Sunday, September 08, 2024
Home > Cerita > Cerita Khas > Duo pemicu Tim Panahan Indonesia ke Olimpiade Paris, Catatan Indrie HP Koentjoro

Duo pemicu Tim Panahan Indonesia ke Olimpiade Paris, Catatan Indrie HP Koentjoro

Diananda Choirunisa (kiri) dan pelatih Lilies Handayani (foto: Indrie HP Koentjoro)

Tanpa mengurangi rasa salut pada seluruh personil Tim Nasional lainnya serta seluruh pihak yang telah memuluskan langkah tim panahan elegans di mata internasional dalam dekade ini, sampai akhirnya bermuara di Olimpiade XXXIII Paris, ada sisi lain yang tak kalah menarik.

Sulit dibantah, bahwa dua perempuan ini tak hanya menjadi etalase squad panahan Indonesia di Paris, lebih dari itu bisa disebut trigger (pemicu), pemicu tim juga bagi penerus prestasi Indonesia ke depan.

Salah satu srikandi itu adalah Diananda Choirunisa, yang pada arena lambang supremasi olahraga dunia ini tampil untuk kedua kedua kalinya di Olimpiade.

Saat Olimpiade Tokyo 2020 yang digelar 2021, meski pulang tanpa medali berduet dengan Riau Ega, ia mampu menghentikan langkah pasangan flamboyan AS, Braddy Elisson / Mackenzie Brown,  sebelum akhirnya dihadang duet Turki Mete Gazoz/Yasemin Anagoz di ¼ Final.

Pada Olimpiade Paris yang di dimulai Kamis 25 Juli 2024 (panahan) Diananda akan turun “borongan” di tiga nomor: Individual, beregu putri, (dari peta kekuatan sebelum terbang ke Paris) akan duet bersama Arif Pangestu dalam nomor ganda (Mixed).

Tim panahan Indonesia ke Olimpiade Paris 2024 adalah  satu putera dan tiga atlet putri yakni Arif Dwi Pangestu , Diananda Choirunisa, Rezza Octavia , dan Syifa Nur Afifah Kamal.

Jalan panjang telah ditempuh Anis, begitu sapaan akrab Choirunisa, untuk kali ini menginjak rumput Les Esplanade des Invalides,  kawasan bersejarah kreasi raja Louis XIV ini.

Bukan sekedar puas lolos kualifikasi plus berbagai acara seremonial yang mengiringinya sebelumnya, selama Olimpiade dan bahkan (mungkin) saat kembali ke tanah air. “Saya jelas inginkan emas, tidak takut siapapun di arena” tegasnya.

Para srikandi di pusat pelatihan. (lh)

Ekspektasi wajar, bagi atlet yang akrab dipanggil Anis ini, yang terkesan tanpa lelah berlatih terutama pasca menjadi atlet termuda di panahan yang meraih emas dalam nomor bergengsi head to head Recurve saat PON Riau 2012.

Demi ekspektasinya, Anis alumnus PPLP Jawa Timur kelahiran 16 Maret 1997 ini membungkus dalam hatinya apa pun kesulitan, maupun ketidaknyaman selama menghuni pelatnas dari tahun ke tahun,

“Tidak mau berkomentar apapun, khawatir salah,” tambah Lilies Handayani, sang pelatih yang mempertegas sikap Anis.

Bak kamus yang di dalamnya sarat dengan catatan prestasi nasional maupun internasional, pemerintah pun tak menutup mata mengapresiasi upaya ibu satu anak ini sebagai ASN Kemenpora.

Di pusat pelatihan. (LH)

“Semua itu menjadi penguat untuk mengangkat martabat bangsa dengan medali emas Olimpiade,” ucapnya.

Di sisi lain, dukungan keluarga, termasuk si mungil Daisya (4) buah pernikahannya dengan bek sepak bola kondang, Sertu TNI AD Danie Pratama, menjadi suplemen tersendiri.

“Meski dia pernah tidak mengenali ibunya, tapi lama-lama ya akrab,” Anis berkisah tentang Daisha yang kerap bersama neneknya dari Surabaya ke pelatnas.

Bagian tak terpisahkan

Nah, ini trigger lainnya. Lilies Handayani (60) pensiunan ASN  Bapenda Jatim inipun menjadi bagian yang tak terpisahkan sepanjang dia menekuni pasionnya hingga Olimpiade Paris ini.

Regu putri Indonesia yang telah 26 tahun menghilang dari arena dunia, – kembali berkiprah sebagai suatu hal yang melegakan.

Terlebih sebagai sesama Perempuan, Lilies tak lelah memoles Anis juga Rezza Octavia dan Syifa Nurafifah dengan pengalaman yang pernah diperolehnya dalam upaya menjemput medali seperti saat Olimpiade Seoul 36 tahun silam.

“Ya ya ya..pastilah ada diterapkan sesuaikan dengan situasi dan jaman saat ini,” ucap pelatih kepala tim merah-putih ini.

Dengan alasan demi aklimatisasi jelang lomba lambang supremasi dunia olahraga ke-33 ini, Minggu malam 14 Juli mereka terbang menumpang Garuda Indonesia GA 088D.

Saat ini para pejuang Merah Putih itu tengah menyusun kekuatan di venue Saint Avertin, sekitar 200 km di selatan Eiffel, Paris, sebelum akhirnya merapat ke rumput Les Esplanade des Invalides, di pusat kota mode, Paris. (him)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru