Mimbar-Rakyat.com – Lebih dari 70 orang telah tewas di Myanmar dalam protes yang meluas sejak kudeta 1 Februari hingga Sabtu (13/3). Demikian menurut kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.
Di kotapraja Thaketa, dua orang dipastikan tewas selama tindakan keras menjelang fajar pada hari Sabtu, sementara di kota Hlaing, satu orang ditembak di kepala dan kemudian meninggal, sementara setidaknya tiga lainnya terluka. Demikian dikutip dari Al Jazeera.
Beberapa orang juga dilaporkan ditahan atau dipukuli oleh pihak berwenang pada Jumat malam, menyusul nyala lilin nasional untuk para pengunjuk rasa yang dibunuh. Kemudian pagi hari pada hari Sabtu, pasukan militer dan polisi juga berkumpul di Kompleks Kereta Api Insein, yang digambarkan oleh para aktivis di media sosial sebagai “pengepungan”.
Sebuah video yang diposting di media sosial juga menunjukkan beberapa pengunjuk rasa berusaha membantu orang yang terluka parah, yang ditembak di kota Pyay di wilayah Bago pada Sabtu pagi.
Seorang polisi menangkap seorang anak laki-laki dan dipukuli. Sebuah media lokal melaporkan bahwa korban adalah seorang pria di bawah umur dari Mandalay pada 12 Maret.
Video lain menunjukkan dugaan pencurian sepeda motor milik pribadi oleh aggota keamanan, yang juga dilaporkan menghancurkan kendaraan warga sipil di kompleks Perumahan Thukha Myaing di Yangon.
Sebuah gambar yang juga menjadi viral di media sosial dan memicu kemarahan menunjukkan seorang petugas mencengkeram dan memukuli apa yang tampak seperti seorang anak laki-laki di Mandalay pada hari Jumat.
Poster-poster telah menyebar di media sosial pada hari Sabtu yang meminta orang-orang untuk turun ke jalan memprotes pemerintah militer dan untuk menandai peringatan kematian Phone Maw, yang ditembak dan dibunuh oleh pasukan keamanan pada tahun 1988 di dalam tempat yang saat itu dikenal sebagai kampus Institut Teknologi Rangoon.
Penembakannya dan penembakan terhadap siswa lain yang meninggal beberapa minggu kemudian memicu protes luas terhadap pemerintah militer yang dikenal sebagai kampanye 8-8-88, karena mencapai puncaknya pada bulan Agustus tahun itu. Diperkirakan 3.000 orang tewas ketika tentara menumpas pemberontakan.***(edy)