Thursday, December 12, 2024
Home > Berita > Bos Toro Rosso Franz Tost: Saya yakin Sean mampu ke F1 

Bos Toro Rosso Franz Tost: Saya yakin Sean mampu ke F1 

Sean Gelael dan Franz Tost. (sean-gelael.com)

MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) – Bos tim Toro Rosso, Franz Tost, yang pernah bekerja sama dengan deretan pebalap kondang seperti Sebastian Vettel, Max Verstappen atau Daniel Ricciardo, mengetahu persis apa yang dibutuhkan pebalap muda untuk menjadi sukses di F1 dan ia pun mengomentari Sean Gelael.

Ia menganggap, Sean Gelael punya potensi untuk berkompetisi di ajang balapan paling top di dunia itu.

Berikut ini tanya jawab dengan Tost seperti disampaikan manajer media Sean Gelael,  Aswin Rizal Harahap, kepada mimbar-rakyat.com.

Tanya (T): Pebalap penguji Toro Rosso, Sean Gelael, mengikat kontrak dengan Prema, tim terbaik di Formula 2. Bagaimana pendapat Anda?

Jawab (J): Itu keputusan bagus karena seperti yang Anda sebutkan Prema adalah tim hebat, dan dalam beberapa tahun terakhir mereka memenangi banyak kejuaraan. Kita akan lihat tahun depan seberapa bagus performa Sean.

T: Musim dingin ini akan sangat penting bagi Sean karena dia mesti berlatih lebih agar tetap fit, dan dia mesti berlatih di simulator dan hal-hal seperti itu agar siap pada waktunya untuk musim depan. Dia mesti memperlihatkan potensi dirinya dan harus menunjukkan performa bagus. Toro Rosso biasanya memberikan kesempatan kepada pebalap yang terikat kontrak dengan Red Bull. Sean bukan bagian dari keluarga atlet Red Bull tapi bisa dapat kesempatan. Kenapa?

J: Tidak benar! Toro Rosso juga pernah menguji pebalap di luar Red Bull. Misalnya, pernah kami menguji Johnny Cecotto dan dua pebalap lain. Lalu kenapa kami memberikan kesempatan ini kepada Sean? Karena dia menggunakan fasilitas simulator Red Bull dan dia selalu mendapatkan hasil bagus di sana.

Kami pun berpikir dia punya potensi lebih tinggi dari apa yang ia hasilkan sekarang. Untuk itulah kami memberinya kesempatan untuk tes. Kesempatan pertama terjadi di Bahrain dan dia melakukan tugas dengan hasil yang sangat mengesankan.

Kami membandingkan lap yang dia lakukan dengan para pebalap kami selama tes itu dan selisihnya tak terlalu jauh. Dia melakukan tes lagi di Hungaria, di mana sekali lagi tampil bagus. Dia hanya kalah sedikit di tikungan-tikungan cepat.

Tapi secara umum dia sudah sangat familiar dengan mobil kami dan masukan teknisnya juga sangat mengesankan. Dia menjalankan program FP1 bersama kami di Singapura, Malaysia, Meksiko, dan Amerika, dengan tujuan lebih membiasakan diri dengan mobil. Tes terakhir dia di Abu Dhabi adalah persiapan untuk tahun depan, di mana dia berkompetisi di F2.

T: Apakah dia bisa membuat Anda terkesan sehingga jadi bagian pebalap yang masuk program pengembangan Red Bull? Atau bisakah kita bilang, dia sekarang sudah ada di program itu?

J: Ini bukan berarti dia langsung terhubung ke program pengembangan pebalap Red Bull, dia terikat dengan Toro Rosso. Sekarang kita lihat saja apa yang bakal terjadi, tapi saya melihat dia bisa ikut beberapa sesi FP1 bersama kami lagi. Tapi kita mesti bersabar karena dia butuh konsentrasi penuh di F2.

T: Apa kekuatan utama Sean dan di area mana dia bisa dikembangkan?

J: Salah satu kekuatannya adalah dia sangat bagus saat pengereman dan masuk ke tikungan. Dia mesti belajar banyak di tikungan-tikungan cepat, tapi untuk itu kamu mesti punya keyakinan tinggi selama di mobil. Kamu butuh jam terbang agar bisa lebih cepat di atas mobil.

Secara umum saya rasa dia punya potensi, tapi sekarang semua ada di tangan dia. Dia sekarang punya kesempatan membalap untuk tim paling kompetitif di F2 dan mesti menyiapkan diri dengan cara terbaik agar mampu memaksimalkan kondisi tersebut.

T: Sebagai orang Toro Rosso, bagaimana Anda bisa membantu dia?

