Wednesday, April 02, 2025
Home > Berita > 16 Kecamatan Alami Kekeringan di Wilayah Yogyakarta

16 Kecamatan Alami Kekeringan di Wilayah Yogyakarta

ilustrasi

Mimbar-Rakyat.com (Yogyakarta) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut lebih dari 16 kecamatan di wilayahnya mengalami krisis air bersih dampak musim kemarau panjang dan fenomena El Nino.

Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD DIY Lilik Andy Aryanto mengatakan, ada tiga kabupaten di wilayahnya yang dilanda kekeringan. Antara lain, Gunungkidul, Bantul, dan Kulon Progo. “Gunungkidul paling banyak,” kata Lilik saat dihubungi, Selasa (15/8).

Menurut Lilik, setidaknya ada 14 kecamatan di Gunungkidul yang telah mengajukan permintaan bantuan air bersih. Setidaknya, sudah sebanyak 60 tangki bantuan air bersih tersalurkan dan sejauh ini BPBD maupun pemerintah kecamatan setempat masih bisa menyanggupinya dengan persediaan total seribu lebih tangki air bersih.

“Jadi dari 14 kecamatan itu tadi ada beberapa wilayah, jadi tidak seluruh wilayah kecamatan itu. Namun, ada satu RT dalam satu kecamatan, itu kan hitungannya sudah satu kecamatan,” paparnya.

Belasan kecamatan terdampak kekeringan itu, kata Lilik, beberapa di antaranya meliputi Saptosari, Semanu, Ngawen, Panggang, Paliyan, Tepus, dan Rongkop.

“Yang aman Semanu, Playen, Wonosari, terutama yang distribusi air melalui PDAM, karena sekarang air melalui Pamsimas kan juga sudah banyak,” tuturnya.

Sementara untuk di Kabupaten Kulon Progo, kata Lilik, sudah ada pengiriman bantuan air bersih sebanyak lima tangki. Hanya saja ia tak begitu mengingat berapa daerah di sana yang terdampak krisis air bersih.

“Masing-masing tangki itu kapasitas lima ribu liter,” lanjut dia.

Lilik memastikan, penanganan dampak kekeringan di tiga kabupaten masih terkendali. Terlebih, BPBD melalui Dinas Sosial DIY juga menjamin bantuan persediaan air manakala stok di daerah menipis.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Gunungkidul Sumadi menyebut puncak musim kemarau bakal terjadi selama Agustus hingga September 2023 jika mengacu informasi BMKG. Oleh karenanya, BPBD memprediksi dampak kekeringan bisa lebih luas, mengingat tak semua daerah terjangkau jaringan air bersih, PDAM maupun SPAM Desa.

“Daerah yang terjangkau jaringan perpipaan air bersih pun bisa kekurangan, karena debitnya saat kemarau pasti berkurang,” jelas Sumadi, Kamis (10/8) lalu.

Kabupaten Gunungkidul sendiri telah menetapkan status siaga darurat kekeringan sejak 1 Juli 2023 kemarin. Status siaga darurat bencana hidrometeorologi kekeringan tersebut diteken Bupati Gunungkidul, Sunaryanta.

Penetapan status itu jadi dasar penanganan dampak kemarau, termasuk soal pendanaannya.

“Perkiraan musim kemarau ini sampai November. Harapannya seribu tangki air bersih dan sejumlah persiapan yang kami lakukan bisa mencukupi dalam penanganan kekurangan air,” tuturnya.

141 KK di Bantul kekurangan air bersih

Terpisah, Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Bantul, Aka Luk Luk Firmansyah mengatakan setidaknya ada tiga kelurahan di perbatasan wilayah Kecamatan Imogiri dan Dlingo yang mengajukan bantuan dropping air bersih dari pemerintah ataupun lembaga swasta lainnya.

Tiga kelurahan termaksud, yakni Sriharjo di Imogiri dan Kalurahan Terong dan Jatimulyo di Dlingo. Kata Aka, ketiganya adalah kawasan langganan kekeringan. Di mana sebagian wilayah didominasi perbukitan yang setiap puncak musim kemarau, mata air mulai menghilang.

“Di sana memang wilayah perbukitan seribu. Jadi langganan kesulitan air bersih,” kata Aka, Selasa (15/8).

Aka menyebut setidaknya ada 141 KK terdampak krisis air bersih di tiga kelurahan tersebut. Rinciannya, di Sriharjo sebanyak 21 KK, Terong 60 KK dan terbanyak Jatimulyo Dlingo 65 KK.

“Dropping air bersih dilakukan berdasarkan permintaan atau laporan masyarakat,” terangnya.

Menurut Aka, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih telah menerbitkan SK No 312 tahun 2023 tentang Status Siaga Darurat Bencana Kekeringan yang berlaku sejak 6 Juli hingga 3 September 2023. Dengan demikian, alokasi anggaran penanganan kekeringan bisa ditambah sesuai kebutuhan.

Aka menambahkan ada potensi wilayah terdampak kekeringan meluas. Hal ini dikarenakan faktor iklim yang diperparah fenomena El Nino.

“Tambah luasan maka jumlah jiwa terdampak (berpotensi) semakin banyak,” ucapnya. (ds/sumber CNNIndonesia.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru