Thursday, December 12, 2024
Home > Berita > 5 Nama Adu Kuat, Bacawapres Versi TPN untuk Ganjar di Pilpres 2024

5 Nama Adu Kuat, Bacawapres Versi TPN untuk Ganjar di Pilpres 2024

Rapat TPN Ganjar Pranowo jelang Pilpres 2024.

Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Tim pemenangan nasional (TPN) Ganjar Pranowo disebut tengah menggodok sejumlah nama yang menguat akan menjadi bakal cawapres eks Gubernur Jawa Tengah itu di Pilpres 2024.

Mereka yakni Ketua Bappilu PPP Sandiaga Uno, Menko Polhukam Mahfud MD, mantan Panglima TNI Andika Perkasa, bekas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) hingga Ketua Harian Perindo TGB Muhammad Zainul Majdi.

Plt Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono menjelaskan pembahasan soal 5 nama bakal cawapres Ganjar di internal TPN itu masih hangat. Ia mengklaim parpol koalisi Ganjar tak mengutamakan sosok orang atau kelompok tertentu, melainkan kapasitas dari sosok cawapres tersebut.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di sisi lain juga menegaskan nama bakal pendamping Ganjar masih sangat dinamis. Ia juga menargetkan Ganjar dan bakal cawapresnya nanti bisa menang satu putaran. Namun belakangan Hasto kerap melontarkan pantun ‘kode’ cawapres ke Mahfud Md, Sandi dan RK.

Lantas, dari kelima nama tersebut siapakah sosok yang dinilai mampu membawa kemenangan untuk Ganjar di Pilpres 2024?

Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul menilai kelima nama itu memiliki kompetensinya masing-masing. Namun Adib menilai yang paling berpeluang untuk membawa Ganjar meraup suara pada Pilpres 2024 adalah Mahfud MD.

Sebab sejumlah politikus juga sepakat bahwa mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu mampu diterima banyak pihak.

“Menurut saya memang prioritasnya ada di Pak Mahfud, kalau Ganjar mau survive,” kata Adib saat dihubungi Jumat (15/9).

Adib mengatakan Mahfud dapat diterima oleh pendukung NU segala kalangan. Mahfud pun memiliki pengalaman pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB.

Selain itu, Mahfud memiliki sejarah kedekatan dengan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, serta Mahfud memiliki kedekatan dengan sejumlah kyai NU. Mahfud, lanjut Adib, juga memiliki potensi suara di Jawa Timur lantaran ia berasal dari Madura.

“Setidaknya bahwa friksi ketika Mahfud dimunculkan ini kecil di NU. Jadi Mahfud mudah diterima oleh NU dan suara Jawa Timur,” kata dia.

Di samping itu, Mahfud memiliki sejumlah pengalaman baik di tingkat legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Nama Mahfud belakangan juga dikenal lebih banyak golongan usia usai dirinya dinilai yang getol mengusut kasus dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) Rp349 triliun di Kemenkeu.

“Dia terkenal punya integritas selama ini, tegas, Jadi menurut saya suara non Jawa juga bisa masuk,” lanjut Adib.

Sementara kekurangan Mahfud MD menurutnya hanya terletak pada restu partai di koalisi pendukung capres. Namun menurutnya dengan dominasi suara PDIP di koalisi dan hanya PPP yang merupakan partai parlemen, maka kemungkinan Mahfud diterima masih besar.

Selain Mahfud, Adib menilai RK merupakan sosok yang diyakini akan memperkuat suara PDIP di Jawa Barat yang selama ini lemah. RK yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat dan sebelumnya juga Wali Kota Bandung memiliki kantong suara besar di Jawa Barat.

Selain itu, RK selama ini menampilkan dirinya sebagai sosok yang cukup humoris dan sering berinteraksi dengan warganet di sosial media.

“Kalau RK saya kira memang kuat di Jawa Barat, dia juga kuat di segmentasi suara milenial dan Gen Z. RK ini kan gaya framing, citranya, itu kan kadang-kadang mewakili Gen Z, agak-agak lebay. Itu bisa terlihat saat dia mengkomunikasikan sebuah kebijakan,” kata Adib.

Namun RK menurut Adib belum cukup kuat untuk membawa suara NU khususnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sementara PDIP sebagai partai nasionalis selama ini nampaknya selalu membutuhkan partai yang bernafaskan islam atau NU untuk mendapatkan tambahan dukungan suara.

Adib melanjutkan untuk kandidat bakal cawapres Mahfud ketiga dan memiliki pamor cukup adalah Sandiaga Uno.

Ia memiliki modal finansial yang cukup lantaran merupakan pengusaha. Di sisi lain, untuk mengikuti kontestasi Pilpres butuh finansial yang tak sedikit di tengah iklim demokrasi Indonesia yang liberalistik.

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) tahun 2022, Sandiaga tercatat memiliki kekayaan mencapai Rp10,9 triliun. Kekayaannya naik Rp300 miliar dibandingkan 2021. Selain itu, Sandi yang saat ini menjabat sebagai Menparekraf menurutnya cukup profesional.

“Yang menjadi unggulan Sandiaga adalah ketika dia profesional saat bekerja sebagai menteri, dan dia pengusaha,” kata Adib.

Sandi juga dinilai mampu menyumbang suara islam lantaran Sandi merupakan kader PPP yang notabenenya merupakan partai berbasis Islam. Pun PPP kini telah berkoalisi dengan PDIP. Namun menurutnya, Sandi memiliki kelemahan pada tingkat elektabilitas di masyarakat.

“Ketika dia maju di Kabinet Indonesia Maju, saya kira dia agak meredup, tidak muncul seperti 2019 lalu saat Sandiaga mendampingi Pak Prabowo. Jadi menurut saya statis, dan power dia tidak terlalu kuat,” ujarnya.

Sementara untuk Andika Perkasa dan TGB, Adib juga menilai mereka masih lemah di elektabilitas. Namun Adib juga menegaskan bahwa keduanya memiliki kompetensi yang baik.

Andika sebagai mantan Panglima TNI memiliki kemampuan menyusun strategi yang bagus yang dapat digunakan dalam Pilpres. Pun saat ini Andika juga masuk dalam TPN Ganjar. Sementara TGB juga dinilai mampu membawa suara pendukung NU kendati tidak signifikan.

“TGB punya kelebihan, di mana kalangan islam moderat bisa menjadi acuan TGB. Di NU juga mungkin bisa meraup suara, tapi tak sekuat dari Pak Mahfud,” ujar Adib.

Di sisi lain, Adib juga menilai lima nama itu masih sangat dinamis dan bisa berubah menyesuaikan kebutuhan untuk pemenangan Ganjar. Misalnya, untuk meraih suara NU Adib menilai ada dua tokoh yang bisa dipertimbangkan sebagai kandidat bakal pendamping Ganjar.

Menag Yaqut Cholil Qoumas misalnya, yang memiliki jejaring pondok pesantren yang kuat khususnya di Jawa. Yaqut juga merupakan adik dari Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf.

Yaqut juga merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor. Selain itu, Yaqut menurutnya dapat diterima oleh kalangan non islam lantaran perannya selama menjadi Menag cukup adil.

Di sisi lain, ada juga sosok yang bisa membantu Ganjar meraih suara di Jawa Timur, Yakni Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.

Khofifah merupakan tokoh perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU dalam empat kepengurusan. Pun, Khofifah menjadi orang pertama di Jawa Timur yang merupakan provinsi kedua basis suara tertinggi dalam kontestasi politik.

Senada, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin juga menilai terdapat sejumlah nama lain, seperti Putri Gus Dur Yenny Wahid apabila Ganjar ingin berupaya mencari suara NU.

Namun apabila Ganjar disodorkan pada lima nama bakal cawapres seperti yang tengah digodok TPN saat ini, maka menurutnya yang paling ideal menjadi pendamping Ganjar adalah Mahfud MD atau Sandiaga Uno.

“Kalau saya melihatnya ada Mahfud MD dan Sandiaga Uno. RK breaking news tidak jadi, tidak ada dan Golkar tidak mengusung resmi RK ke Ganjar,” kata Ujang kepada CNNIndonesia.com, Kamis (14/9) malam.

Mahfud menurutnya terkenal sebagai sosok yang berintegritas, namun memiliki kelemahan gemar ‘ceplas-ceplos’.

Kalau Sandiaga, lanjut Ujang, dia telah memiliki PPP sebagai pengusung yang berbasis islam, plus Sandiaga merupakan seorang pengusaha. Namun Sandiaga menurutnya memiliki kekurangan seperti kutu loncat. Sedangkan RK sejauh ini dinilai cukup memiliki modal pemenangan suara di Jawa Barat.

“Sandiaga Uno didukung oleh PPP yang berbasis NU dan Gen Z. Mahfud MD juga tokoh NU Jawa Timur dari Madura, jadi kuat. Lalu Mahfud juga didukung Gen Z suka ke Mahfud MD karena akhir-akhir ini banyak mengawal dan mengungkap kasus-kasus,” imbuhnya.

Sementara untuk Andika dan TGB menurutnya masih cukup lemah elektabilitasnya untuk menjadi cawapres Ganjar. Andika misalnya yang sudah tidak menjabat sebagai Panglima sehingga ‘kekuatan’ nya berkurang. Namun ia juga memiliki kemampuan menentukan strategi pemenangan.

Sedangkan TGB memiliki pengaruh besar di kalangan umat Islam, seperti di NTB, Jawa Timur, Jawa Barat, hingga Sumatera. TGB juga dinilai mampu menggalang suara dari kalangan ustad dan ulama yang berada di luar pemilih tradisional PDIP.

Selain itu, TGB punya kekuatan dari Ketum Perindo Hary Tanoe Soedibjo yang merupakan pengusaha dan pemilik jaringan media nasional. Pun saat ini Perindo berada dalam koalisi pengusung Ganjar.

“Jadi semua memang masih dinamis, masih terus bergerak, dan berubah. Jadi dalam konteks ini siapa yang dipilih Megawati nantinya bisa dari yang disebutkan namanya oleh TPN atau tidak. Sama, ketika Anies berpasangan dengan Cak Imin, kan tidak diduga-duga,” ujar Ujang. (ds/sumber CNNIndonesia.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru