Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengungkapkan Jepang berkomitmen untuk melanjutkan pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta jalur timur-barat. Komitmen itu tercapai usai Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Jepang, Fumio Kishida pada Sabtu (16/12/2023).
“Terkait dengan MRT Jakarta, terdapat satu langkah maju yaitu adanya komitmen Jepang untuk kelanjutan Pembangunan MRT jalur Timur-Barat,” ujar Retno dalam keterangannya, Minggu (17/12/2023).
“Presiden juga mendorong agar pembangunan jalur Utara Selatan Fase 2A dan 2B dapat selesai tepat waktu,” imbuhnya. Dia menyebut target groundbreaking untuk pembangunan MRT jalur timur-barat adalah pada Agustus 2024.
“Adanya pledge (janji) Jepang untuk mempercepat pembangunan MRT Jalur Timur-Barat dengan target groundbreaking Agustus 2024,” imbuhnya. Sebagai informasi, MRT Jalur Timur Barat merupakan inisiatif bersama antara Kemenhub dan Pemprov DKI Jakarta.
Pembangunan ini merupakan bagian dari pengembangan jaringan MRT Jalur Utara-Selatan yang merupakan tulang punggung jaringan transportasi massal berbasis rel di DKI Jakarta dan kawasan penyangga di sekitarnya.
Saat ini telah dicapai konsensus kelembagaan MRT Timur Barat Fase 1, yang merupakan replika dari skema MRT Utara-Selatan yaitu, Kemenhub sebagai Executing Agency, Pemprov DKI Jakarta sebagai Implementing Agency dan PT MRT Jakarta (Perseroda) sebagai Sub-Implementing Agency, serta menerapkan skema pembiayaan on-granting on-lending. Pada Fase 1 Tahap 1 ini, pengembangan MRT koridor Timur-Barat akan meliputi jalur dari Tomang sampai dengan Medan Satria.
Jika keseluruhan koridor sudah tersambung, maka koridor ini akan membentang sepanjang 90 km dari Balaraja di Tangerang hingga Cikarang, serta melintasi tiga provinsi, dua kabupaten, dan tiga kota. Kerja sama lain Selain terkait MRT, Menlu Retno menyampaikan Jokowi dan Kishida juga menyambut baik selesainya perundingan substantif Protokol Perubahan IJEPA (Indonesia Japan Economic Partnership Agreement).
Dalam Protokol Perubahan IJEPA, Indonesia juga mendapatkan keuntungan seperti adanya perbaikan akses pasar Indonesia di Jepang, termasuk untuk eliminasi tarif produk perikanan olahan Indonesia.
Kemudian, perluasan akses pasar perbankan. Lalu, kerja sama New MIDEC (Manufacturing Industrial Development Center) yang dapat mendukung industri Indonesia menjadi basis produksi kawasan.
Di dalam pertemuan tersebut, keduanya turut membahas terkait masalah transisi energi sebagai co-initiator Asia Zero Emission Community (AZEC).
Jokowi menekankan pentingnya implementasi berbagai proyek prioritas termasuk: Pembangunan pembangkit listrik geothermal di Muara Laboh Proyek Waste to energy di Legok Nangka Pengelolaan lahan gambut di Kalimantan Tengah.
Jokowi turut menyinggung pentingnya kerja sama mineral kritis dengan Jepang dan kesiapan Indonesia untuk menjadi bagian penting rantai pasok baterai EV dunia. Bahkan, telah disepakati dukungan Jepang yang lebih besar bagi pembangunan ekonomi pulau terluar Indonesia, termasuk untuk industri perikanan. (ds/sumber Kompas.com)