Wednesday, April 02, 2025
Home > Cerita > Belanja, Cerpen Hendry Ch Bangun

Belanja, Cerpen Hendry Ch Bangun

Oleh: Hendry Ch Bangun

Gara-gara merebaknya Virus Covid 19 yang populer dengan Virus Corona, Anto jadi faham harga-harga bahan belanja harian di warung. Bukan apa-apa, istri Desi, sudah tidak berani ke luar rumah sejak diterapkan aturan Work From Home oleh instansi pemerintah tempat dia bekerja.

Setiap saat menonton televisi, melihat di ponsel, diskusi di WhatssApp Group, Desi makin takut tertular penyakit yang bermula di Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok itu. Dia membayangkan bagaimana penderita mengalami sesak nafas setelah paru-parunya tidak berfungsi terserang virus. Bagaimana ginjal tidak berfungsi karena digerogoti virus.

“Nggak deh. Pokoknya Papi saja yang belanja,”kata istrinya.

“Lho kan virus itu tidak menular melalui udara, tapi karena cipratan ludah atau orang bersin atau batuk. Jadi sejauh kita menjaga jarak, kan nggak apa-apa,”Anto coba menjelaskan proses penularan sebagaimana dia lihat di iklan layanan masyarakat media massa.

“Kita mana tahu kalau lagi sial. Dia bersin, nempel di uang, lalu kita terima sebagai kembalian. Atau muncrat batuknya di sayuran. Ogah deh. Hiiii,”kata istrinya.

Jadilah kini Anto punya pekerjaan baru setelah salat subuh. Dia berjalan ke warung Ucok yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Setelah mengetahui sayur dan lauk pauk yang akan dibeli, dan mengingatnya di luar kepala, maka berdiri di depan aneka sayur mayur, buah, ikan, tempe, ayam, tomat, dsb. Setelah membeli semua yang diorder dia lalu kembali ke rumah dan meletakkan barang belanjaannya di dapur, untuk diinspeksi istrinya.

“Waduh kok tomatnya bukan yang mateng sih. Ini jagungnya mestinya dikupas saja supaya tidak mengotori. Lha ini cabenya kok rawitnya sedikit sekali, nanti bikin sambal jadi kurang pedas,” komentar  istrinya.

“Lhooo aku mana tahu, kan biasa kamu atau Si Bibi yang belanja. Sudahlah, besok-besok saya ingat biar belanjaannya sesuai selera,”kata Anto.

Keesokan harinya ketika barang belanjaan sampai di rumah fokus istrinya berubah, menanyakan masalah harga.

Íni ikan kembung harganya kok mahal sih. Di warung Bu Tati setengah kilo hanya Rp 13.000 kok di tempat Si Ucok sampai Rp 15.000. Cabe Rp 5000 kok cuma dapat segini, mestinya lebih banyak. Wah, kangkung itu mestinya Rp 5.000 dua ikat, bukan satu ikat Rp 3.000.”

Anto jadi pusing menanggapi keluhan istrinya. Karena tidak biasa berbelanja maka dia tahunya beli dan bayar, tidak kepikiran untuk menawar atau meminta tambahan atau menukar belanjaan ini dengan yang itu. Kalau dia perhatikan, ibu-ibu yang belanja memang bersifat agresif, apa saja seperti ditawar, setelah ditimbang pun kadang ditambahi sendiri, sampai Ucok dan istrinya suka menghela nafas panjang melihat kelakukan mereka. Belum lagi yang sudah berbelanja banyak pada akhirnya meminta dicatat dulu, alias ngutang.

Aku kan nggak bisa seperti ibu-ibu, nggak pernah belanja, dan kadang tidak tega untuk menawar atau meminta ditambah kalua beli cabe atau tomat,”kata Anto.

“Wah rugi dong kalau begitu, Mesti nawar, nanti uang belanja kita nggak cukup,”kata istrinya.

“Kalau gitu Mami saja deh yang belanja. Repot saya. Itu bukan gaya saya. Rugi sedikit kan tidak apa-apa sama tetagga,”kata Anto. Tetapi istrinya bersikeras Anto yang belanja, takut tertular Virus Covid 19 yang kian mengenai ratusan orang di Indonesia dan di seluruh dunia membunuh puluhan ribu orang.

***

Karena tidak ada titik temu dan istrinya tetap tidak mau belanja sementara si Bibi mengerjakan banyak hal di rumah maka Anto terus menjalankan tugasnya di masa Work From Home. Sudahlah, pikirnya daripada malah nanti cekcok, lebih baik dia mengalah. Apalagi Anto membaca orang yang biasanya bekerja di kantor akan mengalami titik jenuh kalau bekerja di rumah saja selama seminggu. Lebih dari itu menjadi sensitive dan mudah emosional. Dia dan istrinya yang biasa bertemu sekitar Magrib setelah pagi-pagi ke luar rumah untuk bekerja, kini bertemu terus dari pagi sampai malam dan terus begitu berhari-hari. Dia baca berita, setelah masa lockdown di Wuhan dicabut, banyak pasangan suami istri yang mengajukan gugatan cerai. Rupanya mereka tidak tahan untuk bersama lagi setelah lebih satu bulan bertemu setiap jam.

Tetapi ternyata ada saja kondisi yang membuat keadaan berubah. Ceritanya kemarin siang istrinya berinisiatif membuat cendol campur tape setelah iseng-iseng melihat YouTube. Ikut-ikutan anak perempuan mereka yang setiap hari membuat aneka macam makanan berdasarkan resep yang sedang viral, untuk mengisi waktu luang. Waktu ditawari, sebagai suami yang baik tentu saja Anto segera mencicipi minuman kreasi istrinya.

“Bagaimana, enak kan?”tanya istrinya.

Ënak dong, tapi kemanisan deh kayaknya,”kata Anto.

“Tinggal tambah batu es kan bisa,”kata istrinya.

Rupanya karena banyak makanan di kulkas, cendol istrinya itu masih tersisa banyak sampai malam. Istrinya pun memaksa Anto untuk minum lagi supaya lekas habis dan minuman itu tidak bermalam di kulkas. Anto terpaksa meminum, meski karena terlalu dingin tenggorokannya jadi merasa agak gatal. Benar saja saat tidur malam dia mulai batuk, lalu karena terpaan AC yang dingin batuknya pun kian bertambah sampai dinihari.

”Aku batuk-batuk nih, nggak enak kalua belanja. Nanti takut menulari orang,”kata Anto, ketika istrinya meminta dia belanja ke warung.

“Terus gimana dong. Masak sih aku yang ke warung Ucok. Takut ah,”kata istrinya.

“Sudahlah gak apa-apa. Pakai masker. Nanti jaga jarak. Trus pulangnya cuci tangan pakai sabun. Beres deh.”

“Waduh gimana ya?,”katanya masih khawatir.

“Kan Mami sekalian bisa menawar, jadi lebih hemat. Ini zaman uang lagi susah lho,”bujuk Anto.

Dengan berat hati, dan setelah mempersenjatai diri dengan lengkap, istrinya akhirnya mau juga bertolak ke warung yang hanya sekitar 100 meter dari rumahnya itu.

“Bagaimana tadi belanjanya. Bisa nawar kan, “tanya Anto, setelah istrinya tiba di rumah.

“Boro-boro deh. Mau nawar apa. Orang banyak, dekat-dekat lagi, Takutlah.”

Setelah meletakkan belanjaan dan uang sisa belanjaan di meja, istrinya cepat-cepat membuka masker dan mencuci tangan ke dapur. Anto senyum saja. Dia berharap batuknya tidak terlalu cepat sembuh agar besok ada alasan untuk tidak diminta belanja sayur lagi.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru