berada di Tembagapura seraya mengatakan, KKB bersenjata lengkap termasuk senjata tradisional.

Aparat pun menyiagakan satgas terpadu penanggulangan KKB dan berupaya melakukan langkah persuasif serta preventif untuk membebaskan para sandera.

“Berbagai upaya terus kami lakukan agar masyarakat bebas dari intimidasi dan ancaman dari KKB, dan dari laporan terungkap kondisi masyarakat yang dijadikan tameng KKB dalam keadaan baik hanya terintimidasi,” tegasnya. Kampung Kimberly dan Banti sendiri hanya berjarak sekitar 300 meter dari Polsek Tembagapura.

Meski disandera, mereka masih bisa melakukan aktivitas tapi tak bisa keluar dari desanya. sampai saat ini tak mau bicara dengan pihak TNI-Polri. Namun, komunikasi tetap bisa dilakukan pihak TNI-Polri kepada anggota KKB lainnya. “Komunikasi sudah tapi mereka belum nyatakan permintaan,” kata Setyo.

Di Kampung Kimbely terdapat sekitar 300 warga pendatang. Sebagian besar bekerja sebagai pendulang emas dan pedagang. Sedangkan di Kampung Banti yang berdekatan dengan Kampung Kimbely, terdapat sekitar 1.000 orang asli Papua yang juga dilarang bepergian.

Untuk mengatasi hal itu, Satgas Terpadu Penanggulangan Kelompok Kriminal Bersenjata yang terdiri dari 200 personel gabungan Polri dan TNI terus berupaya melakukan langkah persuasif dan preventif. Satgas berupaya membebaskan masyarakat dari intimidasi dan ancaman KKB.

“Polda Papua yang dibantu TNI akan terus berupaya melumpuhkan pergerakan kelompok kriminal bersenjata dalam rangka penegakan hukum serta membuat situasI keamanan dan ketertiban masyarakat tetap kondusif, sehingga aktivitas masyarakat dapat berjalan normal,” tambahnya.(joh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru