Mimbar-Rakyat. Com Ternyata tidak ada apa apa. PSBB yang diterapkan di Jakarta mulai Senin 14/9 sama seperti ketika Jakarta menerapkan PSBB pertama kali beberapa bulan lalu.
Hanya bunyinya yang menggelegar.
PSBB Total!
Rem Darurat!
Bahasa bahasa yang bombastis inilah yang membuat banyak kuping panas. Pejabat yang merasa diatasnya kobong jenggotnya. Pejabat selevel ditetangganya gatel tangannya.
Wong nyatanya peraturan yang diterapkan juga nggak jauh jauh amat dari kebijakan lama. Mal, pasar, kantor boleh buka. Meski hanya separo kapasitasnya.
Cafe restoran tetap boleh melayani pesanan antar. Sekolah tetap belum boleh tatap muka. Masjid di kampung/komplek tetap buka. Bahkan gojek pun masih boleh antar penumpang.Sementara aturan yang dulu malah tidak boleh.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD nyeletuk, kesalahan kata-kata terkait kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta membuat ekonomi negara terdampak.
Lha iyalah. Ekonomi pasar kan tidak banyak menggunakan logika. Maka dikenal adanya “sentimen pasar”.
Sentimen inilah yang bekerja hanya beberapa jam Anis, sang gubernur, muncul dengan istilah hantu tersebut.
Sentimen itu menjelma di pasar saham BEI.
300 triliun rupiah kabur dalam sekejap.
Semudah itukah. Ya, semudah memencet tombol jual dilayar komputer.
Di pasar tradisional, tidak segamblang itu wujudnya. Tapi mengendap di dada mbok Tiyem, Kang Karto, mang Diman.Berupa rasa deg- degan dan was was akan nasib dagangannya.
Dimata netizen yang maha benar itu. Anis, dikatakan pintar membuat gempar.
Nyinyir politikus Demokrat Ferdinand ke Gubernur DKI: Nies, Rem Darurat yang Kau Tarik itu Ternyata Blong!
Mahfud MD menyitir ketika melakukan seminar nasional Evaluasi 6 bulan dan proyeksi 1 Tahun Penanganan Covid-19 pada Sabtu (12/9/2020).
Ini soal lidah yang kepleset saja. Sesuatu yang aneh keluar dari Anis. Ia seorang yang fasih bicaranya. Runtun kata katanya, jernih tata pikirnya. Lha kok milih diksi kata saja, nggak tepat.
Tata-kata bukan Tata Negara, Akibatnya Kacau, kata Mahfud
Benarkah hanya sesederhana itu?
Saya termasuk yang tidak percaya, Anies hanya terpeleset lidah.
Apakah ini bukan hasil kompromi, setelah Anis ditekan habis oleh orkestrasi raksasa ekonomi yang menggunakan tangan pemerintah pusat? Dirigennya Airlangga sendiri.
Persis seperti awal Pandemi Maret lalu, saat Anis ingin memberlakukan lockdown (psbb total).
Keputusan Anies persis pada awal pandemi. Anies menginginkan lockdown. Pemerintah pusat maunya PSBB.
Dari keputusan Anies kira bisa baca. Jelang pemberlakuan PSBB total, Anies mendapat tekanan keras dari para punggawa kabinet.
Jalan tengahnya kompromi. Kebijakan PSBB total menjadi PSBB diperlonggar.
Ahad (13/9) mantan dubes RI di Polandia Peter F Gontha membocorkan surat bos perusahaan rokok Djarum Budi Hartono kepada Presiden Jokowi. Ia tegas menolak rencana PSBB total di DKI.
Saat itu Jokowi seperti disodori buah simalakama: Dimakan bapak mati. Tidak dimakan emak mati. Akhirnya ia memilih menelan ludahnya sendiri. Persis seperti pernah dikatakan sendiri “Ruwettttt….ruwetttt….ruwett……” (ds)