Mimbar-Rayat.com (Jakarta) – Gelombang kapal kayu masing-masing membawa ratusan imigran pengungsi Rohingya mendarat di sejumlah pantai Provinsi Aceh sepanjang dua pekan terakhir November ini.
Diberitakan Antara, dalam kurun waktu dua pekan terakhir, Aceh sudah didatangi enam gelombang pengungsi Rohingya hingga Rabu (22/11). Tiga kapal di wilayah Kabupaten Pidie, satu di Bireuen dan satu di Aceh Timur, dan hari ini di Kota Sabang. Totalnya lebih kurang mencapai 1.071 orang.
Mendaratnya gelombang kapal kayu yang membawa masing-masing hingga ratusan imigran Rohingya itu ternyata menimbulkan persoalan, sehingga terjadi penolakan warga Aceh di beberapa tempat.
Kedatangan pengungsi Rohingya telah mendapatkan penolakan dari masyarakat Aceh. Bermula ditolak oleh penduduk Bireuen, kemudian Aceh Utara, dan terbaru adalah oleh warga Kota Sabang.
Warga menolak kedatangan mereka, dan meminta imigran pengungsi Rohingya itu kembali berlayar ke laut dengan kapal setelah diberi bantuan bekal makanan hingga minuman.
Pejabat UNHCR Indonesia Munawaratul Makhya menuturkan sejauh ini koordinasi pihaknya dengan Pemerintah Pusat, provinsi Aceh hingga daerah terkait penanganan pengungsi sudah cukup baik.
“Alhamdulillah koordinasi, kita apresiasi dan terima kasih atas kolaborasi dari pemerintah, sudah sangat baik komunikasi selama ini,” katanya di Banda Aceh, Rabu (22/3) malam seperti dikutip dari Antara.
Dirinya menegaskan, UNHCR dalam hal penanganan Rohingya ini lebih kepada men-support kebutuhan dasar mereka, termasuk transportasi hingga makanan. Kemudian, UNHCR juga berupaya supaya pengungsi Rohingya lebih mendapat hidup yang lebih layak.
“Kami mendorong supaya pengungsi Rohingya ini bisa lebih hidup bermartabat, mendapatkan hak-haknya sebagai manusia,” kata Munawaratul.
Ia mengatakan semua imigran pengungsi Rohingya yang mendarat di sejumlah pantai di Aceh didata pihaknya lalu direlokasi ke tempat penampungan di Lhokseumawe.
Terbaru adalah 219 imigran Rohingya yang mendarat di kawasan pantai Ujong Kareung, Kota Sabang. Mereka, kata Munawaratul, sudah dipindahkan ke bekas kantor Imigrasi Lhokseumawe.
“Semuanya ada 219 orang berdasarkan perhitungan di Sabang, dibawa ke bekas kantor Imigrasi Lhokseumawe,” kata Pejabat UNHCR Indonesia Munawaratul Makhya, di Banda Aceh, Rabu malam.
Munawaratul menyampaikan, dari 219 imigran tersebut, dua diantaranya sedang dalam kondisi sakit dan membutuhkan perawatan, harus diberikan oksigen terlebih dahulu.
Dirinya tidak menjelaskan lebih detail terkait kondisi akhir para Rohingya tersebut, karena masih status darurat (emergency).
“Ini kondisinya masih emergency, jadi belum tanya-tanya. Kita juga belum cek apakah mereka ini dari grup yang sama (dengan yang tiba sebelumnya), kita belum cek,” ujarnya.
Pj Gubernur imbau warga Aceh sabar
Sementara itu, Pj Gubernur Aceh Mayjen TNI (Purn) Achmad Marzuki mengimbau kepada masyarakat Aceh untuk bersabar terkait kedatangan Imigran Rohingya ke Tanah Rencong, karena sedang dalam proses pengaturan.
Marzuki menyampaikan, penanganan imigran Rohingya tersebut merupakan urusan kemanusiaan, dan untuk penanganan akan berjalan sesuai ketentuan.
“Ini urusannya kemanusiaan, ada waktunya kemudian SOP-nya akan diatur lagi,” ujarnya di Banda Aceh, Rabu.
Marzuki mengatakan terkait kedatangan gelombang imigran Rohingya ke Aceh, pihak UNHCR sejauh ini juga telah berkomunikasi dengan Kemenkumham soal penempatan para pengungsi tersebut.
“Sudah ada surat dari Kemenkumham untuk penempatan pengungsi Rohingya, untuk sementara agar dibantu oleh IOM [organisasi PBB untuk urusan imigran internasional] dan UNHCR,” tutur Marzuki.
Anggota DPR dari Aceh desak perhatian pemerintah pusat
Sementara itu sebelumnya, anggota Komisi III DPR M Nasir Djamil dalam rapat kerja (raker) bersama Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly secara langsung menyampaikan permasalahan pengungsi Rohingya yang terus berdatangan di beberapa titik pesisir Aceh.
Legislator dari Aceh tersebut meminta Pemerintah Pusat memberikan perhatian terkait gelombang kedatangan imigran Rohingya di Tanah Rencong.
“Dulu masyarakat Aceh pernah menerima pengungsi Rohingya dengan tangan terbuka, tapi kini masyarakat menilai ada sesuatu yang ganjil dan banyak hal yang tidak diinginkan terjadi hingga menyeret beberapa warga kami (Aceh) yang ikut terlibat dalam kasus perdangangan manusia” ucap Nasir dalam rapat di ruang Komisi III DPR RI yang dikutip dari keterangannya.
Pada kesempatan tersebut Nasir mengungkapkan ada seribu lebih pengungsi Rohingya di Aceh. Nasir menyisipkan perhatiannya di hadapan Menkumham Yasonna untuk bisa menegur pihak organisasi kemanusian seperti IOM dan UNHCR yang bertugas di Aceh dalam penanganan pengungsi Rohingya.
“Bukan masyarakat Aceh tidak menerima melainkan tolong kepada Pemerintah serius dalam menangani permasalahan Rohingya secepatnya bisa dipindahkan saja” kata dia. (ds/sumber Antaranews.com/CNNIndnesia.com)