MIMBAR-RAKYAT.Com (Indramayu) – Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, sejak beberapa hari terakhir ini mulai panen padi Musim Tanam (MT) Rendeng. Panen padi itu waktunya tidak merata. Hanya beberapa kecamatan di wilayah Selatan Indramayu, seperti Kecamatan Gantar, Terisi dan Cikedung yang sudah panen lebih awal.
Pantauan, Senin (27/2), panen padi lebih awal ini dikeluhkan para petani. Sebab panen padi itu langsung disambut tengkulak dengan menurunkan harga beli gabah dari para petani. Harga gabah sebelumnya Rp 5.500 per Kg memasuki panen turun tajam menjadi hanya Rp 3.300 per Kg.
Anjloknya harga jual padi itu membuat para petani, terutama pemilik sawah malas menjual gabah hasil panen. Mereka lebih memilih menyimpan gabah hasil panennya di gudang atau kamar rumah yang disulap menjadi tempat menyimpan gabah.
“Biarlah kita simpan dahulu gabahnya. Nanti kalau harganya sudah stabil sekitar Rp4.500 atau Rp5.000 per Kg baru kita jual,” kata Taryim, 48 petani di Kecamatan Gantar.
Biasanya yang buru-buru menjual gabah pada saat awal panen padi itu para buruh tani atau tenaga penderep yang mendapatkan upah gabah sebesar 20 persen dari hasil panen.
Pembelian gabah dari para buruh tani itu dilakukan para tengkulak. Sementara Dolog Indramayu, sampai Senin (27/2) belum terlihat aktifitasnya membeli gabah untuk kegiatan pengadaan pangan.
Tengkulak gabah di Indramayu terlihat sibuk berkeliling desa. Banyak juga bermunculan tengkulak gabah kecil-kecilan biasa disebut tengkulak gantungan.
“Disebut tengkulak gantungan karena tengkulak itu mempunyai ciri menggantungkan dacin atau timbangan gabah di tepi jalan yang bakal dilalui para buruh penderep saat pulang kerja,” kata Karman, 48.
Dikatakan, gabah petani yang dibeli tengkulak gantungan itu harganya lebih murah. “Sebab modalnya hasil pinjaman dari tengkulak besar. Tengkulak gantungan menjual kembali gabah itu kepada tengkulak besar. Makanya harganya lebih murah,” ujar Karman. (joh)