Masjid Al Alam hari Rabu (9/2) ini akan menjadi perhatian sekitar 500 wartawan yang akan menghadiri acara puncak Hari Pers Nasional (HPN) yang digelar di lapangan pelataran masjid tersebut.
“Sudah berapa kali anda ke Kendari? Sudah pernah ke masjid terapung belum? Ini pertanyaan yang biasa muncul ketika seseorang baru saja mendarat di Bandara Haluoleo Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Entah itu ketika naik kendaraan menuju hotel, atau saat bertemu teman di kota itu atau orang-orang yang baru saja dikenal.
Nama masjid itu sebetulnya adalah Masjid Al Alam yang mulai dibangun tahun 2010 di masa kepemimpinan Gubernur Sultra Nur Alam , dan peresmian penggunaannya dilaksanakan 27 April 2018 oleh Pj Gubernur Sultra, Teguh Setyabudi. Acara peresmian itu sekaligus dilanjutkan dengan salat Jumat, dan merupakan salat Jumat pertama di masjid tersebut.

Teguh Setyabudi ketika peremian Masjid Al-Alam menyatakan bahwa pembangunan masjid yang digagas Gubernur Sultra Nur Alam-Saleh Lasata itu seluruhnya memanfaatkan APBD Sultra. Letak Masjid Al Alam yang di Teluk Kendari itu memang mengesankan masjid itu terapung.
Menurut sopir mobil sewaan, grab, yang mengatar kami ke masjid tersebut, Selasa (8/2), Masjid Al Alam memang menjadi tujuan utama banyak orang dalam berwisata. Tidak hanya masyarakat sekitar, tetapi juga pendatang dari kota atau daerah lain.
“Namun untuk menjaga hal yang tidak-tidak. Adanya orang-orang yang berbuat yang tidak-tidak, lingkungan masjid itu terutup untuk umum setelah salat isya.” Jadi tidak ada lagi orang-orang masuk dan keluar dari lingkungan masjid tersebut.
Jalan keluar masuk komplek masjid dengan empat menara tersebut memang hanya ada satu jalan. Masjid yang dirancang arsitek asal Sulawesi Selatan, Mursyid Mustafa itu berjarak 1,5 km dari jalan utama.
Mengutip disbudpar.kendarikota.go.id, Masjid Al Alam berada di tengah Teluk Kendari itu berdiri di atas suatu pulau buatan sebagai pondasi areal masjid. Luas areal masjid 12.692 meter persegi, terdiri dari tiga bangunan utama–bangunan utama masjid, plaza tertutup, dan plaza terbuka.
Utuk mencapai masjid, pengunjung melewati hutan bakau. Pemandangan masjid dan wilayah teluk benar-benar memanjkan mata. Apalagi langit di lingkunga tersebut kerap dihiasi burung-burung camar yang beterbangan.
Letaknya agak berjauhan dari hiruk-pikuk jalan raya. Sehingga, cocok dikunjungi saat akan bersantai dan menenangkan diri. Jalan beraspal mulus, akan dilalui pengendara roda dua dan empat saat menuju lokasi masjid. Jalan yang bagus, menjadi alasan utama ratusan pesepeda dan pelintas yang ingin menikmati keindahan masjid pada pagi dan sore hari.
Masjid yang dibagun menyerupai Burj al Arab di Dubai ini termasuk dalam deretan masjid yang berdiri di tenngah laut, seperti di Maroko dan Jeddah yang sudah berdiri lebih dulu. Masjid Al Alam hari Rabu (9/2) ini akan menjadi perhatian sekitar 500 wartawan yang akan menghadiri acara puncak Hari Pers Nasional (HPN) yang digelar di lapangan pelataran masjid tersebut.
Masjid yang dibangun dengan dana mencapai Rp 200 miliar itu terlihat begitu agung dan indah berkat empat buah menara yang berdiri di setiap sudutnya, masing-masing setinggi setinggi 321 meter. Masjid ini terlihat benar-benar terapung di atas air saat air pasang.
Jalan keluar masuk komplek masjid beraspal mulus. Pengendara mobil maupun sepeda motor bisa lancar masuk dan saat keluar lingkungan masjid. Masjid dibangun secara khusus. Bahkan kubah masjid dan sejumlah meterial khusus didatangkan dari Jerman dan beberapa negara lainnya, seperti pernah diungkapkan Kepala Dinas Cipta Karya Provinsi Sulawesi Tenggara, Pahri Yamsul.
Masjid terapung yangg mejadi ikon Kota Kendari ini selain dijadikan sebagai tempat ibadah dan dakwah, oleh pemerintah provinsi setempat juga ditetapkan sebagai Pusat Wisata Religi. Memang, hampir setiap hari ada saja pengunjung yang mengkhususkan diri datang ke masjid tersebut, meski hanya sekadar berfoto dengan latar belakang masjid.
Masjid Al Alam yang didominasi warna putih biru itu bagian kubah utamanya menggunakan sistem buka tutup menyerupai kelopak bunga, yang didatangkan dari Jerman.***(Jun)