Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Indonesia sering dianda becana. Data bencana alam yang dihimpun Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) hingga saat ini mencsatat total bencana sejak awal tahun 2021 hingga 20 April 2021 mencapai 1.158 kejadian.
Bencana hidrometeorologi tetap dominan terjadi dengan total kejadian mencapai 1.048. Rincian bencana hidrometeorologi kategori basah ini antara lain banjir 490 kejadian, puting beliung 320, tanah longsor 223 dan gelombang pasang/abrasi 15.
Selain bencana hidrometeorologi, BNPB juga mencatat bencana yang disebabkan faktor geologi seperti gempa bumi dengan total kejadian 17. Demikian penjelasan BNPB melalui Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Dr Raditya Jati, yang dikutip dari bnpb.go.id.
Latihan kebencanaan
Sejak awal Januari 2021, banyak wilayah Indonesia sering dilanda bencana. Tak sedikit warga menjadi korban dan kerugian harta benda akibat fenomena alam yang berujung bencana. Gempa Sulawesi Barat hingga bencana hidrometeorologi dampak siklon tropis Seroja menjadi peringatan bersama terhadap pentingnya latihan di tingkat keluarga.
BNPB menekankan bahwa keluarga menjadi ruang pembelajaran sejak dini dalam membangun ketangguhan. Hal ini tidak terlepas dari pengetahuan dan latihan kebencanaan yang dilakukan. Mewujudkan latihan kebencanaan, BNPB mencanangkan setiap 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB). Tanggal tersebut dapat dimanfaatkan secara bersama-sama oleh seluruh komponen masyarakat, khususnya di tengah keluarga, untuk melakukan latihan.
Melalui praktek atau latihan, setiap anggota keluarga dapat belajar dan memahami risiko yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Contoh sederhana yang dapat dilakukan, kepala keluarga dapat menyusun rencana darurat keluarga, memetakan akses dan arah evakuasi di rumah mereka masing-masing, titik kumpul sekitar rumah, atau langkah aman lainnya.
Risiko pada setiap individu dalam setiap keluarga akan berbeda meskipun suatu wilayah tersebut berpotensi bahaya, seperti banjir atau gempa bumi.
Banyak faktor yang sangat mempengaruhi individu selamat dari bahaya. Misalnya dalam konteks risiko gempa, beberapa faktor seperti struktur bangunan rumah, langkah merespons bahaya, maupun kondisi fisik setiap individu dapat menentukan keselamatan dalam merespons bahaya.
Setiap kepala keluarga atau orang dewasa di dalam keluarga perlu untuk mendapatkan pengetahuaan kebencanaan. Saat ini banyak informasi dapat diakses untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan kebencanaan. Atau aplikasi kebencanaan yang dapat membantu untuk kesiapsiagaan keluarga. Namun, BNPB menggarisbawahi pengetahuan ini belum cukup tanpa latihan.
Menilik hasil kajian pascagempa Kobe di Jepang yang terjadi pada 1995, warga yang selamat karena mampu menyelamatkan diri sendiri mencapai 34,9%, diselamatkan anggota keluarga 31,9%, diselamatkan tetangga 28,1%, dan sisanya faktor lain. Ini menyimpulkan pemahaman dan kemampuan diri sendiri di dalam anggota keluarga dapat menjadikan mereka sebagai keluarga tangguh.
BNPB mengawali HKB ini sejak 2017. Setiap tahun peserta dari organisasi dan masyarakat terus meningkat. BNPB berharap setiap keluarga di seluruh Indonesia dapat melakukan latihan***(edy)