Thursday, December 12, 2024
Home > Berita > Gegara Covid19, Kasus DBD di Kuningan Turun Drastis

Gegara Covid19, Kasus DBD di Kuningan Turun Drastis

Mimbar-Rakyat.com (Kuningan) – Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kuningan, penanganan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kuningan, hingga Jumat (5/11/2021) tercatat sebanyak 196 kasus.

Angka tersebut menurun drastis dari angka tahun sebelumnya yang tercatat ada 364 kasus. Sedangkan data jumlah kematian akibat DBD pun dilaporkan terus menurun dalam tiga tahun terakhir. Kasus kematian akibat DBD tahun 2019 dilaporkan ada 4 kasus, tahun 2020 ada 3 kasus, dan tahun 2021 hanya ada 1 kasus kematian.

Kepala Dinas Kesehatan Kuningan, dr Susi Lusiyanti, melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), dr Denny Mustafa mengatakan penurunan kasus DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni pusat – pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas) yang masih terfokus dengan penanganan pandemi Covid-19. ” Yang kedua masih banyak masyarakat yang tidak melaporkan kasus DBD,” ujar dokter Denny.

Dikatakan Denny, untuk data kasus DBD tidak ada lonjakan yang signifikan. Hanya ada 1-2 kasus di satu tempat, dan tidak terus bertambah.

Tak hanya itu, menurutnya penurunan angka kasus DBD ini, juga disebabkan puskesmam yang juga belum secara rutin melaporkan Angka Bebas Jentik (ABJ).

Memasuki musim penghujan, sambung Denny, habitat nyamuk Aedes Agepty makin bertambah dan itu, bisa menimbulkan beberapa jenis penyakit muncul, termasuk DBD.
“Penyakit DBD ini kan ditimbulkan oleh virus sama dengan influenza, juga Covid, hanya saja DBD ini ada vektornya yakni nyamuk, ” ujarnya.

Datangnya musim penghujan, kata Denny, tentu menimbulkan banyaknya genangan air tempat berkembangbiaknya nyamuk jika masyarakat tidak memperhatikan lingkungan.

“Seperti di kaleng-kaleng bekas, gelas plastik dan pot-pot yang terbuka menghadap ke atas ini berpotensi menimbulkan genangan air yang jadi tempat berkembangbiaknya nyamuk. Jika ini dibiarkan ya vektor DBD ini akan menyerang manusia, dan DBD bisa merebak lagi, ” jelasnya.

Pihaknya mengakui, hingga saat ini belum sepenuhnya mampu mengendalikan vektor nyamuk ini. Hal itu, tergantung pada kesadaran masyarakat dalam memperhatikan higienis sanitasi lingkungan.
“Yang paling penting dari penanggulangan DBD ini adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), bukannya fogging, ” sebut Denny.

,Mengenai Fogging yang biasa dilakukan, sebenarnya bukanlah langkah yang bisa menanggulangi penyebaran DBD. Fogging ini, katanya, hanyalah satu dari sekian langkah untuk memenangkan masyarakat saja agar tidak resah dari merebaknya DBD di lingkungannya.

Selama ini banyak anggapan masyarakat, kalau tidak dilakukan fogging maka tidak ada upaya penanganan DBD.
“Padahal justru, inti penanganan merebaknya DBD ini adalah pemberantasan sarang nyamuk tadi. Dengan PSN, maka vektor penyebab DBD bisa diberantas, ” tandasnya.

Meski begitu, pihaknya tetap akan melakukan upaya fogging jika memang masyarakat dan lingkungan tersebut sangat membutuhkannya. (Dien)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru