Tuesday, April 01, 2025
Home > Berita > Giatkan Lagi Donor Darah, Catatan Widodo Asmowiyoto

Giatkan Lagi Donor Darah, Catatan Widodo Asmowiyoto

SETIAP kali datang peringatan Hari Donor Darah Sedunia (HDDS) tanggal 14 Juni, saya pribadi bersedih. Sebab (sepertinya) saya sudah tertutup kesempatan untuk ikut donor darah. Mengapa? Ya karena sudah hampir 18 tahun ini saya hidup dengan satu ginjal kiri. Setelah (sembuh) menjalani operasi ginjal 4 Agustus 2004, beberapa kali saya mencoba ikut mendaftar donor darah, tetapi selalu ditolak oleh dokter yang sedang bertugas di kegiatan donor darah kolektif.

Mengapa kok nekad mencoba mendaftar donor darah? Ceritanya begini. Dulu ada beberapa kali kegiatan donor darah di kantor maupun di kompleks tempat tinggal. Kalau tidak hadir dalam kegiatan itu, khawatir ada yang bertanya atau “membatin”, “Kok Pak Widodo tidak ikut donor?” Karena itu saya sengaja ikut mendaftar (ulang), dan hasil pemeriksaan atas diri atau penolakan dari dokter itu yang saya sampaikan ke rekan-rekan panitia.

Perlu dipahami bahwa tidak semua orang bisa menjadi pendonor darah. Selain mesti melewati berbagai prosedur, donor darah juga memiliki persyaratan tersendiri. Untuk dapat mendonorkan darah, pendonor minimal harus bersia 17 tahun dan maksimal 70 tahun. Sedangkan berat badannya minimal 45 kg, dengan tekanan darah sistole di bawah 180 dan diastole di bawah 100, untuk orang dengan tekanan darah yang cenderung tinggi. (dr. Rizal Fadli, www.halodoc.com, 12/10/2021)

Sedangkan untuk orang yang memiliki tekanan darah rendah, tekanan darah sistole/diastole yang dianggap aman sekitar 90/50. Selain itu, pendonor juga sebaiknya memiliki kadar hemoglobin sekitar 12,5-17 grams (g) of hemoglobin per deciliter (dL), dan tidak lebih dari 20 grams (g) of hemoglobin per deciliter (dL).

Selain itu, ada pula beberapa orang dengan kesehatan tertentu yang tidak diperbolehkan untuk mendonorkan darahnya, seperti: mengidap diabetes; mengidap kanker; tidak diizinkan dokter untuk menyumbangkan darah terkait kondisi kesehatan tertentu; mengidap epilepsi atau sering kerjang-kejang; mengidap penyakit menular, seperti sifilis, hepatitis B/C, hingga HIV; memiliki gangguan perdarahan, seperti hemophilia; pernah menjadi pecandu narkoba atau minuman keras.

Turun selama pandemi Covid 19

Sadar akan keterbatasan diri, maka saya sebagai wartawan ingin tetap berpartisipasi dengan memotivasi masyarakat luas –tentu saja yang sehat dan memenuhi sayat– untuk melakukan donor darah. Mengapa? Ya, karena selama pandemi Covid 19 ternyata jumlah pendonor darah menurun.

Penurunan tersebut diakui oleh Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), Jusul Kalla, saat membuka seminar peringatan HDDS 2021 secara virtual, seperti diekspos oleh pmi.or.id, Senin, 14 Juni 2021.

Menurut Jusuf Kalla, pemenuhan persediaan darah nasional sebanyak 2 persen dari jumlah penduduk belum optimal selama pandemi. Hal itu disebabkan oleh pembatasan kerumunan massa selama pandemi. Dalam memperingati HDDS 2021 itu, digelar kegiatan donor darah serentak (6-10 Juni) di seluruh Indonesia sehingga terkumpul 90.200 kantong darah dari 227 Unit Donor Darah (UDD).

Jumlah perolehan kantong darah itu diharapkan meningkat lagi pasca-pandemi sekarang ini. UUD PMI dapat menyelenggarakan donor darah kelompok di berbagai perusahaan, organisasi atau kelompok masyarakat lainnya. “Donor darah sukarela ini yang secara rutin perlu kita jaga,” kata Jusuf Kalla.

JK mengumpamakan aktivitas donor seperti arisan. Setiap anggota arisan secara bergilir mendapatkan kesempatan. Bila salah satu anggota tidak menjalankan kewajibannya sesuai kesepakatan maka mengganggu siklus arisan. “Secanggih apa pun teknologi tidak ada yang bisa menggantikan darah. Kebutuhan darah dipenuhi dari manusia ke manusia. Karena itu penting saling membantu sesama dengan donor darah. Tanpa kebersamaan kita, tanpa kebersamaan orang-orang yang secara teratur mendonorkan darahnya, kehidupan dunia bisa terganggu,” terang JK.

