Thursday, December 12, 2024
Home > Berita > Ramadhan di Sudan: Buka Puasa dengan ‘Rasa Revolusi’ di Negara Tanpa Presiden

Ramadhan di Sudan: Buka Puasa dengan ‘Rasa Revolusi’ di Negara Tanpa Presiden

Para pengunjukrasa Sudan melakukan sholat Jumat di dekat markas militer di Khartoum saat dilakukan aksi duduk menuntut transisi pemerintah yang dipimpin warga sipil. (Foto: AFP/Arab News)

Para pengunjukrasa Sudan melakukan sholat Jumat di dekat markas militer di Khartoum saat dilakukan aksi duduk menuntut transisi pemerintah yang dipimpin warga sipil. (Foto: AFP/Arab News)

mimbar-rakyat.com (Khatoum) –  Selama 30 tahun terakhir, rakyat Sudan telah hidup di bawah rezim represif Omar Al-Bashir. Namun, sejak gelombang protes yang dimulai di kota Atbara 19 Desember 2018, yang akan menjadi awal revolusi Sudan, menjadikan Sudan kini tanpa presiden.

Pada Ramadhan kali ini menjadi yang pertama selama bertahun-tahun bagi sebagian orang seumur hidup mereka di suatu negara tanpa dipimpin seorang presiden.  Hal itu oleh masyarakat Sudan memang mereka impikan sejak lama dan saat ini mimpi itu telah terwujud.

Arab News
melaporkan, di bawah pemerintahan Bashir, kemiskinan menguntit negara itu. Namun meskipun ada peningkatan kemelaratan, nilai-nilai solidaritas dan kasih sayang tetap kuat di seluruh masyarakat Sudan.

Sekarang, ketika revolusi memasuki fase penting, sifat-sifat itu makin menonjol. Tindakan melakukan aksi duduk di depan komplek Komando Umum Angkatan Bersenjata Sudan merupakan salah bentuk mewakili manifestasi terbesar dengan nuansa solidaritas dan kasih sayang di antara masyarakat umum, merupakan protes terbaru sebagai simbol keinginan mereka untuk membentuk pemerintahan sipil, dan mengubah negara itu menuju jalan demokrasi dan kebebasan.

Ribuan orang Sudan berbaris menuju tempat aksi dilakukannya demonstrasi, bersama keluarga-keluarga datang bergandengan tangan, termasuk anak-anak muda mereka, sambil membawa makanan dan minuman untuk  buka puasa di halaman markas angkatan bersenjata.

Mereka yang hadir termasuk ratusan orang Sudan dari organisasi sukarela yang menyediakan makanan Ramadhan bagi para pemrotes yang berpuasa, dan bahkan para prajurit yang menjaga gedung itu. Kegiatan itu melukiskan sebuah gambar yang penuh warna dari semangat sejati di bulan suci.

Pemimpin masyarakat paling menonjol di Sudan, Fares Al-Nour, yang ditangkap sebelum penggulingan rezim Bashir, mengatakan bahwa dua pusat bantuan makanan telah didirikan dalam aksi duduk untuk memasok para demonstran dan tentara untuk berbuka puasa.

Alaa Eddin Sulaiman, seorang aktivis, mengatakan kepada Arab News bahwa Ramadhan tahun ini datang dengan “rasa revolusi” dan bahwa orang-orang Sudan menyatakan kegembiraan bahwa bulan suci telah tiba dengan Bashir dan rezimnya dipaksa “pergi”.

“Kami sedang mempersiapkan era baru, di mana angin demokrasi, keadilan, kebebasan dan supremasi hukum akan menang,” katanya.

Mengutip Al Jazeera, Presiden Sudan Omar Al-Bashir naik ke puncak pimpinan di negeri itu dengan merebut kekuasaan dalam kudeta militer pada 30 Juni 1989, dan terus menjabat hingga 11 April 2019, ketika ia digulingkan dan ditangkap oleh angkatan bersenjata.

“Al-Bashir telah dibawa ke “tempat yang aman,” kata Jenderal Awad Ibn Auf dalam pidatonya pada Kamis (11/4) sore, setelah menyatakan “penggulingan rezim”.

Namun sebetulnya kejatuhan al-Bashir lebih disebabkan oleh ribuan masyarakat Sudan dari semua lapisan, yang turun ke jalan selama empat bulan untuk menuntut diakhirinya pemerintahan pria berusia 75 tahun itu.

Aksi itu, yang diawali para dokter, guru, pengacara, kemudian diikuti masyarakat, dipicu kenaikan harga makanan, sebelum beralih ke tuntutan yang lebih luas untuk perubahan politik. Demonstrasi merupakan puncak dari kemarahan selama bertahun-tahun atas korupsi dan penindasan yang telah berlangsung lama.***sumber Arab News, Al Jazeera, Google.(janet)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru