Tuesday, April 01, 2025
Home > Cerita > Dialog seorang tua dengan rajanya,  Catatan Widodo Asmowiyoto

Dialog seorang tua dengan rajanya,  Catatan Widodo Asmowiyoto

Widodo Asmowiyoto. (mr)

Alhamdulillah, penularan Covid-19 varian baru Omricon sudah cenderung menurun. Khususnya di Indonesia, yang selama dua tahun lebih (2020-2021) pandemi virus berbahaya ini sangat mencekam.

Pemberitaan tentang serangan Covid-19 mendominasi sajian media massa baik cetak, elektronik, maupun online. Media sosial juga meramaikan ruang-ruang pemikiran dan ingatan warga baik yang sajiannya positif maupun negatif. Saking masifnya informasi medsos membuat banyak orang tidak sensitif  lagi untuk menimbang apakah sajian yang dibacanya benar atau bohong (hoaks).

Rasa stres mhasyarakat akibat konten hoaks medsos atau bahkan yang bernada adu domba masih saja berlangsung hingga saat ini. Jika tidak berhati-hati, bisa saja tujuan terselubung konten yang membelah bangsa pada gilirannya menjadi kanyataan. Hanya kedewasaan kita bersama yang mampu membantu pemerintah untuk tetap mewujudkan terekat eratnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Namun sayang, menurunnya rasa stres masyarakat menyusul redanya ancaman Covid-19, belakangan mulai tergantikan oleh beberapa pemberitaan dengan tema yang menyangkut hajat hidup mereka baik di bidang ekonomi maupun politik. Riuhnya pemberitaan bidang ekonomi didominasi langkanya minyak goreng, sedangkan di bidang politik didominasi pro-kontra penundaan pemilihan umum. Padahal pemerintah dan para wakil rakyat di tingkat pusat sudah sepakat pemilu dijadwalkan diselenggakan pada 14 Februari 2024.

Bisa panjanglah kalau mengikuti tema tersebut. Belum lagi kalau ditambah subtema atau topik pemberitaan yang lain yang seringkali juga menyita perhatian. Harap maklum, media massa memang bertugas untuk menyampaikan beragam informasi, kritik, dan kontrol sosial. Berita tentang kasus korupsi juga masih seringkali muncul karena memang kejadiannya sendiri tidak pernah berakhir. Berita kejahatan khususnya pembunuhan juga marak karena memang persitiwanya masih ada saja.

Karena itu banyak cara untuk meredakan ketegangan pikiran kita masing-masing. Sepenuhnya meninggalkan kebiasaan membaca atau mendengar berita sepertinya juga tidak mungkin. Sebab sebagai manusia masa kini kita mempunyai keingintahunan yang besar. Kiat jalan keluarnya mungkin dapat dibantu oleh oleh jajaran pengelola media massa arus utama (mainstream).

Simak dialog seorang tua dengan rajanya

Mungkin kisah berikut ini sedikit-banyak dapat meredakan stres masyarakat. Syukur jika bisa dijadikan bahan perenungan. Lebih bersyukur lagi jika kita bisa tersenyum. Kisah ini sengaja dikutip dari buku sangat laris di Turki. Judul aslinya, “Allah Var Problem Yok!”. Terjemahnya, “Allah Ada Masalah Tiada!”.

Buku yang ditulis oleh Ferudun Ozdemir ini diklaim telah membantu banyak orang menemukan kembali arti hidup yang sesungguhnya. Isi buku setebal 472 halaman ini sarat dengan kisah kemanusiaan dan keagamaan. Buku itu pada 2014 diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia oleh Penerbit Zahira. Saat ini, menjelang bulan Ramadan, kita kutip salah satu kisahnya berjudul “Istana atau Rumah Penginapan?

Seorang yang sudah tua, wajahnya bercahaya tiba-tiba berhenti dari langkahnya. Ia termenung untuk beberapa lama, terpaku dalam sandaran tongkat kayu. Ia datang dari tempat yang sangat jauh. Terlebih dengan usianya yang sudah tua telah membuatnya begitu lelah. Sementara itu tempat ia berhenti adalah di depan istana seorang raja Belh bernama Ibrahim bin Ethem. Saat itu datang beberapa orang penjaga istana yang bertanya kepadanya:

“Apa yang sedang engkau cari di sini, wahai orang tua?”

Orang tua itu pun menjawab:

“Aku adalah seorang musafir. Aku sedang mencari penginapan untuk beristirahat di malam ini. Sepertinya penginapan ini cocok”.

Mendengar kata-kata orang tua yang seperti ini para penjaga istana pun langsung menjawabnya dengan nada keras:

“Tempat ini adalah istana, bukan penginapan. Istana miliknya sang raja!”

Orang tua itu terdiam untuk beberapa lama. Namun entah apa yang sedang ada dalam pikirannya sehingga ia kemudian berkata:

“Bukan! Aku sangat yakin kalau tempat ini adalah penginapan. Aku ingin menginap di sini untuk satu malam. Aku adalah tamunya Allah SWT”.

Meskipun sudah memaksa dan menerangkan sedemikian rupa, namun tetap saja orang tua itu tidak mau paham. Sehingga para penjaga istana pun kemudian memberitahukan kejadian ini kepada Ibrahim bin Ethem.

“Biarkan saja dia masuk. Biar kita tahu siapa dia sebenarnya,” kata Ibrahim bin Ethem.

Dengan wajahnya yang bercahaya seolah sisi istana menjadi terang oleh pancaran cahaya wajah orang tua itu. Ia terus masuk ke dalam istana untuk bertemu dengan Ibrahim bin Ethem. Dengan berucap ‘salam’ orang tua itu menemui sang raja. Ibrahim bin Ethem pun menerima salamnya dengan kesan ia adalah seorang yang baik terlihat dari wajahnya yang bercahaya. Setelah itu terjadilah percakapan di antara keduanya demikian:

Ibrahim bin Ethem:

“Wahai orang tua! Tempat ini bukanlah penginapan. Namun kenapa engkau tidak juga mau tahu? Bagaimana engkau bisa menganggap remeh rumah seorang raja sebagai penginapan? Aku memandangmu sebagai orang yang berhati baik. Sehingga aku pun membiarkanmu sampai masuk ke sini. Di seberang ada rumah penginapan biar aku perintahkan kepada para pengawal untuk menerimamu bertamu di sana!”

Orang tua itu berkata:

“Para penjaga pintu tidak paham. Dan kini engkau juga ternyata tidak paham. Tempat ini adalah penginapan. Jika tidak percaya biarlah aku buktikan!”

Sang raja:

“Baiklah segera buktikan. Jika engkau bisa maka aku izinkan engkau tinggal di sini selama satu malam. Namun jika tidak maka engkau akan menerima hukuman berat.”

Oang tua itu berkata:

“Baiklah, sekarang jawablah pertanyaanku. Sudah berapa lama engkau tinggal di sini?”

“Tiga tahun”.

“Siapakah yang tinggal di sini sebelum kamu?”

“Ayahku. Ia tinggal di sini selama sepuluh tahun. Sebelum kemudian meninggal dunia”.

Orang tua itu kembali bertanya:

“Kemudian siapa lagi yang tinggal di sini sebelumnya?”

“Kakek. Ia juga tinggal di sini selama duabelas tahun sebelum kemudian meninggal dunia”.

Orang tua itu bertanya:

“Sepeninggalmu siapakah yang akan tingggal di sini?’

“Mungkin anakku”.

Setelah mendengar semua jawaban ini orang tua itu tertawa sendiri. Ia kemudian berkata:

“Bukankah sejak awal sudah aku katakan kalau tempat ini adalah penginapan. Bukankah engkau sendiri yang baru saja mengatakan kalau yang tinggal di sini selalu berganti mulai dari kakekmu, ayahmu, engkau sendiri, dan kemudian putramu. Engkau ada sekarang. Namun suatu waktu pasti engkau juga akan meninggal dunia. Dan sebagai gantinya mungkin putramu akan tinggal di sini. Demikian akan terus berganti selamanya. Bukankah kalau begitu tempat ini tidak lain dari sebatas penginapan?’

Pesan moral

Kata-kata orang tua tersebut telah membuat Ibrahim bin Ethem seperti terkena aliran listrik tegangan tinggi. Ia tertegun merenungi kenyataan itu untuk beberapa lama. Sampai akhirnya ia berkata:

“Baiklah wahai orang tua! Engkau telah menang, sehingga aku pun harus memperkenankan dirimu untuk tinggal di penginapan ini untuk satu malam”.

Dari dialog tersebut, pesan moral yang bisa dipetik adalah bahwa baik engkau tinggal di dalam istana maupun di dalam tenda keduanya sama saja. Dunia ini tidaklah lebih dari tempat singgah, dan engkau adalah musafir di sini … Oleh karena itu janganlah pernah lupa kalau seorang musafir hanyalah akan tinggal untuk sementara!

Bagi kita yang tinggal di Indonesia saat ini, pesan moral itu relevan untuk direnungi oleh para koruptor dan manipulator serta rakyat kebanyakan. Sebagai musafir yang lambat atau cepat akan pulang ke alam keabadian (akherat), selayaknya memperbanyak bekal amal saleh.

Tidak perlulah para okum pejabat yang kaya masih saja korupsi. Tidak perlu pula para oknum pebisnis yang sudah kaya raya masih saja menumpuk kekayaan dengan menimbun minyak goreng yang membuat susah rakyat banyak. *** (Widodo Asmowiyoto, adalah wartawan senior)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru