Bertje Rumagit
Mimbar-Rakyat.com (Bekasi) – Tiada hari tanpa latihan Itulah motto yang selalu ada di hati Bertje Rumagit, mantan atlet tinju Kabupaten Bekasi yang kemudian sukses bukan hanya sebagai pelatih tinju, tetapi juga sebagai pelatih Wushu.
Mengawal karir sebagai petinju, Bertje ‘merantau’ pada Tahun 1980 ke Bekasi dari kampungnya nun jauh di Tomohon, Manado sana.
Bakat tinju sendiri sudah dimilikinya sejak masih anak-anak . Bahkan di tahun 1970-an Bertje yang semasa kecilnya suka berkelahi dibawa pamannya ke Bali untuk ‘dicetak’ sebagai petinju dan dilatih oleh seorang petinju profesional yang saat itu cukup beken, Daniel Bahari.
Oleh Daniel Bahari, bakat Bertje sebagai petinju semakin terasah. Namun sayang, ini satu hal yang diungkapkan blak-blakan oleh Bertje kepada penulis, setelah dia ‘sukses’ menjadi petinju , di Bali dia justeru dapat tugas sebagai ‘centeng’ diskotek.
Bergaul dengan dunia malam, ‘ mengatasi’ keributan yang terjadi di diskotek dilakoninya cukup lama. Hingga kemudian ketika sampai pada titik jenuh, Bertje yang sudah beranjak remaja pada tahun 1980-an merantau ke Jakarta. Tujuannya ketika itu masuk ke Sasana Tinju AMI ASMI yang boss-nya juga orang Manado, Beny Tangker. Harapan Bertje kala itu, sebagai sesama orang Manado pastilah dia diterima masuk sasana tersebut.
Namun ternyata, meski sama-sama Manado, Bertje justeru ditolak untuk bergabung ke sasana tersebut yang waktu itu memang cukup kondang di Jakarta .
Ketika kemudian di Bekasi ada kejuaraan tinju ‘Piala Bupati Bekasi’ Bertje ikutan mendaftar. Kebetulan di Piala Bupati Bekasi itu turun pula petinju dari AMI ASMI, sasana yang pernah menolaknya. Kesempatan dimanfaatkan Bertje untuk bukan hanya melampiaskan dendam, terapi juga sekaligus memberi pelajaran kepada Sasana AMI ASMI itu, bahwa mereka salah telah menolak seorang Bertje. Benar saja, petinju asal AMI ASMI tersebut dihajar KO di ronde pertama.
Perkenalannya dengan H.Adi Wahyu, pengusaha yang juga pemilik sasana tinju di Bekasi kala itu di era 1980-an, membawa Berthe masuk sebagai Tim Tinju Kabupaten Bekasi untuk berlaga di Pekan Olahraga Daerah ( Porda) Jabar .
Pada Porda Jabar di Cirebon, ketika tinju masih menjadi cabang eksibisi, Bertje yang turun di Kelas 67 Kilogram Berhasil meraih emas. Pun ketika Tahun 1988 naik ke kelas 75 kilogram di Porda Jabar kali itu, Bertje juga kembali meraih emas.
Awal karirnya sebagai pelatih, dilakoni Bertje pada 1992. Ketika itu, pada Porda Jabar di Serang, selain sebagai pemain, Bertje merangkap juga sebagai pelatih . Pada Porda Jabar di Serang kala itu, tim tinju Kabupaten Bekasi sabet dua emas.
Karirnya sebagai pelatih, kemudian mengantarkan Barton Londo meraih emas pada Porda Jabar di Bogor 1996. Di Porda Jabar berikutnya, pada Tahun 2000 di Indramayu, selain mengantarkan Barton Londo kembali meraih emas, juga Alfred Maweru yang juga sukses menyabet emas.
Sukses menjadi pelatih tinju, Bertje kemudian mencari tantangan menjadi pelatih Wushu, sejak 2007. Berkat tangan dinginnya, cabang olahraga yang gak terlalu beda dengan tinju, pada Porda Jabar di Bandung 2010, Wushu sabet 7 emas dan menjadi juara umum di cabang tersebut.
Karir Berthe sebagai pelatih Wushu semakin meningkat, ketika pada Porda Jabar 2014 di Kabupaten Bekasi menyabet tak tanggung-tanggung, 13 emas hingga kembali mengantarkan Kabupaten Bekasi sebagai juara umum di Cabang Wushu, melengkapi status Kabupaten Bekasi sebagai Juara Umum Porda Jabar kala itu
Masih bertahan sebagai juara umum cabang Wushu, pada Porda Jabar 2018 di Kabupaten Bogor, 9 emas disabet oleh Kontingen Wushu Kabupaten Bekasi. Ketika itu, Bertje yang juga menjadi pelatih Muathay, sukses juga menyabet dua emas .
Dengan motonya ‘ Tiada Hari Tanpa Latihan’, Bertje memang mengasuh atlet Wushu dengan boleh dibilang tiada hari tanpa latihan. Oleh karenanya, bukan hal yang berlebihan jika pada Porda Jabar 2022 tahun depan, Wushu Kabupaten Bekasi 10 emas. Pun demikian halnya dengan Muay Thai yang juga dilatihnya, Bertje pasang target 10 emas. ( Agus Suzana)