Monday, September 16, 2024
Home > Berita > 150 Orang Tewas Akibat Badai di Filipina, 355.400 Orang Tingalkan Rumah

150 Orang Tewas Akibat Badai di Filipina, 355.400 Orang Tingalkan Rumah

Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa badai yang mematikan dan merusak menjadi lebih kuat ketika dunia menjadi lebih hangat karena perubahan iklim. (Foto: AFP/Arab News)

Mimbar-Rakyat.com (Manila) –  Korban tewas akibat badai dahsyat yang memicu banjir dan tanah longsor di seluruh Filipina telah mencapai 150 orang. Demikian  kata pejabat bencana setempat Kamis (3/11), karena lebih banyak hujan diperkirakan di beberapa daerah yang paling parah dilanda.

Lebih dari 355.400 orang meninggalkan rumah mereka saat Badai Tropis Nalgae yang parah menghantam sebagian besar negara kepulauan itu akhir pekan lalu dan selama akhir pekan. Demikian dilaporkan Arab News.

Dari 150 kematian yang dicatat oleh badan bencana nasional, 63 berada di wilayah Bangsamoro di pulau selatan Mindanao di mana banjir bandang dan tanah longsor menghancurkan desa-desa.

Setidaknya 128 orang terluka dan 36 masih hilang di seluruh negeri, kata badan tersebut. Pihak berwenang telah memperingatkan tidak ada harapan untuk menemukan lebih banyak korban selamat.

Mindanao jarang dilanda  topan yang menyerang Filipina setiap tahun, tetapi badai yang mencapai wilayah tersebut cenderung lebih mematikan daripada di Luzon dan bagian tengah negara itu.

Dengan perkiraan hujan lebih banyak pada hari Kamis ini, badan-badan bencana di Bangsamoro sedang mempersiapkanbantuan tentang kemungkinan kehancuran lebih lanjut di wilayah miskin dan pegunungan.

“Tanah masih basah di daerah di mana banjir bandang dan tanah longsor terjadi sehingga erosi lebih lanjut dapat segera dipicu,” kata Naguib Sinarimbo, kepala pertahanan sipil regional.

“Saluran air dan sungai yang berada di jalur banjir bandang terhalang oleh puing-puing dan bongkahan batu sehingga mudah meluap.”

Presiden Ferdinand Marcos Jr menyalahkan penggundulan hutan dan perubahan iklim atas tanah longsor yang menghancurkan di Bangsamoro. Dia telah mendesak pemerintah setempat untuk menanam pohon di pegunungan gundul.

“Itu satu hal yang perlu kita lakukan,” kata Marcos dalam briefing minggu ini.

“Kami telah mendengar ini berulang kali, tetapi kami masih terus menebang pohon. Itu yang terjadi, longsor seperti itu terjadi.”

Marcos telah mengumumkan keadaan bencana selama enam bulan di daerah yang paling parah terkena dampak, membebaskan dana untuk upaya bantuan.

Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa badai yang mematikan dan merusak menjadi lebih kuat ketika dunia menjadi lebih hangat karena perubahan iklim.***(edy)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru