Hati Yang Terbakar
Sajak DTA Piliang
Mendidih, menggelegar, berteriak marah
Jari-jari pun dikepalkan, keras membatu
Siap menghantam, meluluh lantakkan
Tidak boleh ada yang membantah
Meski tuk menuntut, memperjuangkan hak
Lalu dia berkata; Sayalah sang raja diraja
Yang lain harus patuh, menundukkan kepala
Para punggawa berbaris rapi, meski hanya satu dua
Siap membungkuk memberi hormat
Hormat tak terhingga pada sang paduka
Merendahkan diri hampir menyentuh tanah
Bahkan menjilat, menganggungkan paduka
Pujian dilayangkan silih berganti
Melambungkan sang gede kepala
Merasa agung dan penuh kuasa
Yang tak mau mengikuti titah silahkan minggir
Menghadapi yang tak mau menyembah
Hatinya bagai terbakar, mendidih
Si penentang harus ditaklukkan
Jaring pun disebar, membawa racun
Para kaki tangan pun diberi perintah
Menyerang penentang dari segala penjuru
Fitnah pun ditebar, tak peduli manjur atau tidak
Serangan tak boleh berhenti
Meski semua itu hanya rekayasa
Sang pengikut diberi perintah
Ditugasi macam-macam, mencari uang dan dukungan
Harapan mereka hanya satu
Mengincar jabatan mengumpulkan popularitas
Kaki tangan dikerahkan
Mengumbar janji demi kemewahan
Tapi jejak mereka bagai tak berbekas
Bak jejak-jejak bayang disorot bulan tinggi
Suara mereka tenggelam kalah dari jangkrik malam
Hati sang paduka makin mendidih
Karena hanya satu dua yang peduli
Hati yang terbakar ingin menghanguskan
Meluluhlantakkan yang mereka anggap musuh
Tapi apa daya tak ada yang mendukung
Kecuali para pembonceng yang hanya jadi beban
Justru dada si paduka yang semakin sesak
Siap meledak menghancurkan diri sendiri
Hati yang terbakar
Untung ada yang berambisi meraih jabatan
Ingin menjadi pemimpin dalam waktu singkat
Tidak tahan menunggu, apalagi uang ada meski tak banyak
Kesempatan dimafaatkan, meski tetap tak nyata
Jadilah dia naik tahta, meski tetap di bawah bayang-bayang paduka
Di bawah tekanan kelompok
Di tengah sorotan kawan yang menuntut jatah
Hati yang terbakar!
@Akhir Agustus 2024