MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) – Orang kuat bukan yang ototnya besar dan keras serta mampu memenangi peperangan atau perkelahian, melainkan orang yang dapat menahan hawa nafsunya.
Hal itu dikatakan Ustad Abdulrazaq Qosdy yang menjadi imam dan khatib pada Shalat Idul Fitri di Masjid Al Istiqomah Kawi Kawi Atas, Jakarta Pusat, Jumat pagi.
“Jihad melawan nafsu lebih berat dibanding perang dengan menghunus pedang sekalipun. Bahkan lebih berat ketimbang melawan syaitan,” kata Abdulrazaq (24), yang masih menuntut ilmu di perguruan tinggi serta mengajar agama di beberapa tempat.
“Syaitan itu menggoda manusia melakukan berbagai maksiat. Tapi nafsu angkara murka mengejar terus untuk melakukan berbagaihal yang bertentangan dengan perintah agama,” katanya.
“Lelaki yang tidak dapat menahan hawa nafsunya hakikatnya adalah orang yang lemah. Ia kuat tetapi lemah. Ia bukan lelaki sejati,” katanya.
Ia menambahkan, orang melakukan puasa secara ajeg adalah orang yang takwa dan menunaikan puasa Ramadhan merupakan benteng untuk melawan hawa nafsu.
Ia memberi contoh betapa puasa amat dibutuhkan untuk kehidupan di dunia dan di akhirat, karena orang yang akan menjalani operasi saja diminta dokter untuk melakukan puasa antara 8-10 jam.
“Dari segi medis saja sudah tercermin betapa puasa amat diperlukan untuk melakukan tindakan medis. Jadi di dunia pun sudah amat dibutuhkan, apalagi untuk kehidupan akhirat. Ini semua karena puasa hakikinya adalah perang melawan hawa nafsu,” ujar ustad muda itu.
Ketua DKM Al Istiqomah, Ustad Rape’i, S.Sos.I, sebelum menunaikan shalat Idul Fitri menyatakan terima kasih dan kekagumannya pada generasi muda yang dengan handal dapat menyelesaikan pekerjaan mereka yang padat mulai dari awal hingga akhir Ramadhan 1439 H.
“Saya bangga dengan generasi remaja Islam Al Istiqomah (Risti), yang mampu melakukan tugas mereka dengan baik. Semoga mereka maju terus untuk dapat menggantikan para orangtua,” katanya.
Ketua Risti, Adam Rizky, sebelumnya mengatakan, pada penerimaan zakat fitrah Al Istiqomah, terkumpul uang sebanyak Rp24.246.000,- sedangkan beras 703,5 liter dengan mustahik sebanyak 230 jiwa. (arl)