Mimbar-Rakyat.com (Surbaya) – Dalam upaya mengentaskan kemiskinan Baznas terus mengembangkan berbagai model program ekonomi berbasis dana zakat bagi warga kurang mampu dan golongan mustahik atau penerima zakat lainnya.
Baznas, melalui portalnya https://pusat.baznas.go.id, Selasa (1/11), menyatakan beberapa waktu lalu telah membangun tiga lembaga dalam kerangka program pemberdayaan ekonomi dalam waktu berdekatan, masing-masing Sekolah Wirausaha (Sewira), LP4 (Lembaga Pusat Pengembangan Pertanian dan Peternakan), serta LPMP (Lembaga Pemberdayaan Mustahik Pengusaha).
Lembaga Pemberdayaan Mustahik Pengusaha (LPMP) diluncurkan awal Oktober lalu oleh Ketua Baznas, Bambang Sudibyo.
Melalui program yang ada Baznas mentargetkan mengentaskan 280.000 masyarakat miskin sepanjang tahun 2016 ini.
“Melalui program ini, Baznas ingin membangun paradigma, jiwa dan mental sukses serta menanamkan nilai-nilai spiritual dan kaidah-kaidah syar’i dalam bisnis,” kata Anggota Baznas, Nana Mintarti, dalam pertemuan pers, di Surabaya, baru-baru ini.
Sewira adalah lembaga pendidikan dan pelatihan enterpreneurship bagi mustahik berumur 19-30 tahun yang memiliki tekad menjadi pengusaha. Lembaga ini melibatkan praktisi, profesional, akademisi serta para tokoh pengusaha muslim sukses dan berkompeten.
Dari para alumnus Sewira nantinya diharapkan bisa membangun jaringan pengusaha untuk saling membantu dalam mengingkatkan dan mengembangkan usaha. Rencana hingga 2021, Baznas bisa mencetak 5.000 orang usahawan baru.
Sementara LP4 adalah lembaga yang memberdayakan sekaligus memproteksi peternak dan petani. Pendirian lembaga ini dilatarbelakangi kondisi petani dan peternak saat ini yang sebagian besar masih miskin.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) 2013 rata-rata kepemilikan lahan 0,3 hektare per keluarga petani. Dengan luasan lahan itu, hingga akhir 2014 pendapatan rumah tangga petani atau RTP sebesar Rp12,41 juta per tahun atau Rp 1,03 per bulan.
Sektor peternakan juga tak jauh berbeda. Tiap peternak hanya memiliki dua sampai tiga sapi dengan berbagai keterbatasan seperti akses lemah, pengetahuan teknologi lemah, dan masih menggunakan cara tradisional.***(eank)