MIMBAR-RAKYAT.Com (Rohani) – Hati manusia seperti halnya besi, bisa berkarat. Harus selalu dibersihkan. Caranya mudah, perbanyak istigfar (minta ampun) dan zikrullah (mengingat Allah).
Hati manusia disebut kalbu (qalbun), yakni organ tubuh yang letaknya di dalam dada sebelah kiri dan merupakan bagian terpenting bagi pergerakan darah. Hati juga disebut qalb, karena sifatnya berubah-ubah.
Sabda Rasulullah, “Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging yang jika dia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya, itu adalah hati.”
Imam Ghazali membagi hati dalam dua pengertian. Pertama, daging kecil yang terletak di dalam dada sebelah kiri dan di dalamnya terdapat rongga yang berisi darah hitam.
Kedua, merupakan bisikan halus ketuhanan (rabbaniyah) yang berhubungan langsung dengan hati yang berbentuk daging.
Hati inilah yang dapat memahami dan mengenal Allah, serta segala hal yang tidak dapat dijangkau angan-angan manusia.
Hati juga seperti knalpot kendaraan, jika tidak dirawat dan dibersihkan, akan mudah kotor dan dipenuhi debu.
Sedangkan ulama membagi makna hati manusia menjadi tiga bagian, yakni hati yang sehat (qalbun salim), hati sakit (qalbun maridh), dan hati mati (qalbun mayyit).
Hati sakit, selalu dipenuhi penyakit yang bersarang di dalamnya, seperti dengki, gibah (bergunjing), riya karena ingin dipuji, sombong, tamak, dan sejenisnya yang semuanya buruk.
Pada hati yang sakit, tidak ada penilaian jujur terhadap apapun yang tampak di depan mata. Melihat orang sukses timbul iri dan dengki, melihat teman mendapat rezki banyak timbul resah dan gelisah. Ujung-ujungnya timbul kebencian.
Yang paling parah hati mati. Hati seperti ini sepenuhnya di bawah kekuasaan hawa nafsu, sehingga tidak mengenal Allah. Hari-harinya dipenuhi kesombongan terhadap Allah, sama sekali tidak mau beribadah kepada Allah. Tidak mau menjalankan perintah-Nya.
Orang seperti ini telah berhamba kepada selain Allah. Bila dia mencintai sesuatu, cintanya karena hawa nafsu. Begitu pula tindakan yang lain, selalu didasari hawa nafsu. Allah sangat murka terhadap orang yang hatinya telah mati.
Sedangkan hati yang baik dan sehat disebut qalbun salim, itulah hatinya orang beriman. Hati yang hidup, bersih, penuh ketaatan dengan cahaya terang dan bertempat di jiwa yang tenang (nafsul mutmainnah).
Allah berfirman, “…(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang selamat (sehat).” (QS Al-Shaffat: 84)
Firman Allah yang lain, “Dan janganlah Kau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS Al Syu’ara: 87-89)
Ayat pertama merupakan penjelasan mengenai Nabi Ibrahim sebagai golongan pengikut nabi sebelumnya, yaitu Nabi Nuh yang memiliki hati yang ikhlas dan tidak ada keraguan dalam beriman kepada Allah SWT. Sedangkan pada ayat kedua, hati yang bersih atau selamat dari sifat syirik yang merupakan cerminan dari seorang mukmin.
Yang dimaksud hati yang sehat, hati yang terbebas dan selamat dari berbagai macam sifat tercela, baik yang berkaitan dengan Allah maupun berkaitan sesama manusia, serta makhluk Allah lainnya.
Karena itu, sangat penting kita menjaga hati dalam kehidupan sehari-hari, agar tetap selalu konsisten dalam ridho dan petunjuk Allah.
Karena seringkali kita melalaikan hal-hal kecil yang bisa mengeroposkan kekuatan hati sebagai sumber berprilaku dengan baik. Sebagai muslim, kita dianjurkan selalu berdoa dan berzikir agar diberi ketetapan hati pada agama yang lurus, yakni Islam. (H.Dirham)