Ajal, batas hidup seserang memang telah ditentukan Allah. Kematian seorang hamba tidak akan ditunda atau tidak akan dipercepat sedetik pun. Namun sebagai seorang umat beragama, tentunya tidak pada tempatnya seseorang menantang, sombong, berujar tidak takut dengan ancaman apapun, termasuk virus corona atau COVID-19 yang muncul pertama kali akhir Desember 2019 lalu di kota Wuhan di Cina.
Hingga hari ini hampir 13.000 orang di seluruh dunia telah meninggal karena virus itu dan lebih dari 304.500 orang telah didiagnosis terinfeksi. Telah 177 negara dan wilayah mengkonfirmasi terpapar virus berbahaya tersebut. Bahkan di Indonesian pun jumlah yang terinfeksi dan meninggal juga cukup banyak.
Juru bicara pemerintah terkait penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, Sabtu (21/3) merilis angka terbaru kasus yang disebabkan virus corona itu. Terdapat penambahan, baik dari kasus positif maupun pasien yang sembuh maupun meninggal. Positif 450 orang, yang dinyatakan sembuh 20 orang, meninggal 38.
Rasanya tidak pada tempatnya kita bicara bahwa virus corona belum seberapa dibanding bencana virus yang pernah ada. Jangan bicara bahwa flu burung dan lainnya lebih dahsyat dalam sisi korban. Sebagai hamba Allah tidak pada tempatnya kita menganggap enteng ancaman yang ada, apalagi sudah mendunia. Tugas kita adalah berihtiar, berusaha menjaga diri, keluarga lingkungan, agar tidak terpapar virus yang sedang ditakuti masyarakat dunia tersebut.
Jangan bilang bahwa “kalo saatnya sudah mati ya mati aja”, jangan pernah menantang, membusungkan dada melanggar segala aturan untuk berjaga-jaga yang sadang dilakukan pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan lainnya. Kamatian itu pasti akan dialami semua mahluk di dunia ini.
Dalam Islam, Allah telah mengingatkan; “Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung . Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (QS Ali Imran : 185).
Kita sebagai manusia tidak ada apa-apanya. Ibaratnya di atas langit ada lagi langit. Tidak tepat dalam kondisi ancaman virus yang telah mendunia kita pongah, menantang, petantang petenteng menyatakan siap menghadapi ancaman virus. Alangkah baiknya kita menyimak apa yang sedang dilakukan pemerintah, penguasa. Jika nyatanya kita gak mampu atau tidak bisa membantu selayaknya kita mengikuti apa disarankan pemerintah. Paling tidak untuk menjaga diri kita dan keluarga agar tidak terpapar vivus corona.
Ajal memang di tangan Tuhan, tapi jangan remehkan COVID-19. Jika kita tidak bisa ikut membantu selayaknya kita tidak memperkeruh suasana, bicara dan berbuat macam-macam yang dapat mengacaukan situasi.
Ingat telah banyak jatuh korban, bahkan tidak jarang ada korban kematian yang menimpa seseorang (dokter, anggota tim medis) karena demi kemanusian tak kenal pamprih membantu para korban tertular virus corona.***