MIMBAR-RAKYAT.com (Doha) – Organisasi terorisme tidak bisa dikalahkan hanya dengan membunuh anggotanya, menangkap para pendukungnya, atau memutus jaringan aktivitasnya.
Untuk menanggulangi terorisme sampai ke akarnya, dibutuhkan upaya yang komprehensif dan strategis, antara lain dengan dengan mengupayakan program rehabilitasi bagi anggota masyarakat yang pernah terpengaruh kegiatan terorisme, membangun komunikasi dan melibatkan komponen masyarakat lainnya.
Hal ini disampaikan oleh Deputi Kerjasama Internasional, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Inspektur Jenderal (Pol) Hamidin, dalam sosialisasi pencegahan terorisme yang diselenggarakan di Doha, Qatar baru baru ini.
“Terorisme tidak bisa dikalahkan hanya dengan membunuh, menembaki, menangkap para pendukungnya, atau merusak jaringannya,” papar Irjen Hamidin di depan komunitas diaspora Indonesia di Doha.
Ia menambahkan, dibutuhkan upaya komprehensif, terpadu dan strategis guna menanggulangi ideologi terorisme sampai ke akarnya. Yang bisa dilakukan di antaranya adalah program rehabilitasi dan membangun komunikasi dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Acara sosialisasi Pencegahan Terorisme ini digelar atas kerjasama BNPT dengan Kedutaan Besar RI di Doha.
Dipaparkan pula, kebijakan BNPT yang menitikberatkan programnya pada metode soft approach dalam menanggulangi terorisme. Pendekatan ini lebih menekankan dialog dan silaturahmi dengan berbagai lapisan masyarakat, bahkan terhadap anggota masyarakat yang terlibat dalam jaringan radikalisme dan terorisme. Upaya seperti ini diharapkan bisa memutus rantai kekerasan terorisme, dengan cara yang manusiawi.
Dalam sambutannya Duta Besar Indonesia untuk Qatar Muhammad Basri Sidehabi menyambut baik upaya BNPT dalam melakukan sosialisasi agar komunitas Indonesia berhati hati dan berupaya menghindari kegiatan-kegiatan yang kiranya terkait dengan terorisme dan segera melaporkan kepada pihak terkait di Qatar.
Mantan Anggota DPR ini juga menegaskan pentingnya peran ormas di Qatar dalam mengantisipasi agar anggotanya menjauhi hal-hal yang terkait dengan kegiatan yang diduga mengandung unsur terorisme.
“Komunitas diapora diharapkan dapat menjadi teladan bagi WNI di perantauan dan menjadi contoh kepribadian Indonesia di Qatar,” papar mantan Pilot F-16 pertama Indonesia ini. Dihimbau pula agar komunitas Indonesia untuk mematuhi peraturan setempat serta membantu menjaga persatuan dan kesatuan.
Menurut pejabat KBRI Doha, Boy Dharmawan, terdapat sekitar 51 ormas di Qatar yang dipimpin oleh Ketua Persatuan Masyarakat Indonesia di Qatar (Permiqa), Edwin Kurniawan.
Permiqa berperan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan WNI di Qatar yang diperkirakan berjumlah sekitar 40 ribu jiwa. (bd/arl)