MIMBAR-RAKYAT.com (Bandung) – Pengutipan referensi berbasis online yang memungkinkan pengutip dan pemilih karya mendapatkan keuntungan akademik, belum menjadi budaya dalam penyusunan karya ilmiah di kalangan akademisi Tanah Air.
Salah satu kendalanya adalah kemampuan menggunakan perangkat lunak (software) tertentu yang mendukung kegiatan tersebut.
Sebagai upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan tersebut, Asosiasi Pengelola Jurnal Ilmu Komunikasi (APJIKI) bekerjasama dengan Telkom University Bandung, menyelenggarakan Pelatihan Sitasi Artikel Ilmiah di Ruang Manterawu, Fakultas Komunikasi dan Bisnis Telkom University, Kamis 24 Agustus 2017.
‘’Kita mendorong anggota APJIKI agar segera menerbitkan jurnal online berbasis open journal system (OJS), lalu mengikuti akreditasi Kemenristekdikti.
Pelatihan ini bermanfaat bukan hanya untuk per orangan, tapi juga untuk jurnal sebagai sebagai lembaga,’’ kata Dr Puji Lestari, Ketua Apjiki, dengan menambahkan, ‘’Intinya, kita melihat manajemen referensi karya ilmiah di kita memang masih belum baik. Perlu terus ditingkatkan.’’
Pelatihan Sitasi Karya Ilmiah yang dibuka Dr Ir Syarifuddin, MM., Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Telkom University, menampilkan Dr Uwes Fatoni, M.Ag, Editor in Chief Communicatus, jurnal Ilmu Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Iis Kurnia N, S.S.,M.Hum, dari Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis Telkom Univeristy.
Uwes dan Lilis, menyampaikan materi seputar teknik pengutipan dengan menggunakan aplikasi Mendeley dan hal-hal seputar pentingnya memperhatikan publikasi online, h-indeks, dan i10 indeks by googlescholar.
Dalam kesempatan ini, Uwes dan Lilis menyatakan, h-indeks—pengukur produktivitas dan dampak karya yang diterbitkan seorang—ilmuan di Indonesia memang rata-rata rendah.
Itu antara lain, karena rendahnya karya ilmiah yang dipublikasikan secara online, terutama di jurnal-jurnal terakreditasi nasional dan internasional. Saat yang sama, menulis dan mengutip secara online dengan standar tertentu juga belum membudaya.
Secara rinci, Uwes kemudian menjelaskan tahap demi tahap penggunaan aplikasi Mendeley untuk kepentingan pengutipan maupun penyimpanan data karya ilmiah perorangan.
‘’Mungkin ini terlihat sederhana dan singkat. Tapi justru masih jarang dipakai, padahal menguntungkan kita di dunia akademik. Selain memudahkan, proses kerja kita membuat karya ilmiah juga akan terapresiasi. Tentu, dengan menggunakan ini, kita juga mengapresiasi karya ilmiah orang lain,’’ kata Uwes.
Sitasi atau pengutipan karya ilmiah dalam pelatihan ini, dimulai dengan mengunduh aplikasi Mendeley. Melalui aplikasi ini, penulis karya bukan hanya bisa menyimpan data yang dengan mudah bisa ‘dipanggil’ kembali ketika proses pengutipan dilakukan, tapi juga bisa memasukan data karyanya sendiri, terutama yang sudah terpublikasi baik dalam bentuk cetak maupun online.
Uwes menegaskan, keterampilan ini harus semakin disebarkan karena secara umum, penulisan referensi karya ilmiah di Indonesia masih berserakan, seorang penulis seringkali sulit menghitung jumlah referensi (buku/ jurnal) yang dimiliki atau dibaca, pengelolaan referensi masih manual, masih banyak yang tidak memahami gaya pengutipan (citation style) juga kutipan dan daftar pustaka (bibliography) tidak konsisren, bahkan kadang tidak sesuai. ‘’Karena itulah, manajemen referensi itu penting,’’ tegas Uwes.
‘’Kita berharap, pelatihan ini didiseminasi oleh para peserta di kampus masing-masing. Jika perlu, diajarkan dan dibiasakan penggunaannya oleh mahasiswa. Agar kita bisa sama-sama mengapresiasi karya ilmiah—dalam hal ini bidang Komunikasi—orang lain, dan saatnya nanti, karya kita akan diapresiasi pihak lain,’’ tambah Puji Lestasi. (sp/hcb/arl)