Thursday, December 12, 2024
Home > Berita > Figur Penyebar Inspirasi Bangsa 2015

Figur Penyebar Inspirasi Bangsa 2015

Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto (tengah) dan Juri SATU Indonesia Awards 2015 Emil Salim (keempat kiri) bersama tujuh Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2015 (ki-ka), Tutus Setiawan, Risna Hasanudin, Trisno, Faishal Arifin, Dani Ferdian, Hadi Apriliawan dan Jordan Andrean pada acara Penganugerahan SATU Indonesia Awards 2015.

Seluruh Juri SATU Indonesia Awards 2015 bersama tujuh Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2015 pada acara Media Gathering SATU Indonesia Awards 2015 (21/10)
Seluruh Juri SATU Indonesia Awards 2015 bersama tujuh Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2015 pada acara Media Gathering SATU Indonesia Awards 2015 (21/10)

Penggagas “Susu Listrik”, Apriliawan Hadi di Malang, Jawa Timur, berawal dari ras prihatin terhadap kondisi peternak di kampung halamannya di Desa Sragi, Banyuwangi, Jawa Timur, mencoba mencari solusi alat yang bisa mengatasi masalah klasik yang dihadapi peternak.

Yakni, susu yang tak bertahan lama dan kandungan bakteri patogennya yang bisa menyebabkan penyakit bagi yang mengonsumsinya. Hadi pun terpikir untuk menciptakan alat pasteurisasi. Akhirnya pada 2007, pria kelahiran 21 April 1989 ini mendapatkan kesempatan untuk melakukan penelitian melalui Program Kreatif Mahasiswa (PKM). Akhirnya Hadi berhasil menemukan teknologi pasteurisasi modern berbasis kejut listrik yang dinamai Latte Electricity (LE). Kehadiran alat LE ini membawa harapan baru bagi peternak.

Dengan metode kejut listrik hasil susu perah bisa bertahan lebih lama serta kandungan protein dan gizi dalam susu segar hasil perahan peternak tetap terjaga.

Kategori Kelompok, Bidang Teknologi
Kelompok Grombyang OS Indonesia – Pemalang, Jawa Tengah. Saat kelompok ini dibentuk pada 2012, para pendirinya Sumitro Aji Prabowo, dengan pendiri mahasiswa semester III, Jordan Andrean , masih duduk di bangku SMK kelas 2 dan Nanda Arfan Hakim duduk di bangku SMK kelas 1.

Berawal dari hobi yang sama mereka membentuk komunitas yang diberi nama Komunitas Pengguna Linux Indonesia (KPLI) pada 2012 yang anggotanya hanya terdiri atasi lima orang. Kemudian, komunitas ini berubah nama menjadi Grombyang OS pada tahun 2013.

Dengan adanya Grombyang OS, masyarakat dapat menggunakan sistem ini tanpa membayar, dapat diunduh secara gratis, sehingga tidak perlu menggunakan produk yang selama ini mereka pakai secara sistem, karena itu melanggar hak cipta. Kelebihan lainnya, sistem ini lebih cepat kerjanya dan tidak membutuhkan antivirus.  (SP/arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru