MIMBAR-RAKYAT.Com (Purwakarta) – Para perajin gerabah di sentra keramik Anjun, Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat mengeluhkan produksi menurun. Pemicunya, curah hujan yang masih cukup tinggi mengakibatkan sulit menjemur gerabah di bawah terik matahari.
“Karena jasa pembuatan gerabah (keramik) ini lebih mengandalkan sumber energi matahari untuk proses finishing, sehingga saat waktu hujan susah untuk melakukan pengeringan,” jelas Yudi, satu perajin gerabah, kemarin.
Menyiasatinya, perajin mengeringkannya mengandalkan tiupan angin disimpan diruang terbuka. “Proses ini memakan waktu sebulan. Kalau dijemur dibawah terik matahari bisa dua pekan,” ungkapnya.
Usai dijemur, sambung dia, gerabah gerabah tersebut kemudian dimatangkan dengan dimasukan kedalam tungku pembakaran. Setelahnya, kemudian dipasarkan kesejumlah daerah di Indonesia.
Pada cuaca normal ia dapat memproduksi ratusan gerabah beragam jenis seperti pot bunga, celengan, guci dan lainnya dibanderol bervariasi dari termurah Rp 20.000, Rp 300.000 bahkan hingga jutaan rupiah.
“Ini kendala dihadapi perajin keramik. Musim penghujan menurunkan produksi 10 persen berakibat ke omzet berkurang,” pungkasnya. (joh)