Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Mantan politikus PDIP Budiman Sudjatmiko buka suara terkait kabar beredar menyebut dirinya mendukung Prabowo Subianto sebagai capres 2024 lantaran berharap bisa mendapat jatah kursi menteri.
Ketika ditanya soal harapan tersebut Budiman enggan menjawab dengan pasti. Ia hanya menyebut dirinya sebagai politikus adalah manusia politik yang membutuhkan kekuasaan.
“Kalau pun saya berharap, saya manusia politik. Manusia politik itu butuh kekuasaan,” kata Budiman dalam acara Political Show CNN Indonesia TV, Senin (28/8) malam.
Budiman kemudian mengatakan tidak ada yang salah ketika seseorang terjun ke dunia politik dengan niat untuk berkuasa.
Terlebih, menurutnya, kekuasaan dalam politik dapat digunakan untuk “membersihkan” suatu pemerintahan dari hal-hal kotor.
“Saya berharap lebih dari sekadar Menteri, gubernur kek, direktur BUMN, DPR sudah, Bupati. apapun saya kira pilihan itu pilihan sah. Bukan sebagai sebuah apa, kemerosotan moral ketika Anda mengatakan bahwa Anda ingin terjun ke politik, Anda ingin berkuasa, Anda tidak moralis, Anda tidak etis,” ujar Budiman.
Kendati demikian, ketika ditanya kembali untuk menegaskan apakah dirinya berharap menjadi menteri jika Prabowo memenangi pilpres dia enggan menjawab tegas.
“Apa yang spesial untuk tidak menjawab dan menjawab. ketika saya menjawab, saya kemudian menjadi manusia jujur dan bodoh karena berharap. Ketika tidak menjawab saya dianggap manusia sebagai tidak jujur tapi tulus. Anda simpulkan,” tegas Budiman.
Budiman pun membantah tuduhan yang sempat beredar menyebut dirinya telah mengkhianati perjuangan reformasi dengan ingin berkuasa.
“Dulu ada pertanyaan gini ketika saya di DPR wah Budiman dulu berjuang lawan orba ujung-ujungnya ingin berkuasa,” ujar Budiman.
“Seolah-olah ada pertanyaan kalau ada orang pernah berjuang untuk demokrasi dan ingin berkuasa dia mengkhianati perjuangan, seolah-olah kekuasaan demokratis hanya boleh diberikan kepada orang-orang yang tidak berjuang untuk demokrasi,” imbuhnya.
Dicap bukan orang loyal
Politikus PDI Perjuangan Aria Bima tak begitu kaget dengan lompatan-lompatan politik yang dilakukan oleh Budiman yang merupakan mantan kader satu partainya tersebut.
Aria Bima menyebut Budiman bukan tipe orang yang loyal dengan organisasi. Dia juga mengatakan Budiman tidak menjiwai dalam berorganisasi.
Hal itu dia ungkapkan berdasarkan pengalamannya selama ini ketika berdiskusi dengan Budiman. Aria Bima menilai Budiman lebih suka bicara ideologi, ketimbang organisasi.
“Saya juga enggak kaget karena Budiman yang saya kenal lebih kepada hal-hal yang ideologis dan akademis. Saya melihat dia tak begitu paham dan menjiwai organisasi,” kata Aria Bima.
“Kalau diskusi sama saya itu dia bicara narasi-narasi ideologis, politis. Kelihatannya dia bukan tipe orang yang loyal dalam satu gerak organisasi. Ini persepsi saya,” lanjutnya.
Menurutnya, Budiman tidak terbiasa berorkestrasi dalam kegiatan organisasi. Dia mengatakan selama ini Budiman bertahan hanya karena ada keterkaitan beberapa gagasannya dengan PDIP.
Namun demikian, dia juga tak menyangka jika lompatan yang dilakukan Budiman terlalu jauh hingga dipecat olah partai.
“Dia tidak terbiasa di dalam orkestrasi di dalam kegiatan organisasi. Tapi bahwa ada pertalian ideologis yang dia kerjakan dengan organisasi, iya,” ujarnya.
“Jadi jika terjadi lompatan-lompatan yang dilakukan Budiman saya melihat itu pasti terjadi. Tapi kalau lompatannya semacam ini saya terus terang kaget juga,” imbuhnya.
Pandangan Aria itu langsung dibantah oleh Budiman. Politisi yang baru dipecat dari PDIP itu mengklaim banyak terlibat dalam internal organisasi.
Budiman mengaku banyak ikut dalam pembuatan keputusan strategis di partai berlogo kepala banteng itu. Dia bahkan mengaku ‘nurut’ pada arahan partai.
“Saya kira 19 tahun saya gabung PDIP, saya pikir banyak keputusan penting partai, keputusan untuk tidak gabung ke pemerintahan pak SBY selama 2 periode, dulu pak Jokowi gubernur, presiden, dan sebagainya, banyak keputusan startegis saya ikut,” ujar dia.
“Termasuk ketika 2019, menemui pak Sekjen minta saya tak dicalonkan DPR, tapi pak Sekjen ‘enggak kamu daftar lagi.’ Artinya saya ikuti banyak hal yang strategis saya ikuti,” imbuhnya.
Budiman menuai kontroversi setelah buka-bukaan menyatakan dukungannya kepada Prabowo Subianto sebagai capres di Pilpres 2024 pada Jumat (18/8) lalu di Semarang, Jawa Tengah. Budiman bahkan membentuk relawan Prabowo-Budiman (Prabu).
Sikap Budiman itu berlawanan dengan keputusan PDIP yang telah mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres. Imbasnya, Budiman dipecat dari PDIP. Surat pemecatan Budiman diteken Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Sekjen Hasto Kristiyanto. (ds/sumber CNNIndonesia.com)