Thursday, February 27, 2025
Home > Cerita > Cerita Khas > Cucurakan di ujung Lorong,    Catatan A.R. Loebis  

Cucurakan di ujung Lorong,    Catatan A.R. Loebis  

Persiapan Cucurakan, makan bersama, jelang ibadah bulan suci Ramadan, di satu lorong di Puri Arraya, Ciampea, Bogor. (arl)

Cahaya lampu remang-remang menguak gelap malam. Gerimis mulai terasa di kulit lengan. Angin berhembus sepoi. Suara kodok bersahutan dari balik ilalang yang basah disiram hujan petang. Dua tiga ekor kucing mulai berdatangan, mungkin mencium bau ikan.

Ya ikan goreng sudah berjejer di hadapan, di atas tumpukan nasi memanjang di daun pisang.

“Tak apa, hujan tak kan turun sebelum kita selesai makan,: kata seorang teman. Kanak-kanak berdatangan, beserta ibu-ibu mereka.

“Ayu kita mulai. Pak Haji silahkan baca doa,” terdengar lagi suara seseorang,

“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang..Al Fatihah…,” suratul-Fatihah selesai dikumandangkan.

“Semoga kita semua disampaikan Allah SWT ke bulan Rmnadan yang tinggal tiga hari lagi. Semoga kita pun bertemu di Ramadan-Ramadan berikutnya. Semoga amal ibadahh kita diterima Yang Maha Kuasa,” disambut ucapan aamiin..aamiin berulang kali.

Benar doa teman tadi, gerimis halus yang menyentuh kulit lengan sudah tiada. Sekumpulan orang yang duduk bersimpuh di ujung lorong mulai mencuci jemari masing-masing, karena acara makan bersama akan dimulai.

Semua dengan tertib mengambil tempaat duduk. Ada yang beralaskan dedaunan, ada yang beralaskan sendal. Ikan itu dibeli tadi siang. Ada juga sambal sampai dua macam, ada sambal pedas ada juga sambal kecap. Ada tempe oreg pakai ikan teri. Ada timun, ada dedaunan kencur muda yang biasa dibuat urap. Ada juga kerupuk, berkeriuk-keriuk bunyinya dalam mulut. Usai makan masih ada buah jeruk dan semangka.

Alhamdulillah..nikmat rasanya bersantap bersama dengan sanak saudara dan tetangga, di udara terbuka nun jauh di ujung Lorong EH-EI Perumahan Puri Arraya, Cicadas, Ciampea, Bogor Barat, pada  Rabu 26 Februari 2025.

Kenikmatan itu terasa lebih kental, karena kami sudah menyatupadukan antara ikatan horizontal dan simpul hubungan vertical, atau hablum minannas dan hablum minallah. Berdoa, dimana pun dan kapan pun, merupakan simpul hubungan antara manusia sebagai mahluk ciptaanNya dengan dzat yang menciptakan.

Cucurakan

Kami berkumpul di ujung lorong itu, selain sebagai silaturahim, juga sebagai “cucurakan” atau disebut juga “munggahan” menjelang tibanya bulan suci Ramadan pada awal Februari 2025.

Cucurak atau curak-curak (bahasa sunda) artinya bersenang-senang, merupakan tradisi yang dilakukan di Bogor untuk menyambut puasa atau bulan Ramadhan.

Malam semakin tinggi, tapi suap nasi dan oreg tempe teri terus dikunyah, diiringin tawa senda, di ujung lorong Kluster E Puri Arraya, Ciampea, Rabu malam, 26 Februari 2025.

Selain menyambut dengan suka cita bulan suci Ramadhan, Cucurak digelar untuk menjalin silaturrahmi dan saling memaafkan satu sama lainnya.  Cucurak menjadi ekspresi rasa syukur terhadap karunia dan rezeki yang dilimpahkan Allah SWT sepanjangn hari sebelumm Ramadan. Dalam konteks lebih luas, “cucurakan” dapat berarti, Mengakui kesalahan atau kekhilafan, Mengungkapkan kebenaran atau fakta serta – Menyampaikan pengakuan atau permintaan maaf.

Jadi, “cucurakan”, dalam catatan kepustakaan, merupakan istilah yang terkait dengan kegiatan mengakui kesalahan, mengungkapkan kebenaran, atau menyampaikan pengakuan.

Munggahan

Munggahan adalah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti “permulaan” atau “awal”. Istilah ini sering digunakan dalam konteks kegiatan, acara, atau proses yang baru dimulai.

Dalam konteks yang lebih luas, munggahan juga dapat berarti “pembukaan” atau “permulaan” dari sesuatu yang baru, seperti pembukaan acara, pembukaan bisnis, atau pembukaan proyek.

Munggahan Puasa adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebelum memasuki bulan Ramadan.

Munggahan Puasa biasanya dilakukan 1-2 hari sebelum memasuki bulan Ramadan dan bertujuan untuk mempersiapkan diri secara spiritual dan mental sebelum memasuki bulan suci Ramadan.

Kegiatan Munggahan Puasa biasanya meliputi:

Membersihkan diri secara fisik dan spiritual, Berpuasa sunnah, elakukan shalat sunnah, Membaca Al-Quran, berdoa dan memohon ampun kepada Allah SWT.

 

Munggahan Puasa bertujuan untuk mempersiapkan diri agar dapat menjalani ibadah puasa dengan baik dan mendapatkan manfaat spiritual yang optimal.

Munggahan Puasa dengan makan adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebelum memasuki bulan Ramadan.

Di salah satu ujung lorong di Puri Arraya, kami melakukan tradisi Cacurakan atau Munggahan, dengan seia-sekata dan berdoa bersama diakhiri dengan makan bersama.

Angin semakin berdesah menggoyang ilalang dan daun bambu, gerimis kembali menyapa bumi dan kulit lengan mulai basah.

Anak-anak dan ibunya berlari kecil ke rumah masing-masing, kucing menepi mencari teduhan. “Semoga nanti kita bisa kumpul lagi, buka puasa bersama,” kata Pak Tri, salah seorang pemukim lorong itu, diamini Pak Arma dan bapak lainnya.

Kami bersalaman usai santap jasmani itu, sementara santap rohani terasa amat terpuaskan malam ini, Ya Allah.  (arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru