MIMBAR-RAKYAT.com (Melbourne) – Di tengah cuaca dingin serta hujan rintik-rintik, masyarakat Indonesia di Melbourne mengadakan acara berbuka puasa bersama pada Jumat di KJRI Melbourne.
Komunitas muslim Indonesia dari berbagai kalangan dan domisili berdatangan ke KJRI Melbourne untuk memenuhi undangan berbuka bersama pada petang hari, sehingga suasana amat meriah penuh suasana kekeluargaan.
Para bapak membawa serta istri dan anak-anaknya, kelihatan amat bergembira bahkan mereka menikmati suasana antri takjil dan makan malam yang disediakan, kendati cuaca autumn di Melbourne amat dingin.
“Alhamdulillah saudara-saudara kita se-Tanah Air banyak yang hadir. Kita serasa terobati puasa di negara orang, karena merasakan suasana seperti di kampung sediri,” kata Acting Konjen KJRI, Zaenal Arifin, Ph.D, kepada mimbar-rakyat.com.
“Di antara mereka yang datang, bahkan banyak juga yang membawa suami orang Australia,” kata Zaenal, dengan menambahkan, moment buka bersama itu juga dimanfaatkan yang hadir untuk bertemu dengan teman-teman yang tinggalnya berjauhan.
“Buka bersama ini merupakan tradisi di Indonesia dan karena itu,KJRI Melbounre menyelenggarakan buka bersama setiap bulan Ramadan dan sebaliknya KJRI juga melakukan safari Ramadan ke komunitas-komunitas Indonesia,” kata Zaenal.
Acting Konjen RI juga mengajak umat muslim di Melbourne memanfaatkan ibadah Ramadan bukan saja untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan sebagai umat muslim, tetapi juga sebagai warga bangsa dan negara Indonesia harus tetap meningkatkan persaudaraan dan persatuan termasuk saling menghormati kebinekaan Indonesia yang menjadi karunia dari Allah SWT.
Shalat Tarawih di KJRI diimami seorang generasi muda, presiden MIIS, Wildan Sani Rasyid, sedangkan tausyiah disampaikan mahasiswa yang sedang tugas belajar, Fajri Ahmad.
Fajri mengajak hadirin untuk menyambut Ramadan sebagai bulan penuh berkah dengan mencari keberkahan dari orang-orang yang mendatangkan keberkahan.
“Mereka yang mendatangkan keberkahan yaitu orangtua yang melahirkan dan membesarkan kita, juga para ulama, karena mereka merupakan pewaris nabi serta anak yatim yang menjadi tanggung jawab kita untuk membantunya atau memeliharanya,” kata Fajri. (ar. loebis)