MIMBAR-RAKYAT.com Kisah wanita cantik yang berprofesi sebagai penambal ban sedang ramai diperbincangkan di dunia maya. Tukang tambal ban itu tidak tahu kalau banyak orang membahasnya di media sosial.
Wanita itu bernama Nanik Fransiska (18), warga Desa Tlogosari Kecamatan Tirtoyudho Kabupaten Malang. Ibu rumah tangga ini baru tahu setelah ada sejumlah aparat yang datang ke kediamannya beberapa saat lalu.
“Hari Minggu (9 November) ada petugas yang datang ke rumah saya, mereka menunjukkan gambar saya di HP-nya,” kata Nanik, Selasa 11 November 2014.
Dua aparat kepolisian itu datang untuk mencari tahu identitas tukang tambal ban ini. Nanik mengaku kaget begitu tahu fotonya menjadi pembahasan di internet.
Nanik terkenal setelah fotonya diunggah oleh salah satu pelanggannya yang sedang menambal ban di bengkelnya. Namun, hidup wanita tamatan sekolah dasar ini, jauh dari dunia maya.
Sejak dua tahun terakhir, Nanik memang menjalani profesi sebagai penambal ban motor sekaligus penjual bensin eceran. Berbekal lapak seluas 6 meter persegi warisan dari orang tuanya, Nanik ditemani suaminya Riko Hariwibowo (22), sehari-hari mencari nafkah dari lapak itu. “Saya dapat lapak ini setelah saya menikah,” katanya.
Setelah bengkel beroperasi, suaminya sering kesulitan melayani pelanggan yang beberapa kali datang dalam waktu yang sama. Suatu saat, ban motor Nanik bocor setelah digunakan ke pasar di sekitar desa. Malangnya, kondisi bengkel yang ramai membuat Nanik harus sabar menunggu giliran.
Namun wanita yang ramah ini memilih untuk mengerjakan sendiri tugas itu. “Saya diajari suami dan bisa, akhirnya keterusan sampai sekarang,” kata Nanik.
Hingga saat ini, setiap hari Nanik siap mengotori jarinya yang lentik dengan kotoran ban motor. Tugas itu dijalani untuk meringankan beban suami. Meskipun hasilnya tak seberapa, namun dia bahagia bisa mengurangi beban suaminya.
Penghasilan
Profesi sebagai penambal ban mampu menghasilkan uang yang halal bagi keluarga berapapun besarannya. “Pendapatan sehari sekitar Rp15 ribu sampai Rp40 ribu, tapi pernah juga tidak pegang uang sama sekali,” tuturnya.
Seperti halnya penjual jasa lain, Nanik juga mengalami masa panen pendapatan pada saat lebaran. Pendapatannya bisa sampai Rp150 ribu dalam sehari.
Selain hidup bersama suaminya, Nanik juga menghidupi anak kakaknya yang kini berusia tujuh tahun.
“Kalau sedang banyak, ya disyukuri. Yang penting cukup untuk sekolah anak sehari-hari,” ucapnya.
Menjadi tukang tambal ban tidak semudah melakukan profesi lain yang jamak dilakukan wanita di kampungnya. Seperti buruh tani, pembantu rumah tangga, ataupun pencari rumput untuk pakan ternak. Tantangan pertama sempat datang dari keluarga terdekatnya sendiri,
“Dulu keluarganya sempat melarang, istri saya jadi minder dan sempat berhenti,” kata Riko.
Namun Nanik bisa bangkit kembali dan menjalani profesinya untuk bertahan hidup. Walaupun tak tega melihat istrinya bekerja keras, namun Riko juga tak bisa melarang istrinya berbuat baik untuk keluarga.
“Setelah saya motivasi dia melakukan pekerjaan ini lagi. Ini kemauan dia sendiri,” kata pria tamatan SMP itu.
Riko pun bersyukur memiliki istri yang berbakti dan membantu bebannya. Dia tak pernah menyangka perkenalannya dengan Nanik lewat adiknya empat tahun lalu akan berakhir di pelaminan.
Hatinya bahagia. Selain mendapat istri cantik, kata Riko, Nanik juga tak segan bekerja keras untuk membantunya. Seperti siang itu, dengan rambut lurus tergerai dan setelan kemeja trendi warna-warni khas remaja, Nanik cekatan melepas ban dalam sepeda motor bebek milik pelanggan. (ita/viva)
Foto : Nanik Fransiska (18 tahun), tukang tambal ban.