MIMBAR-RAKYAT.Com (Jakarta) – Keilmuan yang tinggi dan popularitas luar biasa Ustad Abdul Somad tidak membuat Kementerian Agama memasukkan namanya dalam daftar Rekomendasi 200 Mubalig (penceramah).
Ada enam nama yang didahului dengan Abdul. Tapi Tidak ada Abdul Somad. Nama Aa Gym atau Abdullah Gymnastiar masuk dalam 200 mubalig terekomendasi.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin merilis nama 200 mubalig yang terekomendasi tersebut, pada Jumat (18/5). Menurut dia, nama mubalig yang masuk harus memenuhi tiga kriteria yakni mempunyai kompetensi keilmuan agama yang mumpuni, reputasi yang baik, dan berkomitmen kebangsaan yang tinggi.
“Namun, para mubalig yang belum masuk dalam daftar ini, bukan berarti tidak memenuhi tiga kriteria tersebut,” ujar Menag, seraya menambahkan bahwa daftar itu akan terus diperbaharui (update).
Tidak masuknya nama Ustad Abdul Somad dalam daftar 200 nama tersebut memang menjadi pertanyaan. Selain digemari masyarakat, Abdul Somad juga sangat sering tampil di televisi mengisi banyak pengajian dan kajian Islam di masyarakat.
Jamaahnya selalu penuh karena tingkat keilmuannya sangat tinggi dan ceramahnya mudah dipahami. Dia merupakan pemersatu umat yang selama ini terkesan terkotak-kotak. Dia juga menempuh pendidikan tinggi berdasarkan hasil bea siswa yang prosesnya sangat ketat. Abdul Somad lulus S1 Al Azhar Mesir, S2 Maroko.
Ustad Somad bahkan kini dijuluki dai sejuta umat karena massa yang hadir selalu melimpah-ruah. Abdul Somad sehari-hari sebagai PNS dosen di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Somad mendapatkan beasiswa kuliah di Universitas Al-Azhar, Mesir. Setelah mendapatkan gelar sajana Lc, pada 2004 Somad melanjutkan pendidikan S2 di Al-Hadits Al-Hassania Institute, Maroko juga dari bea siswa.
Karena itu, rekomendasi yang dikeluarkan Kementerian Agama terhadap 200 mubalig menuai polemik. Pasalnya ada sejumlah ustad yang dinilai berkualitas tinggi tidak masuk hitungan.
Menurut politisi PKS Mardani Ali Sera, seharusnya yang mengeluarkan rekomendasi ulama bukan kementerian. Apalagi kementerian yang dipimpin politisi sehingga akan menimbulkan kesan politik.
Mardani menyebutkan, akan lebih tepat apabila rekomendasi atau dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) bukan Kemenag yang dimotori Politisi PPP Lukman Hakim Syaifudin.
“Kalau itu dideklarasikan selain MUI, menurut saya itu sudah keluar dari tupoksi,” jelas Mardani, Minggu (20/5).
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, terkesan menolak disalahkan dengan keluarnya nama 200 mubalig terekomendasi dari kementerian yang dipimpinnya. Rekomendasi itu semata-mata karena untuk menjawab pertanyaan masyarakat.
“Banyak yang menanyakan kepada Kemenag terkait mubalig yang dapat berceramah, baik di musola, mesjid dan tempat pengajian lainnya,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang beredar, Minggu (20/5).
Dengan banyaknya pertanyaan dan permintaan itu, Lukman mengatakan, Kemenag meminta masukan kepada sejumlah ormas Islam, tokoh umat, dan ulama. “Termasuk masjid-masjid besar yang ada di Indonesia lalu kemudian kami mendapatkan nama-nama itu,” ujarnya lagi.
Dia juga menjelaskan bahwa daftar 200 nama mubalig bukan rekomendasi satu-satunya. Karena daftar itu akan diperbaharui dengan memunculkan nama-nama sesuai dengan masukan yang diterima dari tokoh-tokoh ulama dan ormas Islam.
“Ini daftar yang dinamis dan akan senantiasa mengalami updating dan perubahan penambahan,” ucapnya.(dir)