Tuesday, April 01, 2025
Home > Cerita > Cerita Khas > Bumi Lambung Mangkurat Dalam Genggaman,  Catatan A,R, Loebis

Bumi Lambung Mangkurat Dalam Genggaman,  Catatan A,R, Loebis

Bumi Lambung Mangkurat. (cover buku)

Kalimantan Selatan yang dijuluki Bumi Lambung Mangkurat berada dalam genggaman?

Luar biasa majas metafora ini, tapi ini sebenarnya, bukan kiasan, karena hampir semua keterangan tentang Kalsel – terutama menyangkut alam dan wisatanya – ada dalam satu buku. Buku itu dinamai “Bumi Lambung Mangkurat. Bentangan Zamrud – Lumbung Pangan, Pertanian dan Wisata”.

Persiapan menerbitkan buku ini, relatif cepat, hanya sekitar dua bulan, sehingga butuh kerja ekstra keras dan tim sregep yang bisa dengan cepat menjalin cerita dan yang paling utama memiliki waktu luang.

Ada dua penulis dari Jakarta, saya dan Djunaedi Tjunti Agus, yang merangkap sebagai editor, kemudian rekan Eka Putra dari Pakanbaru dan Herry Farmansyah dari Jambi.

Penulis lain berasal dari tuan rumah Kalimantan Selatan. Nama mereka adalah: Jamaluddin, Muhammad Syarafuddin, Jainal Mutaqien, Rizal Dahfi Rizki, Shella, Fara Sela, Hani, Aya Sugianto (fotografer), Jumain.

Nah, pada perhelatan beberapa HPN sebelumnya, panitia menerbitkan buku dari wartawan untuk wartawan, tentang masalah pers, tokoh, laporan perjalanan, seni sastera berupa antologi cerpen dan puisi. Ada sekitar 10 sampai 12 buku diterbitkan, dengan persiapan beberapa bulan.

Hanya satu buku

Kali ini panitia mencetak hanya satu buku, profil

tentang tuan rumah HPN 2025, dari sisi pertanian dan wisata. Ini diselaraskan dengan tag HPN 2025 “ Kalsel Gerbang Logistik Kalimantan”. Buku ini lah yang sedang kita bincangkan melalui tulisan singkat ini.

Ini merupakan momentum luar biasa, karena bersamaan dengan program besar kepemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yang mencangkan Kalsel sebagai tempat cetak sawah rakyat seluas 500 ribu hektare pads 2025.

Sayang bila momentum ini terlewatkan. Ini menjadi catatan sejarah dan harus dibingkai dalam satu wadah bernama buku. Ini  dicetuskan dalam rapat awal HPN, setidaknya agar ada kenangan usai HPN. Ada catatan yang dibawa dari HPN.   Pada awalnya saya sebagai penanggung jawab penerbitan buku ini agar khawatir, karena waktu penyusunan materi konten kurang dari dua bulan.

Namun dalam satu rapat, Sekjen PWI Pusat M Iqbal berujar,” Jangan khawatir Bang. Wartawan itu bisa bergerak cepat untuk melakukan apa saja, apalagi dalam hal tulis menulis. Ini kan pekerjaan kita.”

Saya tersentak. Betul yang dikatakan Iqbal, waktu sempit harus dimanfaatkan untuk berbuat sesuatu (kalimat ini saya tulis dalam sambutan editor – p. xiv).

Akhirnya saya mengumpulkan teman, mengkordinir dan membagi tugas. Karena bantuan teman-teman yang bekerja keras dan Ikhlas, serta dorongan moral dari pengarah Raja Pane dan Toto Fachrudin, membuat buku ini dapat terwujud dalam waktu singkat.

Bentangan Zamrud

Saya kisahkankan pula, untuk menentukan pilihan judul buku itu bukan hal mudah. Ada beberapa judul yang diajukan, namun belum ada yang tepat. Akhirnya lewat inspirasi tengah malam, saya mendapatkan kata Bentangan Zamrud. Nah ini pas, dengan bumi Kalsel yang disebut Gubernur Kalsel H. Muhidin sebagai “kepingan surga” itu.

Di Mancanegara, Indonesia dijuluki Zamrud Khatulistiwa, karena negara ini terletak di garis khatulistiwa dan memiliki kekayaan alam melimpah, selain itu juga karena keindahannya. Sebentang zamrud itu ada di Kalsel.

Bagian-bagian dari zamrud itu dibingkai para rekan penulis dan tukang foto, menjadi tulisan menarik yang memiliki daya rasa ingin tahu untuk membaca hingga tuntas (what next). Tdilebih karya teman-teman Kalsel, yang bersentuhan langsung atau “bersenyawa” engan obyek tulisan, sehingga merasuk ke hati penulisnya sebelum ditorehkan lewat tautan kata dan kalimat.

Pada Bab 1 berjudul Zamrud Suaka Alam, ada sembilan artikel tentang alam, pertanian dan kelautan, sedangkan pada Bab 2 Zamrud Suaka Wisata ada 14 tulisan.

Di antara tulisan di bab pertama terdapat artikel “Kalsel miliki peran signifikan jaga ketahanan bangsa – Lumbung Pangan Langkah Besar Presiden Prabowo  Subianto.”,  “Rantau Badauh Pusat Penyebaran  Bibit Padi Secara Nasional”, “ Menuju Swasembada Pangan, Jaksek Didorong Jadi Lumbung Padi:.

Sedangkan pada Bab kedua, ada tulisan, :Merataus Wisata dan Kearifan Lokal”, “Susur Sungai Doeloe dan Kini”, “Haul Abah Sekumpul Mendunia”, “Sasirangan dan Kampungnya,,,”, “Pasar Terapung: Bukan Sekadar Jual-Beli di Atas Air”, “Gemerlap Intan Martapura Mendunia”.  Ada juga kata sambutan dari Gubernur Kalsel H, Muhidin, dari Ketua PWI Pusat Hendry Ch Bangun dan sambutan dari Ketua Panpel HPN 2025 Raja Parlindungan Pane.

Beragam kekayaan alam mikro dan alam makro Kalsel – berupa zamrud lahan dan wisata, tak akan habis-habisnya untuk dibicarakan apalagi dikunjungi.

Karena intens dan mendalamnya tulisan-tulisan dalam buku ini – serta banyak ragamnya – , saya menyebutnya dengan istilah frase  Bumi Lambung Mangkurat Dalam Genggaman.

Buku setebal 176 halaman dicetak luks ini, diserahkan kepada Menteri Kebudayaan Fadli Zon pada acara puncak HPN 2025 Kalsel, pada 9 Februari 2025. (***)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *