MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta)- Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo kagum dengan gebrakan Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) yang cepat tanggap merespon tantangan perekonomian.
“Dalam satu bulan pertama ini, Kabinet Kerja telah memperlihatkan kecepatan yang sangat mengesankan dalam merespon berbagai tantangan struktural perekonomian,” ujar Agus dalam acara Bankers Dinner di Jakarta Conventional Center, Senayan, Jakarta, Kamis (20/11).
Dalam pandangannya, para menteri Kabinet Kerja cepat merespons sekaligus memperbaiki sektornya masing-masing. Karena itu dia optimis perbaikan ekonomi nasional ke arah yang lebih positif.
“Kami juga meyakini sistem Pemerintahan dan berbagai perangkat birokrasi akan semakin efektif dalam menjalankan tugasnya,” kata dia.
Mantan Dirut Bank Mandiri ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional dapat menyentuh 5,1-5,5 persen di akhir 2014 dan meningkat menjadi 5,4-5,8 persen di 2015.
“Sejalan dengan ekspansi perekonomian yang lebih berimbang, pertumbuhan kredit diperkirakan dapat mencapai 15-17 persen di 2015 dan dana pihak ketiga sebesar 14-16 persen,” katanya
Apresiasi
Sejak awal Bank Indonesia (BI) termasuk salah satu yang mendorong agar pemerintah menaikkan harga Bahan bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Setelah keputusan itu diambil Presiden Joko Widodo beberapa hari lalu, bank sentral mengapresiasi penuh langkah pemerintah menaikkan harga BBM. Salah satu alasannya, kebijakan ini membuat ruang fiskal menjadi lebih besar.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan subsidi BBM telah mengurangi kesempatan memperkuat permodalan dalam pembangunan. Pembangunan kualitas SDM, infrastruktur, kapasitas inovasi dan kelembagaan yang merupakan modal dasar untuk naik kelas menjadi negara maju tersandera lantaran subsidi tersebut.
“Kami mendukung penuh langkah pemerintah untuk mengalihkan anggaran subsidi BBM ke people based subsidy dan memperkuat pembangunan infrastruktur,” ujar Agus dalam acara Bankers Dinner di Jakarta Conventional Center, Senayan, Jakarta, Kamis (20/11).
Kebijakan menaikkan harga BBM diakui mendongkrak inflasi. Namun, kata dia, reformasi fiskal lebih penting dan mendesak agar tersedia ruang fiskal untuk memperkuat laju pembangunan.
“Untuk itu, Bank Indonesia mendukung penuh langkah tersebut yang manfaatnya akan kita rasakan di tahun-tahun mendatang,” kata Agus.