MIMBAR-RAKYAT.Com (Afghanistan) – Warga Afghanistan menghadapi pemilihan presiden untuk menentukan nasib bangsa. Namun, sebelum pesta demokrasi itu diwarnai kekerasan dan serangan teror bom.
Pada Senin (29/7) dilaporkan, sebanyak 20 orang tewas dan 50 lainnya luka-luka dalam serangan terhadap kantor tim sukses kandidat presiden Amrullah Saleh di Ibu Kota Kabul. Saleh adalah rekan dekat Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani.
Ledakan terjadi pada Minggu (28/7) pukul 16:40 waktu setempat. Sebuah bom meledak di kantor organisasi Pemuda Hijau, sebuah lembaga yang dipimpin Saleh. Saleh dilaporkan berada di sana saat serangan terjadi, tetapi selamat meski mengalami luka-luka.
Setelah ledakan bom, seseorang dengan membawa senjata menembaki seisi kantor dan bersembunyi di sana. Aksi baku tembak dengan aparat terjadi selama tiga jam, kemudian pelaku berhasil ditembak mati.
“Aparat sudah menutup kawasan itu dan mereka mencoba melumpuhkan penyerang secepat mungkin,” kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Nasrat Rahimi.
Ghani bakal bersaing dengan 17 kandidat presiden lainnya. Dia membidik masa jabatan kedua sebagai petahana.
Ghani menggaungkan slogan soal perdamaian Afghanistan jika dia terpilih kembali. Namun, hingga saat ini dia belum bisa membuat kesepakatan apapun dengan kelompok Taliban yang tumbang dari kekuasaan pada 2011 silam.
Pesaing utama Ghani adalah Abdullah Abdullah. Dia saat ini menjabat sebagai kepala staf kepresidenan.
Taliban sampai saat ini tidak mengakui pemerintah Afghanistan di bawah kepemimpinan Ghani. Mereka menolak duduk di meja perundingan dengan pemerintah Afghanistan jika pasukan asing belum ditarik dari negara itu.
“Kami hanya melihat para pejabat Kabul dari sisi politik, dan bukan sebagai sebuah pemerintahan,” kata juru bicara Taliban, Suhail Shaheen.
Taliban menolak ajakan berunding pemerintah Afghanistan, dan menyatakan mereka baru mau melakukan hal itu setelah Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) benar-benar menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan.
“Perundingan Intra-Afghan baru bisa terlaksana jika sudah ada pengumuman penarikan seluruh pasukan asing,” kata Shaheen.
Juru Runding Amerika Serikat untuk perdamaian Afghanistan, Zalmay Khalilzad, menyatakan sudah beberapa kali bertemu dengan perwakilan Taliban di Qatar. Mereka menyatakan sudah sepakat mengakhiri perang yang sudah berjalan selama 18 tahun.
Menurut informasi yang dihimpun, AS dan Taliban pekan ini bakal meneken nota kesepahaman untuk memastikan jadwal penarikan pasukan asing dari Afghanistan.
AS bakal menarik pasukan jika ada jaminan Afghanistan tidak bakal dijadikan basis kelompok radikal. Sedangkan Presiden Afghanistan, Ashraf Gani, ketar-ketir jika AS dan NATO pergi maka mereka harus berhadapan langsung dengan Taliban.
Taliban juga menolak berunding langsung dengan pemerintah Afghanistan karena dianggap tidak sah dan hanya menjadi boneka AS. (AFP/Rtr/d)