Oleh: Djunaedi Tjunti Agus
maafkan, aku tak bisa
tak biasa merangkai kata
membuat bait-bait puisi
tapi aku tetap ingin bersajak
jika tak bunyi maklumi
maklumi pula jika terganggu
aku ingin sampaikan isi hati
demi bangsa anak negeri
keren, membawa-bawa bangsa
jangan tertawakan aku
abaikan jika tak berarti
tapi aku ingin menagih janji
pada paduka sang presiden
jangan lupakan janji
saat bapak giat berkampanye
kami para rakyat miskin
ingin juga dibungkus jas
pentalon mewah sepatu mengkilat
kami ingin merasa kaya
menikmati uang berlimpah
tak hanya dicekik biaya
ongkos sekolah anak
keperluan rumah tangga
aku ingin hidup bahagia
serba cukup dan ada
hai pak Joko Widodo
presiden bangsa Indonesia
jangan biarkan kami mati
di saat negeri mengumbar janji
bantu kami kaum papa
keluar dari ketidakberdayaan
jangan biarkan terus menanti
entah kapan tanpa kepastian
kami hanya butuh makan
sandang dan dana pendidikan
tempat tinggal yang memadai
tak perlu mobil nasional
apalagi minta jadi menteri
hanya ingin biaya hidup terpenuhi
tak butuh rumah mewah
bak istana di tengah kota
pak Jokowi perhatikan kami
maafkan aku tak bisa berpuisi
apalagi berdiplomasi, unjuk gigi
aku hanya berharap
bisa berobat dengan mudah
memenuhi kebutuhan hari-hari
menyekolahkan anak cucu
membahagiakan anak istri
sekali-sekali bisa ke luar negeri
maafkan aku pak Jokowi
aku tak bisa berpuisi
apalagi berdebat berdiplomasi
keinginan aku hanya satu
perhatikan nasib rakyat
jangan diuber-uber
dikejar pajak dan iuaran
karena beban rakyat berat
untuk makan saja tak cukup
maafkan aku pak presiden
aku tak bisa berpuisi
***di bawah pohon ceri, November 2019