MIMBAR-RAKYAT.Com (Indramayu) – Kabupaten Indramayu memiliki wilayah sangat luas di Jawa Barat sehingga menjadi tempat yang menyenangkan bagi komunitas gelandangan dan Pengemis (Gepeng), orang gila serta anak-anak terlantar. Tidak mengherankan, jika di daerah ini banyak berkeliaran ‘orang terpinggirkan’ itu di sepanjang Jalan Utama Pantura Indramayu.
Keberadaan gepeng, orang gila dan anak-anak terlantar itu sejak lama dikeluhkan warga. Khususnya para pemilik warung makanan dan minuman di Jalan Utama Pantura. Itu karena ulah sebagian gepeng dan khususnya orang gila yang dianggap meresahkan.
Saban hari warung-warung makanan itu didatangai oleh para penyandang masalah kesejahteraan sosial yang minta dilayani makan dan minum gratis. “Terkadang ada orang gila juga seperti orang waras sehari minta dilayani makan sampai tiga kali,” kata Ny. Sum, 43 salah seorang pemilik warung nasi di Jalan Utama Pantura Indramayu.
Para pemilik warung mendesak Pemkab Indramayu menertibkan keberadaan mereka karena dinilai meresahkan pemilik warung. “Saya pernah ngejar-ngejar gepeng masuk ke warung Saya yang menggondol puluhan bungkus rokok di balik kaos omblongnya. Untungnya pelaku ketahuan sedang sembunyi di balik ban truk gandengan yang tengah parkir di tukang tambal ban,” kata Ny.Eli, 47 pedagang makanan.
Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dady Haryadi dihubungi, Sabtu (24/12) mengemukakan, keberadaan Gepeng dan orang gila di Indramayu itu ternyata kiriman dari luar kabupaten.
“Masalah pengiriman ke Indramayu itu bukan sekedar isu lagi. Tetapi sudah menjadi kenyataan dan informasinya akurat,” katanya.
Kepala Dinsosnakertrans Kabupaten Indramayu, Dadi Haryadi,SH mengemukakan, Gepeng, Orang Gila dan Anak-Anak Terlantar itu termasuk pada kelompok masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial yang harus ditangani bersama.
Khusus mengenai Anak-Anak Terlantar, kata Daddy Haryadi, mungkin saja ada sebagian dari mereka itu yang ibunya pergi ke luar negeri menjadi TKI. Anak-anak itu seharusnya memperoleh pendidikan dan bimbingan dari ibunya. Mengingat ibunya menjadi TKI, mereka tidak terurus sehingga terlantar.
Sementara ayahnya, kata Daddy Haryadi, sibuk kegiatan sendiri. Anak-anak itu terkadang hanya diasuh kakek dan neneknya. Anak-anak Terlantar itu bukan hanya karena tidak memperoleh pendidikan ibunya yang menjadi TKI, tetapi juga ada anak-anak punk yang kebanyakan dari luar daerah.
Ke depan, mereka sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial itu mudah-mudahan bisa diatasi. “Kita akui belum punya rumah singgah untuk gepeng dan anak-Anak terlantar. Sedangkan penanganan orang gila Dinsosnaketrans Indramayu akan bekerja sama dengan rumah sakit di Bogor,” ujarnya.
Dinsosnakertrans Indramayu juga punya konsep memberdayakan para mantan TKI yang akan ditampung di Rumah TKI, tempatnya di Desa Kenanga dan namanya Desa Migran Produktif, seperti yang sudah ada di Desa Majasari, Kecamatan Sliyeg.
Rumah Desa Produktif itu menampung mantan-mantan TKI agar hidupnya bisa lebih produktif karena ada kegiatan usaha yang akan dijalankan oleh mereka para mantan TKI, seperti kegiatan pengolahan mangga, dodol, kerupuk dan sebagainya. (joh)