Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi, sehingga status aktivitas masih dalam tingkat ‘Siaga.’ Demikian penjelasan Kepala BPPTKG Hanik Humaira.
“Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi,” jelas Hanik melalui keterangan tertulis, Jumat (18/12), seperti dikutip dari bnpb.go.id. Adapun potensi bahaya hingga saat ini, menurut Hanik, adalah berupa guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dan awan panas sejauh maksimal 5 kilometer.
“Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dan awanpanas sejauh maksimal 5 km,” tulis Hanik.
Pihaknya masih memberlakukan rekomendasi sebagaimana yang telah dirilis sebelumnya yakni Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan G. Merapi yang bisa terjadi setiap saat.
Penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) III direkomendasikan untuk dihentikan. Pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.
Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Menurut Hanik, apabila terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.
Sedang Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) merilis hasil laporan monitoring aktivitas Gunung Merapi terhitung sejak Jumat (11/12) hingga Kamis (17/12). Dalam laporan itu BPPTKG menyatakan bahwa secara visual, cuaca di sekitar Gunung Merapi secara umum terpantau cerah pada pagi hari, sedangkan siang hingga malam hari berkabut.
Asap berwarna putih terpantau dengan intensitas ketebalan tipis hingga tebal dan bertekanan lemah. Tinggi asap maksimum 150 meter teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Ngepos pada tanggal 15 Desember 2020 pukul 07.45 WIB.
Selanjutnya, guguran teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan dengan jarak luncur maksimal sejauh 1,5 kilometer ke arah hulu Kali Senowo di sektor barat laut pada tanggal 14 Desember pukul 08.42 WIB.
Berdasarkan hasil analisis morfologi area puncak yang diambil menggunakan kamera foto dari sektor barat daya tanggal 15 Desember terhadap tanggal 11 Desember 2020 menunjukkan adanya sedikit perubahan morfologi area puncak karena aktivitas guguran.
Kemudian dari data drone tanggal 14 Desember 2020 tidak teramati adanya material baru atau kubah lava baru.
Menurut analisa kegempaan, pada pekan ini tercatat 217 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 1.621 kali gempa Fase Banyak (MP), 6 kali gempa Low Frekuensi (LF), 284 kali gempa Guguran (RF), 303 kali gempa Hembusan (DG) dan 9 kali gempa Tektonik (TT). Dibandingkan dengan pekan lalu, intensitas kegempaan pada minggu ini lebih rendah.
Dari sisi deformasi, jarak tunjam EDM di sektor barat laut dari titik tetap BAB ke reflektor RB1 tercatat berkisar pada jarak 4.038,727 meter hingga 4.039,087 meter; dan dari BAB ke reflektor RB2 pada kisaran 3.853,442 meter hingga 3.853,816 meter.
Selanjutnya baseline GPS Klatakan – Plawangan berkisar pada 6.164,06 meter hingga 6.164,07 meter.
Mengenai pantauan hujan lahar, BPPTKG mencatat pada minggu ini terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan tertinggi sebesar 44 mm/jam selama 70 menit di Pos Kaliurang pada tanggal 11 Desember 2020. Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.***(edy)