MIMBAR-RAKYAT.Com (Jambi) – Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo Soetarno menjelaskan, fenomena langit merah di Muaro Jambi, Jambi pada Sabtu (21/9) kemarin disebut dengan fenomena Mie Scattering atau Hamburan Mie.
Agus mengakui bahwa langit merah tersebut berhubungan dengan titik api di Muaro Jambi yang sangat tinggi.
“Ini data tadi pagi di Muaro Jambi, terjadinya hotspot 430 yang validitasnya di atas 80 persen. Jadi memang di sana banyak sekali titik api,” kata Agus, Minggu (22/9).
Hotspot tersebut menghasilkan asap dan debu yang berterbangan. Partikel itu terkena pantulan sinar matahari darn berubah menjadi berwarna merah. Disebutkan Agus, partikel dari debu tersebut menyerupai panjang gelombang warna merah dan oranye.
“Ukuran partikel polutan asap yang menyebabkan sinar matahari memancarkan warna oranye-merah. Ukuran partikel polutan sama dengan panjang gelombang oranye-merah, sekitar 0.7 micron,” jelas dia.
“Sehingga sinar matahari dihamburkan jadi warna oranye – merah, kita sebut Hamburan Mie atau Mie scattering,” ujar dia.
Kejadian serupa, ujar Agus, juga pernah terjadi di Ogan Ilir, Sumatera Selatan pada tahun 2015. Langit oranye kemerahan itu pun disebabkan oleh hotspot yang tinggi saat itu.
Menurut Agus, dampak negatif dalam fenomena ini ialah jarak pandang masyarakat yang terbatas. Kemudian asap dan debu yang berterbangan ini, kata dia, juga berbahaya bagi kesehatan warga.
“Karena asap dan debu. Pertama dia asap berbahaya, kedua dia juga jarak pandangnya 10 meter, 20 meter hingga 50 meter karena tertutup asap tersebut,” ungkapnya.
Agus pun mengingatkan masyarakat untuk tetap berhati-hati dalam berkendara. Dalam penanganannya dia meminta agar masyarakat dapat membunyikan suara kendaraan agar diketahui oleh pengendara lainnya. “Harus dibunyikan suara begitu, supaya kedengaran kalau tidak kelihatan,” tutup dia. (C/d)