MIMBAR-RAKYAT.Com (Bali) – Gunung Agung di Karangasem, Bali meletus dengan asap tebal kelabu mencapai tinggi 700 meter. Namun belum ada warga mengungsi, karena radius 6 sampai 7,5 km masih aman.

Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, letusan freatik terjadi akibat uap air bertekanan tinggi.

“Uap air tersebut terbentuk seiring pemanasan air bawah tanah atau air hujan yang meresap ke tanah di dalam kawah kemudian kontak langsung dengan magma. Letusan freatik disertai dengan asap, abu dan material yang ada di dalam kawah,” katanya kepada wartawan, Rabu (22/11).

Letusan freatik sulit diprediksi. Bisa terjadi tiba-tiba dan seringkali tidak ada tanda-tanda adanya peningkatan kegempaan. Ini juga terjadi pada letusan Gunung Merapi dan beberapa gunung api lainnya di Indonesia.

“Biasanya dampak letusan adalah hujan abu, pasir atau kerikil di sekitar gunung,” katanya. “Memang letusan freatik tidak terlalu membahayakan dibandingkan letusan magmatik. Letusan freatik dapat berdiri sendiri tanpa erupsi magmatik. Namun letusan freatik bisa juga menjadi peristiwa yang mengawali episode letusan sebuah gunung api.”

Status Gunung Agung hingga saat ini tetap Siaga (level 3). Tidak ada peningkatan status. PVMBG terus melakukan pemantauan dan analisis aktivitas vulkanik.

Gunung Agung di Karangasem, Bali, meletus, Selasa (21/11/2017) sekira pukul 17:05 WITA. Asap hitam membumbung tinggi. Warga diminta tetap tenang.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebutkan asap kelabu tebal mencapai ketinggian maksimal 700 meter di atas puncak gunung.

Area di sekitar gunung masih berstatus siaga tiga. Tidak usah panik. Jauhi radius enam hingga 7,5 km sesuai rekomendasi PVMBG.(joh)