Merasakan manfaat donor darah

Selain untuk pasien yang membutuhkan donor darah –seperti kecelakaan, transplantasi organ, kanker, anemia, anemia sel sabit, thalassemia, hemophilia–, ada beberapa manfaat diperoleh para pendonor darah. (hellosehat.com). Yaitu, 1. Menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, 2. Menurunkan risiko kanker, 3. Membantu menurunkan berat badan, 4. Mendeteksi penyakit serius, 5. Membantu lebih sehat secara psikologis dan panjang umur.

Karena memahami akan manfaat donor darah itu, maka banyak orang yang secara rutin rela melakukan donor darah. Salah seorang yang fenomenal adalah James Harrison, pria pendonor darah terbanyak di dunia yakni mencapai 1.000 kantong dan menyelamatkan 2,4 juta bayi. (Rizka, m.riau24.com, Jumat, 24/9/2021)

James Harrison adalah pria lansia di Australia. Kakek berusia 81 tahun itu setiap minggu mendonorkan darahnya selama 60 tahun. Dia memiliki jenis darah yang unik, yakni mampu berperan sebagai antibodi sekaligus menjadi senyawa pendukung obat suntik berjuluk Anti-D, yang bermanfaat untuk membantu mengatasi penyakit rhesus. Penyakit ini merupakan kondisi ketika darah pada wanita hamil menyeruak secara berlebih ke sel-sel di dalam janin yang tengah berkembang. Risiko terburuknya adalah bisa menyebabkan kerusakan otak hingga pada bayi.

Berkah luar biasa pada diri Harrison pertama kali disadari ketika dia menjalani operasi rongga dada pada usia 14 tahun. Donor darah telah menyelamatkan nyawanya, sehingga ia pun berjanji untuk menjadi pendonor sebagai balas budi. Beberapa tahun kemudian, dokter menemukan bahwa darahnya mengandung antibodi yang dapat digunakan untuk membuat suntikan Anti-D, sehingga ia pun memutuskan beralih menjadi pendonor plasma darah guna membantu sebanyak mungkin orang.

Beberapa peneliti menyebut Anti-D yang dihasilkan oleh antibodi Harisson mampu mencegah perkembangan darah rhesus-negatif selama kehamilan. Sejak pertama kali melakukan donor darah pada 1967 silam, antibodi milik Harrison telah mendukung produksi lebih dari tiga juta Anti-D. Bahkan hampir 80 persen dari total pengobatan pada ibu hamil dengan penyakit rhesus di Australia berasal dari antibodi milik Harrison.

Cerita versi lain datang dari para pendonor darah di tanah air yang sudah lebih dari 100 kali melakukan donor darah. Salah seorang di antaranya adalah Setiawan. Dia sudah 155 kali donor darah. Tahun 2018 lalu pria 31 tahun ini  mendapat tanda kehormatan dari Gubenur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Setiawan menjadi pendonor termuda di Jakarta pada tahun itu. Dia mengungkapkan sudah melakukan donor darah sejak usianya masih 18 tahun.

“Sungguh bahagia saya termasuk pendonor termuda tahun ini. Donor darah pertama saya pas usia 18 tahun, kemudian berlanjut donor apheresis. Donor apheresis ini donor yang berupa trombosit saja dan dalam satu bulan bisa dua kali,” kata Setiawan di Balai Kota, Jakarta Pusat, Minggu (11/2/2018) seperti dikutip dari detiknews.

Selain Setiawan juga ada Edi. Dia sudah menyumbangkan darahnya sebanyak 144 kali. “Saya donor darah sejak tahun 1980. Saat itu umur saya sekitar umur 20 tahun dan berlanjut sampai sekarang, umur 63 tahun. Alhamdulillah saya sehat, tidak ada gangguan apa pun,” ungkat Edi.

Ada juga Zulkifli, warga asal Depok, yang kisahnya unik. Dia menjadi relawan pendonor darah tidak sengaja. Pria kelahiran tahun 1944 itu mengungkapkan, “Sebenarnya dulu saya tidak ada niat donor darah. Cuma waktu ambil SIM, tahun 1977, saya diharuskan melakukan donor darah. Jadi saya bukan sukarela dulu, tapi diwajibkan donor darah”.

Setahun kemudian Zulkifli memutuskan untuk mendonorkan darahnya lagi. Karena merasakan manfaatnya, sejak itu dia bisa mendonorkan darahnya setiap 3 bulan sekali atau 6 bulan satu kali. “Habis kita donor enak, sehat rasanya. Jadi jangan takut. Itu kan setiap kita makan ada lagi darah yang jadi.  Jadi adik-adik yang masih kecil meneruskan perjuangan kami bantu donor darah dengan ikhlas”.

Setiawan menambahkan, “Dodor darah lebih banyak faedahnya untuk kesehatan tubuh. Dengan donor darah tubuh bisa lebih sehat karena sirkulasi darah yang terus berlanjut setiap bulannya. Saya berharap kita bisa melanjutkan perjuangan pahlawan kemanusiaan. Salam kemanusiaan”.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru