Thursday, December 12, 2024
Home > Berita > Pilpres: Kubu Prabowo Tolak Hasil Resmi KPU

Pilpres: Kubu Prabowo Tolak Hasil Resmi KPU

mimbar-rakyat.com (Jakarta) – Kubu Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno secara hukum menolak hasil resmi pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres) Indonesia. Hal itu dipastikan direktur hukum kubu Prabowo, Sufmi Dasco Ahmad kepada wartawan Selasa (21/5) bahwa tim mereka akan membawa kasus ini ke Mahkamah Konstitusi.

Saksi resmi dari tim Prabowo sebelumnya telah menolak untuk menandatangani pernyataan hasil resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan juru bicara kampanye Danhil Anzar Simanjuntak dengan tegas mengatakan bahwa tim Prabowo tidak menerima hasil pemilihan tersebut.

“Secara resmi, kami menolak hasil pemilihan presiden,” kata Simanjuntak pada Selasa (21/5) pagi, seperti dilaporkan Al Jazeera . “Penipuan struktural, sistematis, masif, dan brutal telah terjadi, dan itu belum ditangani dengan adil,” katanya. Dan dia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut tentang dugaan penipuan tersebut.

Joko Widodo dan pasangannya Ma’ruf Amin memenangkan lebih dari 85 juta suara dari 154 juta suara pada pilpres 17 April di negara demokrasi terbesar ketiga di dunia itu, kata pihak KPU. Partainya juga muncul sebagai pemenang dalam pemilihan parlemen yang berlangsung bersamaan.

Sementara pihak  Prabowo mengatakan, pada awalnya mereka tidak akan mengambil tindakan hukum, tetapi di bawah hukum pemilu, mereka memiliki tiga hari untuk mengajukan pengaduan. Prabowo mengalami hal sama pada tahun 2014.

Pendukung Prabowo berencana mengadakan rapat umum pada hari Rabu (22/5) di luar kantor komisi di ibukota, Jakarta, untuk memprotes hasil pilpres. Mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai Persaudaraan Alumni 212, mengacu pada protes Desember 2016 terhadap Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama, gubernur etnis Tionghoa pertama Jakarta yang dituduh dan kemudian dinyatakan bersalah atas penistaan ​​agama.

Selama kampanye untuk kepresidenan, Prabowo, seorang mantan jenderal yang telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia, mendapat dukungan signifikan di antara kelompok-kelompok konservatif.

Tuduhan bahwa Jokowi bukan Muslim sejati merajalela. Hoaxes menuduh bahwa presiden akan menghapus pendidikan agama di sekolah-sekolah, melarang ajakan untuk berdoa dan melegalkan seks di luar nikah dan pernikahan sesama jenis jika kembali berkuasa, tampaknya beresonansi di antara pemilih di negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, meskipun klaim itu salah.

“Gerakan mereka ingin masyarakat berpikir bahwa para pemimpin Islam, atau para pemimpin yang didukung oleh kelompok-kelompok Islam, tidak akan menang (dalam pemilihan) karena praktik penipuan aktor negara dan presiden yang berkuasa,” kata Titi Anggraini, direktur eksekutif Asosiasi. Pemilihan dan Demokrasi (Perludem).

“Mereka ingin menampilkan diri mereka sebagai orang yang dirugikan,” katanya seperti dikutip Al Jazeera.

Komisi pemilihan mengatakan tidak ada bukti kecurangan sistematis dalam pemilihan, sementara pengamat independen mengatakan pemilihan itu bebas dan adil.

Dalam komentar pertamanya sejak pengumuman hasil resmi, Jokowi mentweet rasa terima kasihnya kepada mereka yang telah memilih dia.

“Terima kasih karena telah mempercayai kami dan memberi kami mandat,” tulisnya dalam bahasa Indonesia. “Kami akan mengubah kepercayaan Anda menjadi program pembangunan yang adil dan merata.”

Jokowi kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintahnya akan menjadi “pemimpin dan pelindung semua orang Indonesia”.

Dina Afrianty, seorang peneliti di Sekolah Hukum Universitas La Trobe di Melbourne, mengatakan posisi Prabowo tampak lemah.

“Ancaman protes tampaknya asli, tetapi seruan untuk menolak hasil pemilu membawa kredibilitas yang jauh lebih rendah daripada protes  212,” katanya kepada Al Jazeera.

Kawat berduri dan truk polisi dikerahkan di luar markas komisi pemilu Indonesia di tengah kekhawatiran tentang protes jalanan yang dipanggil oleh kelompok yang berseberangan.

Ada peningkatan keamanan di seluruh Jakarta pada hari Selasa dengan kehadiran polisi yang banyak di kantor-kantor komisi dan Monumen Nasional, tempat berkumpul massa yang populer untuk protes.

Polisi Indonesia mengeluarkan peringatan atas kekhawatiran serangan oleh negara Islam Irak dan sel sempalan Levant (ISIL atau ISIS) yang dikenal sebagai Jamaah Anshurat Daulah (JAD).

Lebih dari 40.000 personil polisi dan militer dikerahkan di ibukota minggu ini untuk melindungi kota dari potensi kekerasan. Jumlahnya termasuk ribuan yang  didatangkan dari wilayah lain di Indonesia.

Sementara itu, beberapa perempuan keturunan Cina-Indonesia di Jakarta mengatakan kepada Al Jazeera secara pribadi bahwa mereka berencana tinggal di rumah pada hari Rabu untuk keselamatan mereka sendiri, di tengah kekhawatiran akan terulangnya kekerasan tahun 1998 saat jatuhnya Presiden Soeharto dan ketika minoritas Tionghoa Indonesia menjadi sasaran oleh perusuh.

Anggraini Perludem mengatakan;  “Protes 22 Mei memiliki tujuan jangka panjang,” katanya. “Ini adalah investasi politik dalam kontes pemilihan mendatang. Akan ada 269 pemilihan daerah pada tahun 2020, dan pemilihan presiden pada tahun 2024. Keduanya akan sangat kompetitif.”***sumber Al Jazeera/Google. (Janet)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru