Mimbar-Rakyat.com (Doha) – Warga Maroko menyambut pencapaian bersejarah tim nasional mereka di Piala Dunia 2021 Qatar meski takluk 0-2 dari juara bertahan Prancis pada laga semifinal.
“Mereka bermain sangat baik tapi keberuntungan tidak berada pada pihak kami,” kata seorang pendukung Oussama Abdouh di Casablanca, Rabu.
“Meski demikian, kami menghadapi dengan gagah sang juara bertahan, itu luar biasa.
“Di luar Piala Dunia, tim ini membuat kami terus bermimpi, dan oleh karena itu, saya angkat topi untuk mereka.”
Sementara itu, bagi Hakim Salama, kekalahan 0-2 dari Prancis itu terlalu berat.
“Kami melewatkan kesempatan terbaik yang ada pada abad ini,” kata dia.
Hujan menerpa ibukota Rabat pada Rabu malam dan atmosfer di sana jauh dari kegembiraan atas kemenangan bersejarah yang membawa Si Singa Atlas selangkah lagi ke final Piala Dunia. Mereka menjadi tim Afrika dan Arab pertama yang mencapai titik sejauh ini di pentas dunia.
Kali ini, lansir antaranews, jalanan sunyi tiada suara klakson mobil dan tabuh-tabuhan.
“Timnas telah membuat keajaiban sejak awal Piala Dunia,” kata Rachid Sabbiq, seorang pedagang di distrik Derb Sultan, Casablanca, sebelum laga.
“Tidak masalah apakah mereka menang atau kalah, mereka telah memenangi rasa hormat dan kekaguman dari semua warga Maroko, dan itu tidak ada bandingannya,” kata dia.
Sabbiq yang biasa berjualan cemilan manis mengganti dagangannya menjadi bendera Maroko.
Meski negaranya kalah, pemimpin Maroko Raja Mohammed VI mengirim ucapan “selamat yang hangat” kepada seluruh timnas mereka karena telah “memuliakan rakyat Maroko”, demikian seperti dilansir kantor berita setempat MAP.
Sang raja juga mengucapkan selamat kepada presiden Prancis Emmanuel Macron lewat telefon pascapertandingan.
“Mereka membuat kami bermimpi”
Salah satu lingkungan tertua di Casablanca, Derb Sultan merupakan benteng perlawanan terhadap otoritas kolonial ketika kerajaan Afrika Utara itu menjadi protektorat Prancis dari tahun 1912 hingga 1956.
Dia juga tempat berdirinya salah satu tim top Maroko, Raja de Casablanca, yang melahirkan striker legendaris Mohamed Jarir (alias Houmane), yang pada 1970 menjadi orang Maroko pertama yang mencetak gol di Piala Dunia.
“Di lingkungan ini, kami mencintai sepak bola, jadi tentunya kemenangan tim nasional membuat kami bermimpi,” kata seorang pemuda bernama Mohamed Nadifi yang mengidolakan pemain sayap Sofiane Boufal.
Kiprah timnas di Piala Dunia juga telah menggerakkan ekonomi di Maroko di mana toko-toko kini banyak yang menjual jersey dan bendera negara mereka.
“Sang Singa tidak hanya membuat kami senang tapi juga membuat bisnis berjalan lagi” di tengah kesulitan ekonomi yang dialami sebagian besar warga Maroko, kata seorang pedagang Khalid Alaoui.
Touria Matrogui memberanikan diri menerjang hujan deras untuk membeli jersey kebesaran timnas Maroko bagi keempat keponakannya.
“Mereka telah mengibarkan tinggi bendera Maroko, dan oleh karena itu, kami sangat berterima kasih kepada mereka,” kata dia.
Dukungan internasional
Kesuksesan timnas Maroko juga mendapat dukungan dari berbagai belahan benua.
“Maroko telah membuat seluruh benua ini bangga,” kata Sidibey Zoumana, asal Pantai Gading, yang telah tinggal di negara itu sejak 2018.
“Saya telah menyaksikan kemajuan mereka seolah-olah itu adalah negara saya sendiri.”
Dari Gaza ke Senegal, kesuksesan timnas itu telah mentransformasi wajah dari Maroko.
“Mereka membuktikan bahwa tim Afrika bisa maju dan benar-benar bersaing,” kata Said Mohssine (48) seusai pertandingan.
Bagi yang lain, laga itu sedikit berbau politik, karena datang di tengah pertikaian diplomatik antara Paris dan Rabat atas masalah Sahara Barat yang selalu diperdebatkan.
Beberapa penggemar sangat kecewa, karena maskapai nasional Royal Air Maroc terpaksa membatalkan penerbangan tambahan untuk para fan ke Qatar hanya beberapa jam setelah mengumumkannya.
Mereka yang sudah tiba di negara Teluk itu juga tidak mendapat tiket yang telah dijanjikan kepada mereka.
Beberapa menuduh staf federasi sepak bola Maroko membagikan tiket yang dimaksud kepada teman dan keluarga mereka. (abd)