Thursday, November 21, 2024
Home > Editorial & Opini > Selalu Optimis dan Berserah Diri

Selalu Optimis dan Berserah Diri

Oleh Hendry Ch Bangun

Apa kabar Anda hari ini? Semoga tetap sehat dan penuh semangat.

Banyak hal yang membuat kita perlu terus menjaga kesehatan. Hidup sehat berarti dapat berbuat semaksimal kapasitas kita. Hidup sehat berarti tidak memiliki beban fisik untuk bekerja, untuk bepergian, untuk melakukan aktivitas yang kita hendaki. Hidup sehat juga turut berperan dalam berpikir sehat karena tidak ada unsur dalam raga kita yang memerlukan perhatian dan perawatan.

Banyak hal yang juga membuat kita harus terus bersemangat. Lingkungan sosial kita saat ini sedang dilanda musibah. Banyak kenalan, teman lama, tetangga tiba-tiba sakit atau meninggal dunia.

Ada juga yang menghilang, ternyata menjalani isolasi mandiri karena terkena Covid-19. Ada pula kerabat, atau kolega, atau tetangga yang mendadak kehilangan pekerjaan. Mau tidak mau kita ikut memikirkan, entah diminta atau tidak.

Dalam kehidupan, kita sama-sama mahfum, bicara itu mudah dan menjalaninya itu susah. Kita mudah menasehati seseorang untuk tabah, berbesar hati, semangat, terus percaya diri. Tetapi kalau mengalaminya sendiri, barulah terasa betapa besar beban, meski hanya untuk bertahan dan tetap optimistis.

Saya memuji teman-teman yang tetap “ normal” ketika menjalani isolasi mandiri atau dirawat ketika terkena Covid. Tetapi menyapa melalui media sosial, tetap hangat, seolah dia tidak mengalami apa-apa. Meskipun setelah itu, di dalam hati, dia sedang menangis atau bersedih. Kita yang memberi support jadi ikut berbesar hati melihatnya. Akhirnya percakapan menjadi positif, live must go on. Ayo hadapi dengan hati besar, semua ini akan segera berlalu.
***
Namun ketika menjalaninya, pertarungan batin tidaklah semudah itu. Ada banyak faktor yang membuat berfikir positif bukan pekerjaan mudah. Seperti mengupas bawang, ada banyak sekali lapis yang harus dilalui, satu demi satu, untuk sampai pada intinya.

Pertama mengetahui diri positif, sikap pertama adalah menganggap biasa saja di satu sisi dan marah di sisi lain. Biasa karena keyakinan bahwa itu terjadi, tidak akan selesai dengan menyesalinya, dan bagaimanapun dia harus dijalani.

Marah karena merasa sudah menjaga diri berbulan-bulan, bahkan setahun, eh karena lalai sedikit akhirnya terkena virus. Tapi akhirnya saya pasrah dan berserah diri.
Cobaan seberat apapun pasti akan dapat kita lalui. Di tengah kesulitan pasti selalu ada kemudahan. Pasrahkan saja pada Yang Maha Kuasa. Semua pastilah rencanaNya untuk semakin menguatkan kita.

Saya bersyukur keluarga dan para kolega memberi support luar biasa. Dukungan berlimpah ruah. Nasehat, saran, dan pengalaman berdatangan.

Madu, vitamin, aneka macam obat diberikan, begitu juga alat ukur asupan udara ke paru-paru.Terus terang karena terlalu bersemangat, apa saja saya makan. Minum susu murni, makan jeruk, madu lalu minum obat herbal dan paten. Perut malahan jadi begah.

Kondisi fisik normal. Penciuman oke. Gejala hanya kadang demam dan kerap batuh. Beruntung karena terbiasa jalan kaki, saya sebanyak mungkin membuang batuk dan menghirup udara segar dengan berolahraga. Paru-paru jadi terasa lega, tetapi memang tetap seperti ada yang tersisa. Itulah yang waktu demi waktu “buang” dengan berolahrag.

Kepada tetangga saya beritahu sedang isoman, jadi kalau bertemu segera menjauh pada saat berolahraga pagi. Di rumah sendiri saya tidur di kamar atas terpisah dan selalu mendapat room service apapun yang dibutuhkan.

Maksudnya agar yang lain tidak tertulari. Nah kalau mau olahraga pagi, saya sampaikan pengumuman, agar yang lain tidak mendekat.
Setelah tujuh hari mendekam di rumah dan isolasi, pada hari ketujuh saya minta diantar untuk tes swab drive through.

Saya tidak percaya diri, tetapi karena berdasar pengalaman teman, mestinya negative. Alhamdulillah hasilnya negative. Obat yang memang sebenarnya untuk 10 hari, tetap saya konsumsi. Madu, Vitamin D, Propoelix, serta susu segar juga rutin jadi asupan.

Pada hari ke-10, saya tes swab lagi dan kembali jantung rasanya dag dig dug. Ternyata juga negative. Karena bepergian ke luar kota, hari ke-14 saya kembali melakukan tes swab, kembali hasilnya negative. Namun dianjurkan untuk melakukan tes PCR agar hasilnya lebih pasti. Itu saya lakukan 10 hari kemudian, yakni hari ke-20, dan Alhamdulillah negative.
***
Obat dan vitamin ditambah dengan olahraga merupakan basis penyembuhan, selain semangat dan keyakinan dapat sembuh. Penyebabnya selama bekerja sampai pension, sekitar 36 tahun, praktis saya tidak pernah sakit. Paling juga flu, batuk, radang tenggorokan.

Mencoba hidup sehat dan menghargai kesehatan, yang dulu sering disampaikan almarhum Bob Hasan, kalau berjumpa saat liputan, memang membekas di kepala. Tidak ada gunanya apapun kalau Anda sakit. Harta, kekayaan, nama besar percuma kalau Anda terbaring tak berdaya.

Saya merasakan dalam tubuh yang sehat, akan muncul pikiran positif, gagasan baik, semangat, dan optimisme. Dalam dunia yang begitu menantang dan bikin pusing saat ini, sehat adalah sarat minimal. Karena itu ada di tangan kita, bukan orang lain. Dan murah. Ayo, jangan tunggu.
Ciputat 3 April 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru