Mimbar-Rakyat.com (Surabaya) – Lahan seluas 500 hektare di Jawa Timur (Jatim) dilanda kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sepanjang kemarau ini. Daerah terdampak itu menyebar di 14 kabupaten/kota.
“Ada 14 wilayah [terjadi karhutla], itu hampir rata,” kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim, Gatot Soebroto, saat ditemui awak media, Rabu (23/8).
Data BPBD Jatim, peristiwa karhutla per Januari 2023 hingga 23 Agustus 2023 itu terjadi di Bojonegoro dengan luasan lahan terdampak 36 hektare; Bondowoso 71,5 hektare; Kabupaten Kediri 20 hektare; Lumajang 5 hektare.
Kemudian Kabupaten Mojokerto seluas 59,27 hektare; Nganjuk 1,5 hektare; Ngawi 53,95 hektare, Kabupaten Pasuruan 227,4 hektare; Kabupaten Ponorogo 24,5 hektare.
Lalu Kabupaten Probolinggo 45 hektare; Situbondo 24,1 hektare; Tuban 1 hektare. Sedangkan kejadian di Banyuwangi dan Magetan masih dalam pendataan.
“Kalau hingga saat ini yang sudah terdampak ada 500 hektare dari wilayah 14 tersebut,” ujarnya.
Gatot mengatakan kejadian ini masih relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan tahun 2022 lalu. Sebab, kondisi saat ini, belum memasuki puncak musim kemarau.
“Kalau hingga saat ini, melihat kondisi tahun lalu pastinya masih lebih kecil, karena ini belum sampai puncak musim panas, ini masih 0,03 [persen] untuk saat ini,” ucapnya.
Meski demikian, Gatot tak berharap karhutla di Jatim terus meluas. Pihaknya pun berkoordinasi dengan BNPB bila diperlukan upaya pemadaman melalui water bombing.
“Kami tidak berharap adanya penyebaran itu. Kalau pun ada penyebaran yang lebih masif maka kami minta ada water bombing oleh BNPB,” kata dia.
Lebih lanjut, dari sebagian besar kejadian itu vegetasi yang terdampak karhutla rata-rata merupakan serasah dan daun kering. Karena itu, ia pun mengimbau agar masyarakat berhati-hati dan tak gegabah saat melakukan aktivitas di alam terbuka.
“Kami mohon kepada masyarakat untuk, pertama jangan membakar sampah sembarangan. Kedua, masyarakat yang membuka lahan jangan dilakukan pembakaran, karena itu punya potensi api yang dibakar itu bisa menyebar ke mana-mana,” ujarnya.
Kemudian, Gatot juga meminta masyarakat yang sedang berkegiatan di hutan atau ruang terbuka semacamnya, untuk tak memasak menggunakan fasilitas yang ada di alam.
“Kalau pun memang harus masak di alam, maka harus dipastikan api yang sudah dipakai itu bisa padam dengan sempurna,” katanya. (ds/sumber CNNIndonesia.com)