J: Tentu saja kami sering duduk bersama untuk membicarakan hal ini. Di Abu Dhabi kami bicara banyak pada hari Senin, lalu berdiskusi lagi setelah tes yang dia lakukan pada Selasa (28/11). Kami membicarakan program yang dia lakukan di musim dingin (Desember-Februari).

Saya sudah memberikan beberapa ide buat dia, tapi semua tergantung apakah dia mau menerimanya atau tidak. Hal terpenting adalah dia mesti mempersiapkan diri layaknya pebalap profesional. Dia punya komitmen dan sikap positif untuk musim depan.

T: Menurut Anda apakah ini cara belajar paling efektif, terlibat dan di F1 dan F2 pada saat bersamaan?

J: Ini yang banyak dilakukan pebalap lain dan berhasil. Seperti di Hungaroring, Lando Norris dan beberapa pebalap F2 ikut tes F1. Itu proses yang normal. Hal terpenting adalah Sean mesti menyadari bahwa prioritas dia tahun depan adalah F2.

Dia harus memperlihatkan penampilan terbaiknya di F2. Di F1 dia tak butuhkan itu. F1 mungkin akan lebih penting baginya di kesempatan berikut. Sekarang konsentrasi dan targetnya adalah tampil bagus di F2 tahun depan.

T: Pada konferensi pers FIA di Singapura, Anda bilang Sean mesti tampil sangat ‘fantastis’ di F2 tahun depan. Apa makna ‘fantastis’ di sini?

J: Dia mesti ada di posisi 3 atau 4, di papan atas. Saat ini saya tak bisa bilang ke Anda siapa yang bakal jadi juara F2 karena saya belum tahu siapa saja kompetitor utamanya. Tapi sepengetahuan saya saat ini lawan utama Sean adalah (Nyck) De Vries, (Oliver) Rowland, (Lando) Norris dan Sean mesti menunjukkan perlawanan hebat terhadap mereka.

T: Apakah ini prospek yang bagus bahwa dia berasal dari Indonesia, negeri dengan jumlah penduduk besar di mana popularitas F1 terus menanjak?

J: Saya selalu bilang minat terhadap F1 tergantung dua pilar. Pertama adalah jagoan lokal. Ketika saya ke Jerman, akhir 80-an, saya benar-benar terkejut karena mereka tak menyiarkan F1 sama sekali!

Di Austria setiap race disiarkan langsung dan ketika saya tiba di Jerman pada Minggu sore saya tak bisa nonton apa-apa! Saya bilang, ‘kok bisa?’ Pada malam hari mereka bahkan tak menyiarkan cuplikan balapan… Tapi saat itu bisa terjadi karena belum ada kepentingan apa pun sampai Michael Schumacher hadir di F1. Setelah ada dia barulah hasrat terhadap F1 meninggi secara drastis.

Hal itu pun sama dengan di Spanyol terhadap Fernando Alonso, atau Polandia lewat Robert Kubica.

Itu artinya faktor terpenting adalah adanya pahlawan lokal, karena orang kemudian bisa mengenalinya dan selalu mengamati sepak terjangnya.

Pilar kedua adalah sejarah. Akan selalu ada penonton dan penggemar di sirkuit-sirkuit seperti Monza, Silverstone, atau Spa, karena tempat-tempat ini punya sejarah kuat.

Bila seorang pebalap, datang dari Indonesia, sebuah negeri yang benar-benar berbeda, kemudian hadir di F1, saya benar-benar ingin mewujudkannya karena akan membuat penyegaran di F1.

Tapi, kita tak pernah tahu… Mungkin suatu waktu kita bisa punya seri di sana, karena Indonesia negeri dengan populasi besar, dan kondisi perekonomian mereka pun bagus. Jadi, kenapa tidak?

T: Menurut Anda, apakah kepribadian Sean itu cocok buat jadi seorang pebalap F1 suatu hari nanti?

Mengenali pribadinya, saya yakin dia bisa ada di F1. Tapi semua tergantung bagaimana dia mengembangkan dirinya sendiri. Ketika pebalap kami sekarang masuk ke F1, saya bilang ke mereka: ‘Lihat, sekarang kalian ada di F1, tapi sekarang kalian mesti bekerja teramat keras dalam segala hal.’

Saya bilang begitu karena beberapa pebalap menganggap ketika sudah ada di F1 segalanya sudah beres, segala sesuatu bisa datang dengan sendirinya, tapi itu tak betul. Jadi pebalap F1 itu berarti kerja teramat keras dan kamu mesti hidup untuk F1 selama 365 hari setahun.

Kalau bicara soal kepribadian, maka yang saya tekankan adalah pilar-pilar utamanya. Itu adalah: pertama, kamu mesti pebalap dengan skill bagus, kedua, kamu mesti punya gairah tinggi terhadap olahraga ini. Tanpa hal itu, kamu tak akan jadi apa-apa di F1, atau di olahraga lain, atau mungkin dalam urusan bisnis!

Pilar ketiga adalah, kamu mesti punya disiplin tinggi, artinya kamu mesti hadir tepat waktu untuk rapat, atau tidak sembrono mengendarai mobil berlebihan selama kualifikasi, atau kamu mesti punya atensi tinggi terhadap latihan fisik dan asupan nutrisi. Semua hal itu sangat penting.

Pilar utama keempat adalah kamu mesti punya inovasi. Kamu mesti punya ide bagaimana bisa lebih baik, bisa mengalahkan rekan setim, dan sebagainya. Artinya, kamu mesti punya cara sendiri yang bisa menempatkan kamu secara mental dan kemampuan membalap pada situasi kamu lebih baik dari pebalap lain.

Dan kalau itu semua ada di diri kamu, barulah saya masukkan sebagai pebalap dengan kepribadian tinggi.
Kamu tak bisa bilang bila sudah ada di F1, mereka otomatis punya kepribadian bagus karena ini semua butuh proses. Semua aktivitas, pertarungan di atas trek, dan kecelakaan, akan membentuk kepribadian mereka.

Di awal kamu tak bisa bilang inilah pebalap dengan kepribadian bagus – bisakah dia terus seperti itu atau tidak? Semua tergantung dari bagaimana dia mengembangkan dirinya sendiri dari sisi mental, fisik, dan kemampuan membalap.

T: Apakah menurut Anda Sean memiliki semua pilar tersebut?

Sean memilikinya, sekarang tergantung dia sendiri bagaimana memaksimalkannya. Saya rasa dia punya bakat untuk berbuat sesuatu. Apakah dia punya bakat untuk memenangi balapan F1 atau tidak, saya tak bisa bilang sekarang karena itu butuh waktu.

Hal pertama adalah dia mesti bisa ke F1 dulu! Tapi langkahnya yang berikut adalah tampil bagus di F2 bersama Prema, karena tim itu fantastik. Di sana dia bisa memperlihatkan seberapa berbakat dia, dan hasilnya akan menyusul kemudian.

Dia mesti punya gairah tinggi, mesti mencintai motorsport, mesti berdisiplin tinggi, dan mesti selalu berpikir bagaimana bisa lebih baik dari pebalap lain.

T: Apakah Anda akan memberinya nasihat terus menerus sepanjang tahun depan?

Kami selalu berhubungan. Dan bila dia punya pertanyaan, saya selalu siap untuk membantu dan memberinya nasihat. Dia sudah jadi bagian dari keluarga Toro Rosso, kami berhubungan sangat baik, dan dia bisa menelepon saya kapan saja.

Ketika seorang pebalap muda seperti Sean butuh waktu, apakah selalu ada waktu untuk bicara?

Jelas. Selama dia di Toro Rosso, setiap kali selepas sebuah sesi kami duduk bersama, membandingkan datanya dengan data pebalap kami, dan kami menganalisis segala hal bersama-sama.

Itu penting, dan itu cara kerja lumrah dengan pebalap muda, karena tanpa itu mereka tak bisa memperbaiki diri.

T: Apakah pebalap muda seperti ini pernah membicarakan hal di luar balapan?

J: Ya. Soal pacar saya selalu bilang, oke, silakan pacaran, tapi kalau sudah masuk pekan balapan alihkan konsentrasi ke balapan. Semudah itu.

T: Bagaimana hubungan Sean dengan para teknisi?

J: Di Toro Rosso dia punya hubungan sangat baik dengan para teknisi kami dan masukan dari dia juga lumayan bagus dan benar. Kami tahu itu dari para pebalap kami, dan juga dari data. Karenanya saya menganggap dia punya kemampuan untuk meraih sesuatu.

T: Selama berkarier di Toro Rosso Anda pernah bekerja sama dengan bakat-bakat hebat. Bisakah membuka sedikit rahasia tentang Vettel, Verstappen, atau Ricciardo?

J: Tidak bisa. Setiap pebalap punya kepribadian masing-masing. Kamu mesti mencari cara bagaimana bekerja dengan pebalap tertentu, apa kelemahan dan kekuatan dia, dan kemudian kamu mesti mengatakan sendiri ke mereka. Semua selalu tergantung pada bagaimana pebalap memaksimalkannya.

Saya bisa bilang ke Anda ratusan cerita tentang apa yang saya katakan kepada para pebalap, sebagian dari mereka mengerti dan sebagian tidak.  (arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru