Wednesday, April 02, 2025
Home > Headline > Inmemoriam – Didi Petet Rajin Bagi Ilmu dan Pengalaman

Inmemoriam – Didi Petet Rajin Bagi Ilmu dan Pengalaman

Didi Petet

Didi Petet (liputan6.com)

Didi Petet yang bernama asli Didi Widiatmoko dan lahir pada 12 Juli 1956 di Surabaya, meninggal dunia Jumat 15/5-2015 dan ia pasti tidak akan lekang dari ingatan para sahabat sesama aktor – utamanya para pendatang baru – karena ia dikenal amat rajin membagi ilmu dan pengalamannya. 

Didi Petet tertarik pada dunia seni peran sejak masa SMA dan perkenalannya dengan seniman Harry Rusli membuka jalan untuk berkecimpung di panggung teater sampai akhirnya gabung dengan Teater Koma pimpinan Nano Riantiarno.

Aktor yang juga bintang iklan ini, menekuni pula seni pantomim dan bahkan pernah mendirikan kelompok teater pantomim dengan nama Sena&Didi Mime, bersama Sena A. Utoyo.

Dari panggung pantomim, Didi memulai karirnya pada 1985 sebagai aktor profesional dengan membintangi film layar lebar berjudul Semua Karena Ginah. Dua tahun berselang, ia didaulat menjadi peran pendukung dalam film drama remaja berjudul Cinta Anak Zaman.

Di film yang dibintangi Paramitha Rusady dan Donny Damara itulah, akting Didi mulai mencuri perhatian para kritikus film. Sebagai bentuk apresiasi terhadap bakat aktingnya, Didi dinobatkan sebagai Pemeran Pembantu Terbaik dalam ajang Festival Sutradara film Indonesia 1988.
Setelah sukses menyabet Piala Citra lewat perannya dalam film Cinta Anak Zaman, Didi terus menggali potensinya sebagai aktor multitalenta. Masih di tahun yang sama, 1987, ia tampil dengan peran nyeleneh dalam film remaja laris berjudul Catatan Si Boy. Dalam film yang dibintangi Onky Alexander dan Dede Yusuf itu, Didi kebagian peran sebagai Emon yang kebanci-bancian.

Sutradara Nasri Chepy memang tak salah mempercayakan peran tersebut pada Didi. Meski pria tulen, Didi cukup piawai memerankan tokoh Emon dalam film legendaris tersebut. Boleh dibilang, Emon-lah salah satu faktor yang menyebabkan film produksi Bola Dunia Film itu laris manis.

Keberhasilannya membawakan tokoh Emon di film tersebut, menurut Didi, tidak terlepas dari pengamatan dan riset yang dilakukannya dan tentu saja karena peran sutradara dalam memberikan ruang kepadanya sehingga ia mampu memerankan tokoh kontroversial itu dengan sangat baik.

Film yang turut mempengaruhi gaya hidup anak muda dekade 80-an itu berhasil meraih 2 penghargaan FFI 1988, masing-masing melalui Nasri Cheppy sebagai Sutradara Terbaik, serta Dodo Zakaria sebagai Penata Musik Terbaik.

Sukses besar yang diraih Catatan Si Boy dengan Emon-nya, kemudian ikut mendorong film-film remaja lain untuk menampilkan tokoh banci. Seakan tak lengkap rasanya jika sebuah film remaja tidak menghadirkan tokoh pria kemayu di dalamnya. Maklum saja, dari cara bicara dan berpakaiannya saja, tokoh-tokoh semacam itu dianggap mampu memancing tawa penonton.

Didi memang aktor yang pandai menghidupkan setiap peran yang dibawakannya. Setelah lepas dari peran Si Emon, sosoknya kemudian lekat dengan Si Kabayan, pemuda lugu asal Pasundan.

Sama seperti Catatan Si Boy, film yang mengambil setting kehidupan masyarakat Sunda ini mendapat sambutan meriah dari masyarakat. Karena laris, seperti yang biasa terjadi dalam dunia film, Si Kabayan pun dibuat hingga beberapa sekuel, yakni Si Kabayan Saba Kota, Si Kabayan Anak Jin, dan Si Kabayan Mencari Jodoh.

Di film garapan sutradara H. Maman Firmansyah tersebut, Didi beradu akting dengan sejumlah artis cantik seperti Paramitha Rusady, Meriam Bellina, Nurul Arifin dan Desy Ratnasari.

Ketika dunia film mati suri dan dunia sinetron merebak seiring dengan tumbuhnya stasiun televisi di Tanah Air di dekade 90-an, Didi pun ikut terjun dengan membintangi sejumlah judul sinetron di antaranya Losmen, Buku Harian, Cintaku Di Rumah Susun, Primadona, Maha Kasih, dan Dunia Tanpa Koma.

Film iklan juga dirambahnya. Tak kurang dari sepuluh film iklan sudah dibintanginya bahkan ia kemudian mendirikan rumah produksi. Pria bertubuh subur ini aktif pula dalam sejumlah pementasan teater, seminar tentang seni peran dan mengajar di IKJ. Tak hanya dalam lingkup pendidikan formal,

Didi kerap dimintai wejangannya oleh para pendatang baru di dunia akting. “Ia guru kita dalam dunia acting. Ia rajin membagi ilmu dan pengalamannya,” itu ucapan yang selalu diungkapkan para aktor pendatang baru.

Jika karir rekan-rekan seangkatannya mengalami penyurutan manakala memasuki usia paruh baya, eksistensi Didi di dunia film justru makin menguat. Pria yang pada tahun 2010 terpilih sebagai Duta Kereta Api ini terus terlibat dalam sejumlah judul film.

Didi bermain dalam film Petualangan Sherina di tahun 2000, film anak-anak yang disebut-sebut sebagai tonggak kebangkitan kembali film Indonesia. Kemudian film Pasir Berbisik, Emak Naik Haji, Bebek Belur, Lost in Papua, Di bawah Lindungan Kabah dan sederet judul lain.

Pada tahun 2009, berkat aktingnya dalam film Jermal, nama Didi masuk dalam dua nominasi sekaligus, yakni Pemeran Utama Pria Terfavorit, dan Pasangan Terbaik & Pasangan Terfavorit bersama Iqbal S Manurung di ajang Indonesia Movie Award (IMA).

Akting merupakan sekolah kehidupan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru